A Day Without Phone Featuring Petra Sihombing

A Day Without Phone Featuring Petra Sihombing
WOOP.ID

WOOP menantang Petra Sihombing untuk meninggalkan handphone-nya di rumah dan hidup satu hari tanpa benda itu.

Handphone dan manusia: hanya sebatas kepala dan bantal. Tak sedikit orang menaruh handphone di bawah bantal atau tepat di samping hidungnya saat mau tidur, supaya di pagi hari nggak panik mencarinya! Sebegitu dekatnya, sampai-sampai ada yang bilang, “Mendingan ketinggalan harga diri, daripada handphone.” Well, how’s Petra’s life without a smartphone whole day?

Sering nggak sih, pakai smartphone? Buat apa, biasanya?

Secukupnya lah. Kalau lagi di studio pun jarang mengecek smartphone, tapi bukan nggak bisa dikontak juga, sih. Karena gue pribadi sebenarnya lebih suka interaksi face-to-face. Tapi memang berusaha untuk lebih aktif lagi, terutama di media sosial.

Gue salut dengan orang-orang yang bisa berkegiatan, ngobrol dengan orang lain, foto, kemudian posting di social media, lalu lanjut ngobrol lagi. Gue tipe orang yang cukup control-freak, jadi proses mem-posting di media sosial, terutama foto, membutuhkan waktu. Jadi memang tidak segampang itu.

Gimana rasanya sehari beraktivitas tanpa smartphone?

Seru sih, dan nyaman. Sulitnya ga megang smartphone lebih karena pekerjaan, karena semua orang yang kerja bareng gue memakai smartphone dan menghubungi via chat atau medsos.

Memang akhirnya, karena gue sama sekali tidak bisa dikontak, yang mencari akhirnya jadi cari info dan nelpon ke rumah gue. Ke nyokap, ke adik gue….

Kesimpulan kamu?

Pada akhirnya, gue tetap anak lama. Lebih suka sesuatu yang ‘real’. Ketemu, ngobrol bareng tanpa gangguan. Buat gue, koneksi antar manusia itu penting banget.

Meskipun begitu, gue suka dengan adanya smartphone dan media sosial karena menghasilkan cara berkomunikasi yang beda. Ga perlu ngobrol one-on-one, bahkan. Menurut gue, media sosial punya kemampuan untuk memunculkan image tertentu dalam hidup yang ingin kita tampilkan pada orang lain.

Image ‘Petra’ di media sosial dengan Petra yang sebenarnya, ada perbedaan?

Secara image… lebih tertata aja kali ya. Jadi lebih rapi. Gue ga ingin pencitraan juga, jadi gue berusaha untuk menampilkan Petra yg sebenarnya. Gimana pun juga, media sosial adalah representasi dari gue di dunia maya, jadi gue pun ingin untuk terlihat proper.

Tapi, ‘layout’ hidup dan layout sosial media gue itu dua hal yang berbeda. Serunya sih disitu, dimana gue bisa belajar merancang supaya orang yang suka musik gue juga menikmati apa yang ada di media sosial yang gue punya.

Pernah ikut ‘latah’ mencoba trend digital atau media sosial terbaru?

Heboh sih nggak, tapi penasaran sama trend, iya! Medsos baru, gue selalu nyobain. Kemarin baru aja mencoba Steller. Gue selalu suka mencari tahu apa saja yang menarik dari trend baru, dan apa saja sih, yang disukai orang dari itu. Waktu lagi rame Pokemon Go, gue juga sempat nyoba, meskipun suka ketawa-ketawa bingung aja gimana caranya ngumpulin Pokemon banyak di tas karakternya yang kecil, hahaha.

Seberapa penting keberadaan smartphone dan media sosial untuk kehidupan sehari-hari?

Di jaman sekarang, smartphone memang jadi hal yang penting, ya. Apalagi dengan medsos yang bisa menghasilkan, membuka peluang dan memberi pekerjaan juga. Tapi selalu ada negatifnya, karena kadang, orang sering lupa bahwa hal yang paling penting adalah interaksi langsung dengan sekitarnya. Gue sendiri hanya memperlakukan smartphone dan media sosial sebagai ekstensi atau fasilitas saja untuk mengakomodir itu.

Tapi gue mencoba meng-embrace perkembangan yang ada. Gue orangnya emang tidak segitu terikat dengan smartphone, tapi gue berusaha menyesuaikan dengan kondisi sosial sekarang yang memang seperti itu. Intinya, smartphone dan media sosial itu penting, tapi ada porsinya.

Thank you, Petra! See you on our next challenge.