Kata Spesialis Gizi Ini: 'Saya Pribadi Tidak Menganjurkan Detoks'

Kata Spesialis Gizi Ini: Saya Pribadi Tidak Menganjurkan Detoks
ISTOCK

Apa sebenarnya manfaat detoks?

Coba Google: bagaimana cara mendetoks tubuh, hasilnya jutaan artikel. #detox hampir mencapai 10 juta posting. Dan kata 'detoks' sendiri sering banget kita dengar. Bahkan mungkin, baru lima menit yang lalu salah satu seorang kantor mengumumkan (lewat email internal dan  grup WhatsApp) program detoksnya yang akan dimulai besok. Namun, apa sebenarnya detoks itu?

"Detoks berasal dari kata detoksifikasi yang artinya mengeluarkan toksin/racun dari dalam tubuh manusia. Racun yang dimaksud biasanya berupa obat-obatan, bahan kimia, pewarna makanan, penguat rasa, dan juga pengawet," jawab dr. Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK, Spesialis Gizi Klinik dari RSIA Asih, Panglima Polim dan RSPI Bintaro Jaya. 

Diana menjelaskan ada berbagai jenis detoks yang marak diadopsi masyarakat. "Yang banyak dilakukan adalah detoks dengan hanya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Atau ada yang hanya mengonsumsi air putih saja, ada yang detoks tidak makan karbohidrat, dll." 

Saat Woop bertanya apakah kita perlu melakukannya, dan menjadi bagian dari tren yang "terkungkung" tanda pagar depan-belakang, samping-tengah (#) detoks, jawaban Diana cukup mengejutkan. "Saya pribadi tidak menganjurkan detoks, karena tubuh sudah memiliki sistem pembuangan yang tepat," ujarnya tegas. Dan sebenarnya: "Bahwa detoks dapat mengeluarkan racun-racun dalam tubuh, dan bahwa setelah detoks badan menjadi lebih bersih merupakan sebuah mitos." 

Menurutnya, dengan mengonsumsi air putih minimal dua liter/hari, ditambah asupan serat yang cukup, sistem pencernaan (yang termasuk di dalamnya sistem pembuangan) pasti bekerja dengan optimal. 

Dan kenapa Diana tidak menganjurkan? "Pada hari orang melakukan detoks, misalnya detoks hanya makan buah dan sayur, tentu saja asupan nutrisinya tidak seimbang, mereka hanya mengonsumsi karbohidrat dari buah dan sayur tersebut, dan biasanya jumlah kalorinya tidak mencukupi untuk kebutuhan energi sehari, yang minimal antara 1500-1700 kalori dibutuhkan per harinya. Akhirnya, biasanya mereka merasa lemas, kurang konsentrasi, tidak bertenaga." 

Oleh karena itu, jika seseorang tetap ingin melakukan detoks, Diana menyarankan agar mereka beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat. Lalu, olahraga? "Sudah pasti tidak ada energi untuk berolahraga," jawabnya. 

Mengingat kompleksnya proses detoks, Diana sangat menganjurkan siapapun yang ingin melakukannya, agar berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu. "Ini sangat penting, karena dokter akan menentukan perlu atau tidaknya detoks itu dilakukan." 

Namun, menilik media sosial, bisa disimpulkan banyak orang yang melakukan detoks—seringkali inisitiaf sendiri dan semangat, tanpa saran dari ahli kesehatan. Bisa dong, diartikan bahwa itu karena pasti banyak manfaat yang akan dirasakan setelah detoks? "Karena sifatnya akan 'menahan sesuatu yang kita suka', jadi bisa melatih menahan nafsu makan, dan melatih kesabaran. Manfaat fisik tidak ada, malah lemas tidak berenergi," tukasnya. 

Kalaupun masih kekeuh melakukannya, Diana menyarankan:

  • tidak dalam kondisi yang membutuhkan konsentrasi penuh (ujian, menyetir, bekerja yang membutuhkan pemikiran),
  • tidak dalam masa pertumbuhan, hamil dan menyusui.