Paman Gery: Mendongeng, Jangan Dulu Tentang Kekerasan atau Horor

Paman Gery: Mendongeng, Jangan Dulu Tentang Kekerasan atau Horor
WOOP.ID/ALEXIS CALVIN WIJAYA

Hari ini adalah Hari Dongeng Nasional dan Paman Gery berbagi tips dan trick mendongeng, terutama bagi orangtua yang super sibuk.

Nah, dongeng bukan hanya menjadi sesuatu yang sifatnya komedi. Dongeng itu juga harus punya sesuatu yang mengikat antara dia dan anak. Kalau orang tua terbeban nanti takut nggak lucu, nggak menarik dan lantas anak jadi bosan, harusnya nggak, sih. Soalnya dia pasti kenal kan sama anaknya? Dia suka makan atau nggak, malas bangun atau gimana? Kalau orang tua yang benarnya, ya. Nah, di situ bisa dimasukkin dongeng. Misalnya cerita begini: “Ada seekor beruang namanya Huma, dia suka malas bangun pagi.” Dia sebenarnya mau ngomongin anaknya, tapi pakai karakter lain.

img

Kapan paling tepat mendongeng?

Sampai sekarang masih dalam perdebatan kapan waktu yang paling tepat untuk mendongeng karena ini ada kaitannya dengan siklus anak itu sendiri. Tapi dominan, psikolog berpendapat bahwa mendongeng yang paling tepat itu sebelum tidur. Alam pikiran sebelum tidur itu adalah saat gelombang di dalam otak sedang transisi. Nah, kalau orang tua masukin nasihat, kemungkinan besar anak akan ingat. Tapi kapan waktu yang tepat, sebenarnya kapan aja juga tepat.

Bagaimana dengan orangtua pekerja yang saat pulang kantor anaknya sudah tidur?

Orang tua sibuk banget, nggak mungkin bisa ketemu malam hari, berarti mendongengnya bisa pagi hari di dalam mobil, pada saat nganterin anak ke sekolah. Walaupun cuma setengah jam di dalam mobil, tapi itu bisa dijadikan waktu untuk mendongeng. Orangtua sambil nyetir, dan cerita. Yah, kalau ternyata momen itu yang paling tepat, yah nggak papa.

Kalau pas mendongeng anaknya tertidur, itu indikasi bagus atau berarti dia bosan?

Itu indikasi bagus! Jadi kalau secara psikologis itu artinya dia berada dalam situasi aman, makanya dia jadi tenang dan kalem. Kalau lagi ngomong aja, tiba-tiba dia tidur, berarti dia merasa aman banget: “Aku dekat sama Mama, Mama lagi cerita. Terserah deh, mau cerita apa, yang penting aku merasa aman.” Itu sebenarnya yang dicari!

Selain mama, bapak juga bisa ikutan mendongeng?

Bapak juga mendongeng. Selama ini ada jargon salah di masyarakat, yang bilang bahwa yang bisa dekat sama anak itu cuma ibu, dan bapak terlalu kasar untuk mendongeng. Bapak mendingan main bola deh, ke lumpur deh, guling-gulingan deh; itu peran bapak. Tapi sebenarnya peran bapak itu bisa juga masuk saat lagi mendongeng. Apakah menjadi kurang maskulin? Sebenarnya nggak. Lihat orator terbesar di dunia, rata-rata laki-laki. Soekarno dan Barack Obama. Pendongeng dan pembuat dongeng juga rata-rata laki-laki, misalnya Hans Christian Andersen, dan lain-lain.

Apa pengalaman yang paling berkesan sebagai pendongeng?

Saat mendongeng untuk audience yang awalnya aku agak curiga dan khawatir mereka tidak bisa menangkap dan mengerti ceritaku. Mereka adalah anak-anak dengan celebral palsy: anak-anak yang fungsi otak terganggu sehingga fungsi tubuhnya nggak bekerja maksimal. Awalnya merasa aduh gagal, nih. Aku yang dongengnya udah segala macam dan sok lucu, mereka responnya biasa aja. Namun, tiba-tiba setelah selesai, ada satu anak dengan kursi roda, datang menghampiri dan bergumam-gumam tapi aku nggak ngerti dia ngomong apa. Terus si pengasuhnya bilang bahwa si anak mau ngomong sesuatu. Setelah diterjemahkan oleh pengasuhnya, ternyata si anak mau bilang kalau dia suka banget sama dongengnya dan berterimakasih atas itu. Aku jadi terharu! Satu lagi, anak seorang teman yang memiliki autisme. Dia nggak bisa tatap mata dengan orang lain, bahkan ibunya dan  sangat hyperactive. Saat di restoran, dia nggak bisa diam. Kalau di rumah nggak bisa tenang, satu-satunya saat dia tenang adalah ketika tidur. Begitu dia bangun, loncat-loncat, naik ke atas kursi, segala macam. Tapi saat mendengarkan radio pagi dan Paman Gery ngomong, “Adik-adik,” dia tiba-tiba diam selama 10 menit. Kata ibunya itu jarang terjadi. Tapi setelah dongengnya selesai, yah dia lari lagi.  Nah, ini membuat aku percaya, siapapun anak dan bagaimanapun kondisinya, mereka suka dongeng!