Andien: Aku Takut Diperlakukan Berbeda Saat Hamil

Andien: Aku Takut Diperlakukan Berbeda Saat Hamil
WOOP.ID/GERI LAKSAMANA.

La petite chanteuse Andien, berbagi cerita tentang suka-duka masa kehamilan, dan persiapannya sebagai calon ibu.

Lagu Tulus tentang Belahan Jantung

Setelah mencocokkan jadwal dengan Andien, di suatu sore di pertengahan Desember lalu, kami bertemu di rumahnya di sekitar Cilandak untuk interview dan photo shoot. Sembari bersantai di salah satu kursi yang ditata dengan sentuhan etnik dan minimalis, Andien lantas bercerita tentang kesibukannya saat ini. “Aku baru saja merilis singel baru, berjudul Belahan Jantungku. Lagu ini adalah hadiah dari Tulus untuk aku, spesial untuk kehamilanku.” Lagu ini dijagokan sebagai singel pertama dari album ketujuh yang akan dirilis tahun 2017. Ia menargetkan album tersebut untuk selesai akhir tahun ini, dan berbaik hati menceritakan tentang lagu itu. “Lagu ini bercerita bagaimana aku bisa jatuh hati dengan orang yang belum pernah aku temui sebelumnya, bahkan sebelum dia lahir, sebelum ia berbentuk manusia. Aku rasa itu umum sekali dirasakan seorang calon ibu. Aku lihat ini seperti takdir, tidak cuma soal ibu dan anak, tapi jatuh cinta sebelum bertemu itu banyak terjadi.”

Lagu ini  besar artinya bagi Andien, yang sedang menjalani trimester ketiga kehamilannya. “Aku pribadi mengalami pengalaman emosional yang luar biasa ketika kehamilan. Dan spiritual juga. Aku tidak pernah merasa aku bisa mencapai aku yang sekarang ini.”

Seperti apa ‘Andien’ sekarang yang dimaksud? “Yang namanya kehamilan, it’s a total and complete surrender. It’s not a goal, it’s not an achievement, itu juga bukan sebuah prestasi. Banyak sekali hal yang tadinya aku tidak pernah rasakan atau lakukan sebelum kehamilan ini. Aku orang yang tadinya tidak punya sifat keibuan, tak ada energi untuk berserah diri, ikhlas dan segala macam lainnya, ternyata di dalam kehamilan ini, dimana aku sempat pesimis kalau aku bisa melaluinya dengan lancar, tapi naturally semua berjalan apa adanya. Hal-hal ini yang membuat bonding aku dengan anak ini semakin kuat, semakin hari semakin dalam hubungannya.”

“Aku Takut Diperlukan Berbeda Ketika Hamil”

Memang, Andien sempat membuat kaget semua orang ketika baru mengumumkan kehamilan di usia 5 bulan. “Awalnya ketika hamil, aku takut bahwa orang akan memperlakukan aku beda dengan ketika aku tidak hamil. Padahal dalam lubuk hati aku merasa bahwa orang hamil itu bukan orang sakit. Aku tidak mau orang treating aku seakan aku lemah atau invalid. Aku masih bisa menjalani kegiatan aku kok. Suamiku juga setuju, alasannya karena belum empat bulan, ruhnya juga belum ditiupkan. Tapi setelah empat bulan, justru kami ingin mendapatkan doa sebanyak-banyaknya, dapat ridho juga dari banyak orang, jadi akhirnya kami umumkan,” jelasnya.

Beberapa hari sebelumnya ia baru pulang dari Sumba, Nusa Tenggara Timur untuk photoshoot dan shooting video klip terbarunya. “Ini ke Sumba yang kedua kalinya selama aku hamil. Waktu masih hamil 2,5 bulan, aku belum berasa gimana-gimana jadi cuek banget, segala aktivitas aku lakukan meskipun kendalanya memang ada mual. Pas kemarin ketika kehamilanku sudah 8 bulan, sedihnya adalah medan yang bisa ditempuh tidak sebanyak dulu, karena sudah nggak mungkin kan, dengan perut segede gini!” ujarnya.  

