Tanya Psikolog: Bagaimana Menyikapi Masalah Anak di Sekolah?

Tanya Psikolog: Bagaimana Menyikapi Masalah Anak di Sekolah?
ISTOCK

Mengapa orangtua seringkali bersikap agresif? Menerima kritik itu tidak mudah—apalagi jika si buah hati yang menjadi objeknya.

"Atau pada kasus lain, orangtua merupakan tipe yang kurang peduli dengan orang lain, dimana ia merasa dulu ia juga nakal, namun pada akhirnya bisa sukses saat dewasa.

Orangtua tersebut kurang peduli mengenai tindakan anak dapat merugikan atau membuat orang lain tidak nyaman," bebernya panjang lebar. 

Ekstrimnya adalah orangtua tampak tidak peduli. Dan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, di antaranya: 

  • Orangtua yang memiliki pola asuh neglecting. Orangtua memiliki derajat yang rendah dalam memberikan respons dan kontrol terhadap perilaku anak serta tidak dekat secara emosional. Hal ini membuat orangtua tampak cuek saat anak mengalami masalah, orangtua juga tidak tergerak untuk merespon dan memberikan konsekuensi atas tindakan anak. Anak cenderung dibiarkan dengan masalahnya, orangtua tidak melibatkan diri untuk membantu anak mengelola perasaan, berupaya mencari jalan untuk mendidik atau mengembangkan perilaku anak. "Orangtua datang ke sekolah hanya semata-mata untuk memenuhi panggilan saja, namun tidak terlibat secara emosional. Pola asuh seperti ini merupakan pola asuh yang paling banyak memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak. Anak menjadi merasa tidak diterima oleh lingkungan, memiliki self-esteem yang rendah, merasa sendiri, tidak memahami nilai dan norma sosial, tidak memahami cara untuk mengelola emosi sehingga cenderung meledak-ledak.  
  • Adanya rasa putus asa dari kondisi anak yang telah melakukan perilaku sama yang berulang-ualng. Seringkali orangtua yang memiliki anak yang “bermasalah” dan memberikan label terhadap anak tersebut. Label ini akan membuat keyakinan pada diri anak dan orang-orang sekitarnya, bahwa perilaku salah/bermasalah yang dilakukan tidak akan bisa diubah, misalnya karena anaknya malas, nakal, tidak tahu diri, dsb. "Kejadian yang berulang ditambah label membuat orangtua merasa pesimis terhadap perubahan perilaku pada anak, sehingga pada akhirnya orangtua memilih untuk tidak melakukan apapun. Mereka berpikir memberikan disiplin akan membuang waktu dan tenaga, sebab tidak akan dapat mengubah label anak tersebut."  
  • Defense mechanism denial. "Orangtua dapat menolak mengakui bahwa situasi masalah anak sebagai hal yang serius, atau ia me-reject tanggung jawab atau keterlibatan dirinya dengan situasi anak."

Seringkali orangtua menjadi agresif sampai melakukan kekerasan fisik. Indikasi apakah ini?

"Perilaku agresif yang dilakukan oleh orangtua tampaknya tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan situasi yang dianggapnya mengancam dan tidak menyenangkan," Lily berpendapat.

Menurutnya, orangtua berupaya melakukan perubahan situasi dengan cara mengambil alih situasi/memperoleh kembali kontrol terhadap situasi melalui tindakan agresif. Tindakan ini biasanya dipilih ketika orangtua merasa lebih superior dibandingkan guru atau pihak sekolah.

Saat orangtua melakukan tindakan agresif, menunjukkan bahwa orangtua tidak mau memahami situasi dan cenderung menyelesaikan masalah dengan menghilangkan sumber masalah, bukannya dengan proses penyelesaian masalah yang konstruktif seperti bersama-sama menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Keterampilan sosial orangtua juga mempengaruhinya memilih strategi penanganan dengan tindakan agresif.

Idealnya saat pihak sekolah sedang menyampaikan kondisi anak, sebaiknya bagaimana orangtua bersikap?

Lily sangat memaklumi bahwa sebagai orangtua memang umumnya memiliki kecenderungan untuk membela anak.

"Meski demikian, sebaiknya orangtua menahan diri dan mencari informasi yang lengkap, apakah memang posisi anak tepat untuk dibela ataukah sebenarnya pembelaan yang dilakukan tidak tepat dan akan menghambat perkembangan kedewasaan anak," anjurnya.

Untuk memastikan hal tersebut, sebaiknya orangtua perlu melakukan hal-hal berikut: 

  • Ciptakan pola pikir bahwa pemanggilan dari pihak sekolah belum tentu disebabkan oleh sesuatu yang besar, pemanggilan bisa jadi merupakan evaluasi dari proses belajar anak.  
  • Datanglah dengan mindset untuk memahami situasi, bukan membela atau menghakimi.
  • Tanamkan bahwa pemanggilan dari sekolah adalah bentuk perhatian dan pelayanan dari sekolah untuk mengoptimalkan proses belajar akademik maupun sosial.

  • Agar dapat memahami dengan jelas masalah yang dihadapi anak, dengarkan secara utuh penjelasan pihak sekolah. Hindari mendengar apa yang ingin didengar saja dan menutup mata untuk hal lain yang tidak ingin didengar.

  • Kelola emosi, tahan perasaan untuk membela diri atau anak, hindari menyela pembicaraan.

  • Jika ada informasi yang dirasa bertentangan dengan situasi sehari-hari anak, tanyakan dan minta klarifikasi dari guru dan anak, hindari menyerang pihak yang memberikan informasi.

  • Ketika ada informasi yang membuat tidak menyenangkan atau tidak disetujui, ungkapkan pemikiran dengan cara yang positif dan hindari cara-cara yang agresif.