Status Ganda: Pasangan Juga Teman Sekantor Juga

Status Ganda: Pasangan Juga Teman Sekantor Juga
ISTOCK

Mungkinkah tetap profesional di kantor, dan mesra di rumah?

Oleh: Irene Raflesia, M. Psi (Psikolog Klinis Dewasa di Klinik Pelangi Cibubur)

Ketertarikan terhadap kolega sekantor dapat tumbuh seiring dengan berjalannya waktu bertemu dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan kerja. Sebagaimana jalinan hubungan romantis, ada sebagian yang berhasil memasuki jenjang pernikahan, ada pula yang terhenti di tengah jalan. Ketika pasangan menikah, mereka umumnya dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka beradaptasi dengan tuntutan peran yang baru. Menjalani tuntutan peran yang baru ini tentulah bukan pekerjaan yang mudah terlebih jika pasangan bekerja di bawah naungan kantor yang sama.

Hubungan romantis dalam perusahaan sebetulnya adalah isu yang sangat sensitif. Pasalnya, hubungan dapat secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan lain yang terlibat dan juga kinerja koleganya. Selain suasana kerja dapat menjadi canggung, tak jarang pasangan juga menjadi target perhatian dari rekan kerja lain. Belum lagi kapasitas setiap orang untuk bersikap profesional dan menangani tekanan berbeda satu sama lain. Menanggapi hal ini, perusahaan biasanya lebih sering mengambil langkah preventif guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan.

Pada dasarnya setiap perusahaan tentu memiliki kebijakan tersendiri dalam menanggapi karyawan yang menikah satu sama lain. Ada perusahaan yang melarang hubungan pernikahan antara karyawan dan atasan langsung. Ada perusahaan yang melarang hubungan pernikahan jika pasangan bekerja di satu divisi yang sama. Ada pula perusahaan yang melarang hubungan pernikahan di antara sesama karyawan, sehingga tak jarang salah satu diminta untuk mengundurkan diri. Pasalnya, tak ada jaminan pasti bahwa kedua pihak dapat menjaga sikap profesional, mempertahankan kinerja optimal, dan mematuhi segala aturan yang dibuat oleh perusahaan. 

Larangan pasangan suami istri untuk bekerja di divisi/perusahaan yang sama didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, perusahaan berusaha melindungi kerahasiaan informasi yang diemban masing-masing karyawan terkait dengan pekerjaannya. Kedua, perusahaan berusaha untuk menghindari terjadinya tindak-tindak penyalahgunaan peran individu di dalam kantor. Dan yang tak kalah penting, perusahaan juga bermaksud melindungi karyawan dari risiko terjadinya benturan kepentingan. Biar bagaimanapun, ini adalah isu yang sensitif karena melintasi batas antara kehidupan pribadi dan profesional. 

Hubungan pasangan yang bekerja di divisi/perusahaan yang sama memiliki dua sisi: dapat membawa manfaat dan sekaligus tantangan tersendiri. Dari sudut pandang manfaat, hubungan romantis bisa saja meningkatkan kinerja kedua pihak. Kedekatan hubungan ini juga dapat meningkatkan hubungan kerja sama dan keterbukaan, serta menciptakan suasana positif. Namun bagai koin yang memiliki dua sisi, tentu hubungan ini juga dapat menimbulkan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Hubungan ini dapat membuat situasi kerja rumit bagi pasangan maupun koleganya, menggangu konsentrasi yang akan berdampak pada menurunnya kinerja, tumbuhnya dugaan favoritisme, serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya benturan kepentingan (seperti risiko pelanggaran). 

