Ternyata Penyebab Stres Para Ibu Tidak Hanya AnakTapi Juga Pasangan

Ternyata Penyebab Stres Para Ibu Tidak Hanya AnakTapi Juga Pasangan
ISTOCK

Bagaimana pendapatmu?

Mana yang lebih membuatmu pusing: anak atau suamimu? Tidak ada yang meragukan bahwa menjadi kebahagiaan menjadi seorang ibu sulit dicari tandingannya, tapi bukan berarti bebas dari rasa khawatir, baik dari lini emosional maupun finansial (misalnya apakah bisa memberikan pendidikan terbaik—yang biasanya artinya biaya tidak sedikit). Intinya, menjadi orangtua tidak sesederhana belajar bahasa asing. Namun, kembali ke pertanyaan tadi, antara kedua orang tercinta dalam hidupmu itu, siapa yang menjadi sumber stres terbesarmu? •Tidak ada jawaban salah atau benar di sini, and no judgment either

Jika jawabanmu adalah suami, survey ini mungkin bisa membuatmu lebih lega, dan merasa "ah, ternyata saya tidak sendirian." Setelah mensurvey 7000 ibu Amerika secara daring di tahun 2013, TODAY menemukan bahwa pasangan ternyata juga menjadi sumber stres yang sama atau lebih besar bagi ibu. Rata-rata ibu yang berpartisipasi dalam survey ini merating kestresan mereka pada level 8,5 dari 10 dan 46% dari responden merasa pasangan menjadi faktor stres lebih besar dibandingkan anak-anak mereka. 

"Kami berdua bekerja penuh waktu, dan mencoba untuk membagi tanggung jawab merawat anak, tapi entah kenapa saya selalu merasa khawatir dibandingkan dia [suami]," kata Deno Fleno, seorang ibu bekerja asal Connecticut, pada hasil survey tersebut. "Suami saya, pastinya cemas dengan masa depan mereka [anak], tapi dia tidak risau dengan cara yang sama." Fleno mengakui bahwa dia cenderung "memproyeksikan 20 tahun ke depan lengkap dengan rencana pengasuhan yang detail," sementara suaminya lebih santai dalam menghadapi hal-hal kecil, seperti membiarkan anak perempuannya memakan kue lebih banyak. 

Para responden survey ini juga stres karena merasa tidak pernah memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan. Tiga perempat partisipan merasa bahwa mayoritas tanggung jawab orangtua dan rumah jatuh ke pundak mereka ditambah dengan pekerjaan penuh waktu yang mereka jalani. Selain itu, satu dari lima ibu mengatakan bahwa tidak mendapatkan bantuan yang cukup dari pasangan mereka juga menjadi sumber stres harian. Sebuah komentar anonim menyatakan: "Meskipun saya memiliki suami yang sangat berkomitmen, saya masih merasa semua tekanan jatuh kepada saya untuk memastikan semuanya terselesaikan. Saya bekerja dengan jumlah jam yang sama dengan suami saya, tetapi sayalah yang membuat semua jadwal."

Hal Runkel, seorang terapis asal Atlanta, ayah dari dua anak remaja dan penulis buku Scream Free Parenting dan Scream Free Marriage, berpendapat bahwa pernikahan merupakan sesuatu "hubungan yang lebih sulit dibandingkan menjadi orangtua," katanya. "Pada dasarnya pernikahan itu membuat stres, bahkan pernikahan yang bagus sekalipun. Sangat mudah untuk menyalahkan orang lain atas stres yang kamu alami. Pernikahan merupakan sebuah angkat beban emosional. Olahraga. Dan ketika kamu memilih untuk berolahraga, terkadang rasanya sangat tidak menyenangkan." Namun dia menambahkan bahwa "stres menjadi orangtua dengan pasanganmu adalah sesuatu yang pada akhirnya sangat bernilai."

Dan satu hal yang ditekankan oleh survey ini: bahwa stres yang dialami oleh suami-istri tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang menjadi single moms, yang menurut survey ini mengalami level stres tertinggi. "Merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda jika hari ini kamu merasa seolah-olah seperti ibu tunggal dibandingkan dengan benar-benar berada di posisi tersebut," tegas publikasi tersebut.