Efek Buruk yang Bisa Terjadi Kalau Sering Baper

Efek Buruk yang Bisa Terjadi Kalau Sering Baper
ISTOCK

Kamu sering baper (bawa perasaan) padahal sebenarnya itu hanya perasaanmu saja tidak terjadi sesungguhnya? Hati-hati, efek buruk yang terjadi kalau kamu sering baper.

“Hmm.. kira-kira boleh gak ya?”

“Jangan-jangan dia marah lagi...”

“Duh, takut di sana nanti aku nggak diterima lagi,”

Mungkin, kalimat-kalimat itu pernah terlintas dipikiranmu. Tanpa disadari, berpikiran secara berlebihan alias overthinking atau mungkin sering disebut baper, bisa membuatmu menjadi sensitif dan tidak enakan kepada semua orang. Memiliki sifat overthinking hanya akan membuang-buang waktumu saja. Sementara itu, ternyata tidak semua sifat overthinking itu buruk lho. Karena dengan itu, kamu bisa memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi sebelum bertindak. Jadi, sebenarnya overthinking itu baik atau tidak? Hal apa saja yang menjadi penyebabnya?

“Hal-hal yang membuat kita overthinking lazimnya adalah hal-hal yang dirasakan penting bagi individu yang overthinking itu,” ujar Cahyo Amiseso, M. Psi., seorang psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI).

Gimana maksudnya?

“Gini, misalnya overthinking apakah atasan akan menyukai hasil pekerjaan kita atau tidak. Bisa juga, overthinking apakah mertua memaklumi keputusan kita menyekolahkan anak kita di satu pre-school tertentu,” sambungnya.

Oh, paham! Dengan kata lain adalah hal yang paling takut dijadikan kesalahan oleh kita dan dinilai jelek oleh orang lain. Iya kan? Tapi sebenarnya apa sih penyebab kita bisa jadi orang yang selalu overthinking?

Overthinking dalam kacamata psikologi lazimnya didasari oleh kecemasan. Kemudian, ada hal-hal yang mencemaskan bagi individu yang bersangkutan sehingga ia terus menerus memikirkan suatu hal yang sebetulnya tidak mengkhawatirkan. Misalnya, kecenderungan seseorang untuk ingin segala sesuatunya serba sempurna, dan merasa khawatir hasil tidak sedemikian sempurna yang ia inginkan. Ketakutan akan kegagalan terus menerus muncul sehingga individu kerap berpikir (overthinking) untuk bisa menenangkan diri dari rasa cemas tersebut,” jawabnya.

img

Yep, cemas memang rasa yang paling tidak enak dirasakan. Adakah cara untuk menghilangkan rasa tersebut?

Cahyo memberitahukan cara terbaik untuk menghilangkan rasa cemas dan overthinking, diantaranya:

  • Saat seseorang berada pada posisi overthinking yang perlu dilakukan adalah melakukan fact checking. Memastikan fakta dan kondisi yang dikhawatirkan betul layak dan memang perlu dipikirkan secara terus menerus
  • Buatlah sebuah daftar hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan membuat kita overthinking. Disebelah daftar tersebut, buatlah daftar kebutuhan dan upaya yang sudah dilakukan. Sehingga, terlihat jelas yang dikhawatirkan itu sebetulnya apa kebutuhan minimalnya dan sudahkan upaya-upaya logis ditempuh (Harapan, keadaan saat ini, upaya yang bisa dilakukan). Contohnya seperti; overthinking atas apakah mertua kira-kira setuju atas pilihan preschool untuk anak kita. Dengan harapan mertua suka dan setuju atas pilihan kita. Buatlah kondisi dan kebutuhannya, apa saja yang necessary atas situasi tersebut. Apakah jarak jangkau, biaya, lingkungan sekolah, kemudahan akses, yang sesuai dengan kondisi saat ini?

Sebetulnya, tidak ingin menjadi seseorang yang overthinking. Apalagi semua hal dipikirkan pasti tidak akan enak. Kita juga akan menjadi superduper sensi(tif) dan baper(an). Yang namanya manusia, sudah mencoba untuk tidak overthinking tapi masih tetap dilakukan dan malah tambah berlebihan.

“Jika overthinking yang ‘berlebihan’ dibiarkan, kecenderungan untuk hanya mengatasi rasa cemas lewat komtemplasi pemikiran-pemikiran tanpa adanya check and re-check fakta dan upaya, orang tersebut akan terjebak pada keadaan ‘tidak aman’ dan selamanya akan overthinking (sensitif dan baperan),” paparnya.

Selanjutnya: ingin tampil secantik Kate Middleton? Ini rahasianya...