Baik dalam bentuk pacaran maupun pernikahan, besarnya efek hubungan romantis ini terhadap keberlangsungan kerja di perusahaan akan kembali pada individu masing-masing. Kita sering mendengar bahwa kuncinya terletak pada sikap profesional dari kedua belah pihak yang terlibat. Menurut saya, bentuk konkret dari sikap profesional ini adalah tahu cara menempatkan diri dan berperan dalam berbagai situasi, dan paham bagaimana mengelola stres secara efektif. Sangatlah penting bagi pasangan yang terlibat untuk tahu kapan serta di mana mereka harus berperan sebagai karyawan dan kapan harus berperan sebagai pasangan. Ketika pasangan berada di lingkungan kantor dan jam kerja, hendaknya masing-masing individu tetap bersikap seperti layaknya karyawan yang tidak memiliki hubungan romantis. Sekalipun di tempat yang mungkin jarang terlihat orang seperti di mal atau tempat parkir, selama masih berada di lingkungan kantor, sebaiknya kita tetap menjaga dan menghindari sikap yang terlalu intim bahkan mesra.  Sebaliknya ketika berada di rumah, ada baiknya pasangan tidak membahas permasalahan kantor di rumah. Tindakan yang menunjukkan kemesraan pun sebaiknya dilakukan hanya sebatas di rumah dan tidak dibawa ke kantor. Ini tentu lebih mudah dikatakan daripada diterapkan secara langsung. Walau sesekali menghadapi kegagalan dalam menerapkannya, individu hendaknya tetap disarankan untuk berlatih dan membiasakan diri untuk menjaga sikap ini. 

Sejalan dengan penyesuaian peran, hal yang sama berlaku pada pengelolaan stres. Penguasaan terhadap aspek ini dapat membantu pasangan yang terlibat dalam mengatasi tekanan, baik yang timbul akibat masalah rumah tangga maupun akibat beban kerja di kantor. Langkah-langkah pengelolaan stres dapat ditempuh dengan menemukan sumber stres, mencari cara yang sehat untuk mengatasi stres (mengambil cuti bila diperlukan), menentukan batasan antara kehidupan kerja dan pribadi, dan belajar untuk relaksasi (meditasi, yoga, latihan pernapasan).

Berbicara dengan atasan juga dapat dilakukan untuk mendapatkan solusi yang dibutuhkan, seperti training soft skill tertentu, misalnya pelatihan meningkatkan efektivitas kerja. Pada saat masalah pribadi mulai bercampur dengan masalah pekerjaan, mintalah dukungan pasangan, teman, atau keluarga dan tak perlu ragu untuk  ke psikolog jika diperlukan. Membicarakan masalah akan membantu secara efektif untuk meredakan tekanan yang dirasakan.

Audrey Nelson (2015) menerangkan bahwa hal-hal yang dapat ditempuh untuk menjaga jalinan hubungan romantis di tempat kerja dilakukan dengan cara berikut: •    Berkomunikasilah secara profesional di kantor. Ini berlaku dalam setting apa pun, baik ketika berbicara berdua ataupun ketika sedang dalam pertemuan. •    Hindari pesan yang bernuansa romantis/personal pada email/media komunikasi di kantor. •    Ketahuilah tentang peraturan dan kebijakan kantor, tertulis maupun tidak tertulis, tentang hubungan asmara di kantor. •    Hindari menampilkan kemesraan di lingkungan kerja, termasuk jika ditugaskan untuk menghadiri konferensi/pertemuan di luar kantor. Simpanlah momen tersebut untuk dilakukan di luar jam kerja. •    Pastikan untuk menjaga agar hubungan ini tidak diketahui sampai kamu benar-benar siap untuk terbuka. •    Jangan ragu untuk menyatakan perbedaan pendapat dengan pasangan dan pastikan kamu berlaku sama seperti sebelum hubungan romantis itu terjadi. •    Hindari menghabiskan waktu terlalu lama di tempat kerja pasangan.  •    Tetap bersikap profesional walaupun hubungan tersebut sudah berakhir.

Kapasitas kita sebagai manusia membatasi diri kita untuk dapat menilai tindakan sendiri secara objektif. Terkadang, kita sudah menganggap diri bersikap profesional, tapi pasangan mungkin berpendapat lain. Memiliki status lebih dari sekedar kolega juga dapat mengundang perhatian dari rekan sekerja. Jika hal ini dirasa terlalu berat dan berpotensi buruk terhadap rumah tangga atau kantor, kamu sebaiknya mempertimbangkan ulang untuk tetap bekerja di perusahaan yang sama. Keputusan siapa yang sebaiknya mundur pun perlu didiskusikan bersama pasangan secara matang agar tidak menimbulkan penyesalan di masa mendatang. Hal terpenting yang dapat dilakukan adalah komunikasi secara terbuka dengan pasangan dan tetap menjaga kualitas baik hubungan pribadi maupun profesional.