Sebelum Menikah, Bisakah Kita Membicarakan tentang Duit?

Sebelum Menikah, Bisakah Kita Membicarakan tentang Duit?
ISTOCK

Bukan karena mata duitan. 

Pertama, lunasi hutang dan persiapkan dana darurat. Ketika akan menyelenggarakan pernikahan, tidak jarang pasangan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Jadi, setelah menikah melunasi hutang tersebut adalah prioritas pertama. Jika ada, gunakan hasil angpao/amplop sebagai sumber dana. Bersamaan dengan membayar hutang, secara paralel juga siapkan dana darurat.

Kedua, asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Pastikan kamu dan pasangan sudah mempunyai asuransi kesehatan, dan kelak saat mempunyai anak segera belikan asuransi kesehatan. Pengajuan asuransi kesehatan bisa dimulai dari umur 15 hari. Kepala keluarga yang bekerja juga wajib mempunyai asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan yang cukup.

Ketiga, biaya melahirkan. Jika pasangan diberikan kehamilan cepat, maka kebutuhan biaya melahirkan harus disiapkan secara bertahap.

Keempat, investasi dana pendidikan anak. Setelah mempunyai anak maka siapkan dana pendidikan sedini mungkin agar investasi yang dibutuhkan semakin kecil. Dalam menyiapkan dana pendidikan dapat melakukan investasi langsung di instrumen yang sesuai jangka waktunya.

Kelimat, membeli rumah. Menyiapkan investasi dana pembelian rumah dapat dilakukan secepatnya. Namun, untuk penentuan waktu membeli rumah, sebaiknya didasarkan pada tingkat urgensinya. Jika memang belum dibutuhkan, tunda dulu pembeliannya tapi investasi terus berjalan. Saat waktunya datang, kamu sudah mempunyai modal untuk membeli rumah baik secara tunai, atau sebagai DP untuk pengajuan KPR di bank.   

Keenam, dana pensiun. Dana pensiun dapat dimulai secepatnya karena kebutuhan dana pensiun ini cukup tinggi. 

Saat menghitung alokasi dan persentase pengeluaran, adakah prinsip yang harus diingat dan diterapkan oleh pasangan?

Pastikan pengeluaran tidak melebih penghasilan. Jika melebihi maka segera lakukan penyesuaian. Lalu, buat budget sebagai patokan

Bagaimana hitung-hitungan persentase alokasi dana dari jumlah penghasilan?

Sebenarnya tidak ada persentase baku dalam pengeluaran. Lebih baik menggunakan budgeting dalam membuat alokasi pengeluaran, karena akan lebih sesuai dengan kondisi keuangan. Misalnya persentase alokasi untuk investasi ditentukan 20% dari penghasilan, padahal sebenarnya mungkin keuangannya mampu untuk investasi hingga 30%. Akibatnya, ada potensi investasi yang hilang. 

Bukan berarti persentase tidak boleh dipakai, tapi sebaiknya hanya digunakan sebagai patokan untuk mempermudah. Untuk realisasinya dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan. Berikut persentasenya :

  • Tabungan & investasi: 20%-30% minimal (lebih besar lebih baik)
  • Pengeluaran wajib (kebutuhan rumah, kebutuhan pribadi, uang sekolah anak, dst): 40%
  • Cicilan hutang (seluruhnya): 30% maksimal
  • Biaya entertainment: 10%

Apakah perlu menentukan budget per bulan dan seberapa penting untuk konsisten terhadap budget tersebut?

Perlu membuat budget pengeluaran dari awal, tapi lebih untuk sebagai patokan. Selanjutnya cukup mengikuti pola budget yang sudah dibuat. Konsistensi terhadap jumlah budget keseluruhan juga penting. Namun, untuk masing-masing item pengeluaran bisa fleksibel, yang penting total keseluruhannya yang sama setiap bulan. Misal, bulan ini budget belanja bulanan naik karena harga bahan pokok menjelang lebaran cenderung meningkat, maka budget di pengeluaran lain perlu dikurangi, contohnya budget untuk weekend

Siapakah yang sebaiknya mengatur semua pengeluaran ini dan bagaimana membicarakannya karena masalah keuangan biasanya menjadi isu yang cukup sensitif?

Biasanya istri yang mendapat peran untuk mengatur pengeluaran,t tapi tidak sedikit juga suami yang mengambil peran tersebut. Hal ini biasanya disebabkan istri yang dianggap boros. Idealnya memang suami istri harus sama-sama turut andil dalam mengatur keuangan. Sebenarnya membicarakan keuangan sebelum menikah harus dianggap hal yang biasa dan wajar karena setelah menikah uang telah menjadi satu dan segala risiko akan ditanggung bersama. Apalagi jika tidak ada perjanjian pra-nikah, maka semua harta dan hutang yang terjadi di dalam pernikahan akan menjadi milik bersama. Jadi suami istri harus tahu posisi harta dan hutang masing-masing.

Untuk membicarakan masalah ini, dapat diawali dengan mengatur waktu khusus dengan pasangan kemudian ciptakan suasana santai.