60% Bos Pria Tak Nyaman Bekerja dengan Karyawan Perempuan, Why?

60% Bos Pria Tak Nyaman Bekerja dengan Karyawan Perempuan, Why?
iStock

Tahukah kamu kalau ternyata banyak atasan pria yang tak nyaman bekerja dengan perempuan? Kenapa ya?

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa para manager pria tidak nyaman berinteraksi dengan rekan kerja perempuan di kantor termasuk jika harus meeting satu lawan satu. Apakah ini ancaman baru bagi karier perempuan profesional? 

Hal ini ditelaah dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh SurveyMonkey (platform survei) untuk LeanIn.org—sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh COO Sheryl SandbergFacebook—untuk mendukung perempuan pekerja. Para peneliti mewawancarai lebih dari 5 ribu pekerja profesional dan menyimpulkan bahwa 60% bos pria ragu untuk berinteraksi dengan perempuan di tempat kerja. Ini termasuk pendampingan, sosialisasi, dan meeting berdua. Kenapa demikian?

img

Studi yang sama sebenarnya pernah dilakukan tahun lalu. Hasilnya hanya 34% bos pria yang mengaku merasa tidak nyaman bersosialisasi dengan kolega wanita mereka di luar tempat kerja. Yang mengejutkan, jumlahnya telah meningkat setengahnya tahun ini.

Penelitian pun menunjukkan bahwa 345 laki-laki—sepertiga dari peserta—dengan sengaja mulai mengabaikan karyawan perempuan di luar pekerjaan dan tidak mau mengadakan pertemuan pribadi di luar kantor. Bahkan ketika ada dinas di luar kantor, bos pria lebih menunjuk karyawan laki-laki dibanding perempuan. 

Memang apa yang dipikirkan para bos pria ini ya?

Sekitar 36% pria mengatakan bahwa mereka menghindari pendampingan atau bersosialisasi dengan karyawan perempuan karena takut menjadi gosip tak bertanggung jawab. Hal tersebut bisa berdampak pada kehidupan pribadi mereka.

Tak heran bila berdasarkan data statistik, karyawan laki-laki di posisi manager 12 kali lebih tinggi merasa tidak nyaman saat meeting dengan kolega perempuan. Dibandingkan dengan karyawan laki-laki yang tingkatnya sama seperti kolega perempuan.

Tidak hanya itu, bos laki-laki juga sembilan kali cenderung ragu untuk bepergian bersama karyawan perempuan dan enam kali lebih merasa tidak nyaman jika harus makan malam bersama rekan kerja perempuan.

Sheryl Sandberg menyebut temuan ini 'benar-benar tidak dapat diterima' dan menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah memiliki peluang yang sama dengan pria di dunia kerja. Karyawan perempuan juga sudah tidak mendapatkan bimbingan yang sama dengan laki-laki dan berpendapat bahwa tak ada pegawai yang dipromosikan di tempat kerja tanpa meeting empat mata.

Lalu bagaimana solusinya?

Jelas, mengabaikan perempuan di tempat kerja dan tak memberikan kesempatan yang adil juga setara bukanlah solusi. Rachel Thomas selaku Presiden LeanIn.org bersama dengan Sheryl percaya bahwa struktur kepemimpinan perlu diubah dalam organisasi di seluruh dunia. Posisi kepemimpinan harus lebih banyak perempuan, orang-orang LGBTQ, dan dari latar belakang berbeda-beda agar tidak terjadi kesenjangan di tempat kerja.

Selanjutnya: Ustaz Arifin Ilham meninggal, ini ungkapan kesedihan sang mantu Larissa Chou. Ulasan selengkapnya bisa baca di sini.