Teman yang Sepertinya Sangat Kejam Ternyata Memiliki Tujuan Baik

Teman yang Sepertinya Sangat Kejam Ternyata Memiliki Tujuan Baik
ISTOCK

Ada udang di balik batu.

Selalu saja ada satu orang teman dalam hidupmu yang berbicara tanpa ada "saringan"—nasihat mereka terdengar kurang sensitif, blak-blakan, apa adanya, padahal saat itu kamu sedang rapuh dan disenggol sedikit saja bisa hancur berkeping-keping. Sejujurnya, jika boleh memilih: kamu tidak ingin mendengar hal tersebut, meskipun itu merupakan sebuah fakta. Sekali itu saja, kamu ingin "dibohongi" dan dielus-elus. 

Namun ternyata kamu membutuhkan teman seperti itu karena mereka melakukannya untuk tujuan yang baik. Sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Psychological Science menemukan bahwa teman yang memiliki rasa empatilah yang cenderung melalukan ini: membuat temannya merasakan emosi-emosi negatif karena berpikir hal tersebut akan memberikan manfaat untuk jangka panjang, seperti yang dilaporkan oleh New York Post

Hipotesa penelitian ini adalah, para ilmuwan ingin tahu apakah orang-orang akan memilih untuk menimbulkan emosi negatif di dalam diri orang lain jika memenuhi tiga syarat: jika mereka berempati terhadap orang tersebut, jika emosi negatif tersebut akan menolong orang itu mencapai sebuah tujuan, dan jika orang yang menyebabkan emosi negatif tersebut tidak meraup untung dalam bentuk apapun. 

Para peneliti mempelajari 140 orang dewasa dan diminta untuk bermain sebuah video game melawan seorang pemain kedua imajiner. Para partisipan menerima catatan-catatan dari pemain khayalan tersebut, dan beberapa di antaranya diminta untuk membayangkan bagaimana perasaan pemain lain, sementara yang lain diinstruksikan untuk tetap tidak terpengaruh. 

Peneliti kemudian menemukan bahwa mereka yang berempati dengan lawannyalah yang menyuntikkan emosi-emosi negatif. Tujuannya, agar lebih semangat dan menyelesaikan permainan. Hal ini mendukung hipotesa awal para peneliti. 

"Kami menemukan bahwa orang-orang terkadang bisa 'kejam tapi tujuannya baik'—yaitu, bahwa mereka cenderung memutuskan untuk membuat seseorang merasakan hal negatif jika berpikir hal itu akan menguntungkan orang lain tersebut, bahkan jika dirinya sendiri tidak akan mendapatkan manfaat apapun," kata Belén López-Pérez, salah seorang peneliti dari University of Plymouth.

Jadi, jika lain kali seorang teman baik—misalnya Woop—mengatakan sesuatu yang sepertinya, ehmm... terdengar kasar atau "ngasal", ingat: itu karena Woop berempati dan peduli sama kamu.