Untuk Orangtua: Panduan Memilih Pola Asuh Anak yang Tepat

Untuk Orangtua: Panduan Memilih Pola Asuh Anak yang Tepat
ISTOCK

Kata kunci: konsistensi. (Mudah dikatakan, sulit dilakukan.) 

Ada yang bilang: “Anak yang besarnya nakal, pasti waktu kecil orangtuanya salah mendidik.” Terdengar jahat dan sedikit menghakimi, tapi beberapa orangtua (atau yang akan menjadi) memegang teguh pendapat ini dan bertekad mengasuh anak dengan cara yang terbaik. 

Memiliki keinginan adalah satu hal, tapi mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata (bukan dunia maya) adalah perkara yang 100% berbeda. Perihal asuh-mengasuh ini tidak semudah membuat segelas cold brew. Terlebih, jika kondisinya adalah orangtua (ayah dan ibu) tidak di rumah sepanjang hari (karena tuntutan profesi, misalnya) dan akhirnya harus merelakan anak "dibentuk" oleh pengasuh atau anggota keluarga lain anak dari pagi sampai malam. Bukan hal yang negatif, tapi harus diakui sedikit banyak mereka akan memberikan pengaruh terhadap pola asuh dan perkembangan anak. 

Dwita Priyanti, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog anak dan keluarga dari Rumah Dendalion dan Raqqi Consulting, mengatakan bahwa dalam keluarga, ayah dan ibu merupakan sebuah tim. "Sebelum berbicara tentang cara asuh, kamu dan pasangan harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu terkait dengan proses ini, mulai dari pola asuh, peran setiap individu, harapan terhadap anak dan komunikasi terbuka antar pasangan."

Menurutnya, peran utama orangtua juga adalah memberikan teladan dalam proses pengasuhan. Apa yang orangtua katakan kepada anak harus selaras dengan perilaku yang dimunculkan sehari-hari. Anak akan menyerap segala sesuatunya seperti spon kering, dan hasil pengamatannya terhadap lingkungan sekitar itu akan menjadi contoh awal dalam pembentukan perilakunya. Untuk itu, sangat perlu semua teladan, kebiasaan positif, dan aturan dasar yang sudah disepakati diturunkan dan dimengerti oleh pihak-pihak yang akan mengasuh si kecil saat orangtua absen. Alias, konsistensi pola asuh harus dipertahankan.

"Kesalahan dalam pola asuh tentunya akan berdampak pada kondisi psikologis anak. Adanya pertumbuhan karakter yang tidak diinginkan dan diharapkan, trauma tertentu dan adanya mal adaptasi," kata Dwita, tidak dalam rangka menakut-nakuti. 

Menurut Dwita, berbagai jenis faktor bisa mempengaruhi cara orangtua mengasuh anak-anaknya, antara lain:

  1. Family roots: Asal muasal keluarga. Bagaimana cara kamu dibesarkan di keluarga, hal ini akan mempengaruhi nilai, keyakinan, dan motiviasi pengasuhan.

  2. Faktor agama: Keyakinan seseorang terhadap agama tentunya akan mempengaruhi cara mereka mengasuh anak.

  3. Pengaruh lingkungan sosial: Mulai dari tempat tinggal, pertemanan, lingkungan sosial anak, dan lain sebagainya.

  4. Karakter pribadi ayah dan ibu

Untuk itu, orangtua memang harus teliti saat memilih pola asuh yang tepat bagi anaknya. Satu pola asuh yang sukses dijalankan oleh teman, belum tentu cocok jika diterapkan di keluargamu. Dwita menyarankan agar orangtua mempertimbangkan dan memperhatikan beberapa hal berikut saat memilih pola asuh yang tepat untuk buah hati mereka. 

(-) Kenali dan pahami anak. Proses pengasuhan melibatkan lebih dari satu pihak (ayah, ibu, dan kakak). "Setiap anak berbeda, sehingga akan memiliki kebutuhan dan karakter asuh yang berbeda. Ada baiknya, orangtua terus belajar untuk menyesuaikan pola asuh yang diterapkan."

(-) Konsisten dalam menerapkan aturan dan disiplin kepada anak. Keberhasilan orangtua menerapkan suatu hal tergantung kepada konsistensi dalam menerapkan aturan dan disiplin.

(-) Hindari sesuatu yang sifatnya 'terlalu' atau 'kurang'. Misalnya terlalu memanjakan, kurang memanjakan, terlalu keras, kurang tegas, karena pada dasarnya sesuatu yang berlebihan dan kurang hasilnya tidak baik. Jadi, sesuaikan dengan tahap perkembangan anak.