Sakit Hati Karena Putus Cinta Itu Normal, Lalu Bagaimana agar Bisa Melanjutkan Hidup

Sakit Hati Karena Putus Cinta Itu Normal, Lalu Bagaimana agar Bisa Melanjutkan Hidup
ISTOCK

Dan apa tandanya bahwa kamu sudah move on? 

Tidak peduli baru tiga bulan atau tiga tahun berhubungan dengan seseorang, putus cinta itu berat. Apalagi jika sudah bermimpi dan membuat rencana masa depan bersama orang itu tersebut. Tidak heran jika setelah bencana epik itu yang kamu inginkan hanya: bergelung di kamar, menghabiskan satu ember es krim, dan mendengarkan lagu-lagu Adele dari album pertama sampai album terakhir. Tidak punya energi untuk melakukan apapun—apalagi move on, melanjutkan hidup. Mengapa kita (yep, kita semua) cenderung memiliki pola ini?

“Sebelum menjawab pertanyaan ‘mengapa banyak orang yang susah move on setelah putus cinta,’  sebaiknya diperjelas dulu yang dimaksudkan dengan move on,” kata Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi, Psikolog., seorang psikolog klinis dari Tiga Generasi dan dosen psikologi Universitas Bina Nusantara, Jakarta. “Move on ialah,” lanjutnya, “akhir dari suatu proses dimana seseorang sudah menerima bahwa hubungan dengan mantannya sudah berakhir dan siap berhadapan dengan berbagai pengalaman baru. Biasanya move on ditandai dengan berkurangnya perasaan dan pikiran negatif terkait putus cinta dan meningkatnya pertumbuhan pribadi seseorang.”

Menurutnya, move on memang membutuhkan proses dan itu wajar. “Sangat wajar jika setelah putus, seseorang akan merasa sangat sedih, marah dan kecewa. Akan tetapi, setelah beberapa minggu, biasanya rasa sakit akan berangsur pulih dan berlanjut ke penerimaan,” ujar Pingkan. 

Jika penjelasan Pingkan tersebut membuatmu lega karena ternyata 'wajar', sebuah penelitian dari Yeshiva University bahkan akan membuatmu semakin memaklumi kenapa kita sulit move on dari kondisi hati berdarah itu. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa penderitaan emosi yang kita alami saat patah hati bisa disamakan dengan kecanduan obat-obatan. Daerah otak yang aktif saat adiktif kokain merupakan bagian otak yang sama ketika seseorang sedang patah hati dan melihat foto mantannya! Nah, ketika patah hati, ternyata  luka emosional yang disebabkan oleh hati yang hancur tersebut sebenarnya juga bersifat fisik, karena saraf-saraf di dalam otak dipaksa untuk tumbuh dan berubah, beradaptasi dengan status jomblo

Jadi wajar 'kan sulit move on? Karena ini berhubungan dengan penyembuhan hati dan fisik. Flu saja membutuhkan waktu berhari-hari untuk hilang. 

Pingkan juga menjabarkan bahwa ada beberapa alasan lain yang membuat seseorang sulit untuk move on:

  • Mantan pacarnya adalah sumber rasa percaya diri utama, sehingga saat putus sangat kehilangan dirinya. Misalnya, putus saat dalam keadaan terpuruk (keluarga dan karir yang sedang ada masalah).
  • Telah memilki rencana masa depan dan telah banyak berinvestasi (baik secara finansial, waktu maupun hal lain yaitu telah berhubungan seksual).
  • Saat putus kurang memiliki dukungan sosial dari teman dan juga keluarga.
  • Memiliki attachment style insecure.
  • Berada dalam kondisi 'diputuskan' padahal masih sayang dan masih berharap

Ternyata banyak alasan yang membuat orang-orang (atau kamu) sulit untuk melupakan dan move on. Lalu, biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk kembali membuka hati?

"Penelitian pada mahasiswa memperlihatkan bahwa dampak negatif putus cinta berkurang sekitar 11 minggu atau 2,5 bulan. Setelah dampak negatif tersebut berkurang, maka akan lebih besar kemungkinan seseorang membuka hati. Akan tetapi, orang bisa memiliki proses yang berbeda dan waktu setiap orang untuk kembali membuka hati juga berbeda,” jawab Pingkan.

Meskipun setiap orang memiliki alasan, waktu dan cara yang berbeda, biasanya mereka akan berusaha untuk segara move on dan menyakinkan hati bahwa mantan tersebut bukanlah yang terbaik untuknya.

Menurut Pingkan ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk meyakinkan dia bukanlah yang terbaik. "Salah satunya dengan melakukan refleksi. Mengenang masa-masa pacaran, dan memutar kembali ‘film’ kenangan tentang hubungan yang telah berlalu. Dalam refleksi tersebut, coba kenang: 1) apa yang kamu suka dari dia? 2) bagaimana kondisi kamu waktu pertama kali jatuh cinta dengannya? 3) apa yang biasanya menjadi bahan pertengkaran? 4) karakteristik apa yang tidak kamu sukai dari dia? 5) apa yang akhirnya membuat kita putus? 6) kriteria apa yang sebenarnya kamu cari dari pasanganmu?"

Mengenang? Bukannya malah tambah tidak bisa melupakan, ya?

“Begini maksudnya," kata Pingkan, "tujuan dari refleksi ini adalah untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengapa kamu bisa putus, apa yang kita tidak suka, dan apa yang kita cari dari pasangan. Jadi bisa menjawab ‘mengapa ia bukan yang terbaik’. Sekaligus mendapatkan gambaran pasangan seperti apa yang sebetulnya kita butuhkan.”

Untuk bisa melalui proses penyembuhan tersebut dan akhirnya move on, Pingkan memberikan beberapa tips. 

1. Pahami bahwa kehilangan orang yang dicintai memang menyakitkan dan bahwa hati butuh waktu untuk putih dan move on.

2. Hindari kontak mata dengan orang tersebut.