10 Alasan Kenapa Kamu Gagal Mendapatkan Sebuah Pekerjaan

10 Alasan Kenapa Kamu Gagal Mendapatkan Sebuah Pekerjaan
ISTOCK

Penyebabnya bukan hanya nasib sial.

Dalam lika-liku pencarian sebuah pekerjaan, seringkali kita bertanya-tanya: “Kenapa gue nggak dapat kerjaan?" Padahal udah nggak terhitung CV yang sudah dikirimkan? Ratusan? Lebih. Ribuan mungkin. Memang, terkadang ini hanya masalah nasib baik atau buruk, tapi seringkali kita sebenarnya melakukan kesalahan selama proses pencarian tersebut. Baca baik-baik daftar di bawah ini dan pastikan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di aplikasi berikutnya. 

1. Kamu kurang memiliki kualifikasi.

Memang nggak perlu memiliki semua persyaratan yang tercantum di sebuah lowongan pekerjaan, tapi dibutuhkan persentase yang tinggi. Cobalah untuk melamar pekerjaan yang setidaknya kamu mencapai 90% dari kualifikasi yang dicari (angka ini akan menjadi lebih rendah untuk pekerjaan yang sangat spesifik).

Jika sebuah perusahaan mencari seseorang dengan 3-5 tahun pengalaman kerja, dan kamu hanya memiliki 2,5 tahun, hal ini masih bisa ditoleransi; dengan catatan kamu memiliki keahlian di area lain. Di sisi lain, kalau hanya memiliki pengalaman 6 bulan, lebih baik cari lowongan kerja yang lain.

2. Kamu terlalu di atas kualifikasi.

Mungkin terdengar nggak masuk akal jika perusahaan menolakmu hanya karena memiliki terlalu banyak pengalaman atau gelar. Akan tetapi, harap diingat bahwa rekruter sedang mencari orang-orang yang nantinya akan berkembang pesat di posisi tersebut. Bayangkan, jika kamu memiliki gelar MBA dan melamar sebagai resepsionis, mereka akan berasumsi bahwa kamu akan cepat bosan dengan pekerjaan itu, sehingga pasti tidak akan mempekerjakanmu. Namun, seandainya kamu berpikir akan menyukai sebuah pekerjaan di bawah kredensialmu, pastikan mencantumkannya di dalam surat lamaran dan jelaskan alasannya.

3. Kamu hanya fokus pada satu-dua perusahaan.

Ah, sudah lama banget bermimpi untuk bekerja di sebuah perusahan tertentu, sehingga apapun yang berasal dari sana, langsung kamu lamar! 

Sama sekali bukan masalah besar untuk melamar beberapa posisi pada sebuah perusahaan yang sama, sayangnya nggak sedikit yang melamar 10, 20, atau lebih posisi di kantor yang sama karena pengin banget bekerja di situ.

Untuk informasi, saat namamu muncul sangat sering, sebenarnya yang sedang kamu lakukan adalah merendahkan probabilitasmu mendapatkan pekerjaa tersebut. Perusahaan biasanya ingin mempekerjakan seseorang yang tahu benar spesifikasi mereka.

4. Resumemu asal-asalan.

Dalam kehidupan sehari-hari, typo bukanlah kesalahan epik. Namun hal ini bisa berefek signifikan terhadap apakah kamu akan dipanggil untuk wawancara atau langsung ditolak. Jangan pernah mengirimkan sebuah resume yang tidak dicek secara menyeluruh (atas, bawah, kanan, kiri) baik dari segi pengejaan maupun gramatika. Selalu, sekali lagi selalu minta bantuan seorang manusia (bukan hanya  komputer atau Google) yang memiliki ketelitian dan kejelian tingkat tinggi. Selain itu, format resume juga penting. Kebanyakan rekruter tidak terlalu mencari yang warna-warni atau heboh; sesuatu yang mudah dibaca adalah pilihan terbaik.