“Dari aku pribadi, aku senang sekali bisa travelling, karena kehamilan erat hubungannya dengan alam. Ini adalah peristiwa alam dimana aku bisa meng-carry universe di dalam diriku. Pas aku berdiri di tengah-tengah laut, aku benar-benar merasakan gelombang-gelombang kecil yang in sync dengan gelombang-gelombang di dalam perutku. Aku seperti bisa ngobrol dengan dia. Ada yang bisa lebih meng-connect aku dengan anak, baik itu air, laut, segala yang berhubungan dengan alam.”

img

Nama Anak dan Gentle Birth

Topik lain yang akan memancing Andien untuk bercerita panjang lebar dengan antusias adalah soal menjaga kebugaran tubuh dan olahraga. Ia mengaku tak pernah diet dan tubuh ramping sehatnya murni adalah hasil dari olahraga teratur. Apa dengan kehamilan yang sedang dijalaninya, ada perubahan dalam rutinitas olahraganya?

“Ada perbedaan, dari trimester pertama, kedua dan ketiga. Pertama olahraganya masih sama seperti sebelum hamil, semuanya aku kerjakan, kecuali yang loncat-loncat. Ketika masuk trimester kedua, aku disarankan oleh guru pilatesku bahwa ada gerakan yang sudah nggak boleh dilakukan. Dulu, ketika awal hamil, goal-nya adalah ngejalanin pola olahraga yang sama, tapi sekarang aku semakin tahu bahwa dalam kehamilan itu tidak ada goal sama sekali, dan aku benar-benar harus merasakan apa yang badanku butuhkan dan apa yang bayi ini inginkan. Semakin kesini semuanya semakin low down, dan aku melakukan hal-hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya, seperti yoga, dan di 1,5 bulan terakhir aku lagi senang-senangnya berolahraga tai chi. Kalau yoga lebih ke memperbaiki sendi-sendi dan flexibility, tai chi lebih berguna untuk replenishing energy, dan sepertinya itu yang bayi ini inginkan. Setiap aku selesai tai chi aku merasa seperti wanita paling bahagia di seluruh dunia!” Andien jelas merasa sangat bersyukur akan hal tersebut, walaupun dengan rendah hati ia mengaku hanya menjalani semampunya saja.

Ternyata, Andien dan suaminya Ippe sudah menyiapkan panggilan khusus untuk sang anak. “Nama lengkapnya sih, belum fix,” sahutnya sambil tertawa. “Panggilannya Kawa. Artinya sungai, diambil dari bahasa Jepang.” Terdengar sangat ‘alam’ sekali, ya? “Memang begitu maksudnya. Aku dan mas Ippe, kami berdua merasa lebih ada connection ketika sedang berada di alam bebas. Kami ingin anak ini juga memiliki connection yang sama dengan alam.”

“Aku ingin jadi orangtua yang bisa mendidik dia sebagai anak yang saleh, sama seperti banyak orangtua lainnya. Aku ingin dia bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bijaksana. Terlebih dari itu, aku ingin sekali menjadi orangtua yang bisa mendengarkan dan berempati dengan situasi anak. Menurutku, itu ada seninya sendiri, karena kebanyakan dari orangtua pasti memiliki egonya masing-masing. Aku ingin bisa ngobrol dan bermusyawarah dengan dia, tentang apapun yang terjadi di hidupnya.”

Sejalan dengan keinginannya untuk membangun metode parenting yang hangat untuk sang anak, Andien pun memilih untuk menjalani proses persalinan dengan gentle birth. “Insya Allah, jika diizinkan oleh Tuhan. Aku ingin melahirkan dengan lembut, sesuai dengan namanya. Prosesnya sendiri akan dilakukan di rumah, dan sesuai dengan paham gentle birth, semua sudah dipersiapkan untuk proses kelahiran yang sangat lembut. Tak hanya untuk aku dan anak, tapi untuk suamiku juga, karena suamiku sejak awal pun sudah berasa hamil dan dia benar-benar setia menjaga dan membantuku untuk menjalani kehamilan ini juga.”

HALAMAN
12