5. Cover letter-mu ala kadarnya.

Atau lebih parahnya, tidak disertakan. Memang tidak semua pekerjaan meminta cover letter, tapi jika dibutuhkan dan tidak disertakan, bisa dipastikan namamu sudah langsung tersingkir. Bahkan, bila tidak diwajibkan, ada baiknya untuk tetap melampirkannya. Satu hal yang baik untuk diingat: cover letter bukan hanya sekadar copy-paste dari resumemu, melainkan harus fokus tentang mengapa kamu tepat untuk posisi tersebut. Harusnya, efek dari cover letter adalah membuat rekruter terdorong membaca resumemu dan mencocokkannya. Hati-hati: jangan pernah mengklaim bahwa dirimu adalah kandidat terbaik untuk posisi itu—honestly, you don't know that and it makes you look foolish.

6. Kamu tidak bisa menjelaskan alasan pemecatan.

Beberapa orang kehilangan pekerjaan mereka—sebagian bukan karena kesalahan pribadi dan lainnya karena melakukan sesuatu yang bodoh. Apapun alasannya, kamu wajib menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa (jika karena kesalahanmu sendiri) hal itu tidak akan terulang lagi. Jika hanya menerangkan tentang betapa menyebalkannya mantan bosmu, percayalah perusahaan akan menolakmu.

7. Sejarah karirmu yang tidak stabil.

Jika kamu adalah seorang mahasiswa atau baru saja lulus, memiliki sejarah menjadi karyawan magang atau honorer di beberapa tempat dalam waktu pendek merupakan hal yang alami. Jika tidak? Well, sebaiknya kamu bekerja di sebuah tempat paling tidak 18 bulan atau paling disarankan, 3-4 tahun. Apabila pekerjaan terakhir hanya bertahan 14 bulan, kamu harus menetap di pekerjaan berikutnya minimal 3 tahun. Kalau nggak, rekruter bisa beranggapan bahwa kamu nggak akan bertahan lama, sementara sudah banyak dana dan waktu yang mereka habiskan untuk memberikan semua training yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.

8. Kamu sedang mencoba untuk pindah karir.

Ada banyak orang yang mencoba pindah jalur dan berhasil; tapi ini bukan perkara mudah. Jika ingin melakukan hal ini, pastikan untuk menjelaskannya secara detail di dalam resume dan cover letter, serta memberitahu mengapa kamu tetap memiliki kualifikasi untuk karir baru tersebut. Para rekruter nggak punya waktu untuk menebak alasannya tanpa penjelasan darimu.

9. Kamu mengharapkan gaji yang tidak realistis. 

Sekarang ini, kebanyakan perusahan meminta pelamar untuk mencantumkan gaji yang mereka ekspektasikan, beserta dengan sejarah pendapatan selama ini. Seandainya, kamu mencantumkan 20 juta sementara nominal dari perusahaan sekitar 8-10 juta, bisa dipastikan namamu langsung terpental 200 kilometer dari meja HRD. Mereka nggak akan mau menghabiskan waktu untuk mewawancarai seseorang ketika tahu pasti kamu tidak akan mengambil posisi tersebut karena isu gaji.

Di sisi lain, meskipun bersedia mengambil pekerjaan tersebut, tapi gaji terakhirmu 15 juta, kemungkinan rekruter juga akan berpikir seribu kali sebelum menerimamu di perusahan mereka.

10. Kamu menyebalkan.

Melamar sebuah pekerjaan memang membuat deg-degan, dan terlebih karena merasa nggak ketinggalan informasi, kamu lantas menelepon berkali-kali untuk mencari kepastian. Sejujurnya, perusahaan nggak punya waktu untuk menjawab telepon dari setiap calon kandidat—apalagi dari satu calon yang sama lebih dari sekali. Perusahaan akan menganggapmu sangat menyebalkan! Satu kali lebih dari cukup, terkecuali mereka menginformasikan sebaliknya.