Ini Kenapa Obligasi Bisa Lebih Menguntungkan dari pada Saham

Ini Kenapa Obligasi Bisa Lebih Menguntungkan dari pada Saham
ISTOCK

Bentuk investasi untuk yang masih kurang berani–dan sering butuh duit mendadak.

Kamu tidak sendirian jika berpikir, 'Apa sih, obligasi itu?' Mungkin tahu bahwa ini ada hubungannya dengan investasi, tapi bagaimana cara kerja, fungsi, dan perbedaannya dengan bentuk investasi lain—hanya orang-orang yang berjas dan bekerja di bursa saham yang paham. Namun, sudah saatnya melakukan sedikit riset, terutama jika kamu ingin mengembangkan aset finansial pribadimu. Puspa Sagara dari bagian Business Development dari Jouska Financial membantu menjelaskannya untukmu. 

Kenapa Harus Pilih Obligasi Sebagai Investasi

Ramalan Zodiak Gemini di Bulan Maret 2020 - Keuangan
Ilustrasi Investasi

APA ITU OBLIGASI? 

Seperti kita sudah tahu, obligasi merupakan sebuah bentuk investasi (lainnya adalah saham dan deposito). "Setidaknya ada dua cara bagi sebuah perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan tanpa harus meminjam dan membayar bunga yang tinggi kepada bank. Menjual surat kepemilikan perusahaan dan membagi laba perusahaan (dividen) melalui jual beli saham atau meminjam sejumlah dana dari publik melalui jual beli obligasi," terang Puspa. 

KAPAN OBLIGASI BISA MENJADI PILIHAN INVESTASI?

Menurut Puspa, jika kamu masih memiliki kecenderungan akan membutuhkan uang yang diinvestasikan (dikenal juga dengan istilah investasi jangka pendek-menengah), obligasi atau dalam bahasa inggris disebut bond, dapat menjadi salah satu pilihan tepat. Surat pernyataan utang ini memiliki waktu jatuh tempo 1-10 tahun atau umumnya 3 tahun tergantung penerbit obligasi, tapi tidak perlu khawatir karena obligasi dapat dijual kapanpun ketika dana diperlukan bahkan ada peluang mendapatkan keuntungan dari penjualan.

Baca: Berawal dari Hobi, Peluang Bisnis Crochet untuk Anak Muda

BAGAIMANA CARA KERJA OBLIGASI? 

Penerbit obligasi atau pihak yang ingin berutang adalah perusahaan BUMN atau swasta (corporate bonds), pemerintah pusat (government bonds) atau pemerintah daerah (municipal bonds). Pemegang obligasi (bondholders) atau pihak yang berpiutang adalah publik. "Sederhananya, pemerintah/perusahaan meminjam uang kepada publik dalam jangka waktu tertentu melalui penjualan surat utang. Obligasi biasanya diperjualbelikan di agen penjual atau bank. Contoh sederhana, perusahaan A membutuhkan dana 10 milyar tapi bunga pinjaman sedang sangat tinggi. Hal ini mendorong perusahaan A untuk mengambil opsi perolehan dana lainnya yaitu meminjam dana publik dengan mengeluarkan obligasi bertenor X tahun dan suku bunga Y % yang kemudian disebarkan ke beberapa bank yang telah dipercaya sebelumnya. Publik dapat membeli di bank-bank tersebut.

"Nantinya, uang publik akan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah diinformasikan dalam surat obligasi, misalnya ekspansi bisnis."

APA KEUNTUNGAN BERINVESTASI DALAM BENTUK OBLIGASI?

"Keuntungannya bagi publik? Layaknya seorang yang meminjamkan uang, tentu kita akan menerima pengembalian dana pokok pinjaman beserta dengan bunga (coupon bond). Bunga obligasi umumnya selalu 1-2% lebih tinggi dibandingkan deposito. Jika deposito menawarkan bunga 4,5%, obligasi dapat menawarkan bunga 5,5-7%. Hal ini membuat penjualan obligasi tidak membutuhkan waktu lama. Namun jangan lupa, ada sejumlah pajak yang harus kita bayarkan. Pendapatan bunga obligasi akan dikenakan pajak sebesar 15%. Walau terdengar besar, persentase ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan pajak deposito yaitu 20%," terangnya. 

PERBEDAANNYA DENGAN DEPOSITO?

Secara karateristik, Puspa menjelaskan obligasi terlihat identik dengan deposito. Deposito merupakan jenis tabungan bertenor atau berjangka waktu, dan selama tenor tersebut kita menerima suku bunga yang tetap. Begitu juga dengan obligasi. Definisi suku bunga yang tetap di sini, yakni jika kita memiliki obligasi pemerintah senilai 5 juta Rupiah, dengan tingkat bunga 10% pada tahun 2008 dengan tenor 3 tahun, dan tahun 2010 pemerintah menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga 15%, maka bunga yang akan kita terima tetap 10%.

Namun perbedaannya, uang dalam deposito tidak bisa kita tarik hingga jatuh tempo yang telah kita pilih, biasanya 1, 3, 6, 12, hingga 24 bulan, sedangkan obligasi dapat kita jual sesuai kebutuhan dana bahkan dapat memperoleh keuntungan dari selisih harga obligasi. Misal, kita membeli obigasi pada harga 100%, dan ketika ingin menjual ternyata harganya naik menjadi 110%, maka kita akan memperoleh keuntungan 10%.

Perbedaan lainnya yang menjadikan obligasi sebagai investasi yang cocok untuk investasi jangka pendek menengah adalah pembayaran bunga. Bunga dalam deposito hanya akan dibayarkan pada akhir periode investasi, sedangkan bunga obligasi (coupon bond) akan dibayarkan setiap bulan atau per tiga bulan sehingga keuntungan kita terima sejak awal dan tidak perlu menunggu akhir investasi. Tentu obligasi tidak menutup kemungkinan adanya penurunan harga, namun probabilitasnya kecil dan jarang.

Baca: Tren Investasi Terbaru: Bukan Cuma Profit, Tapi Juga Manfaat

SEBERAPA MODAL UNTUK MEMULAI INVESTASI DALAM OBLIGASI?

"Dengan minimal 5 juta Rupiah, kita sudah dapat memiliki obligasi," jawab Puspa. Berbeda dengan saham yang mampu memberikan return tinggi namun memiliki resiko, obligasi merupakan investasi dengan jaminan return. Jika kita tidak memperjualbelikan hingga tenor yang telah ditentukan, secara otomatis kita memperoleh nilai pokok yang telah kita investasikan dan juga coupon bond. Pembayaran kupon dan pokok dijamin UU no.24 tahun 202/UU no.19 tahun 2008.

ADAKAH RESIKO MEMILIH OBLIGASI?

Jika ragu memilih obligasi karena takut perusahaan tersebut tidak mampu melunasi utangnya... "Pemikiran ini memang wajar. Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi adalah bangkrutnya perusahaan yang meminjam uang kita," Puspa menerangkan. Namun menurutnya hal ini hampir tidak mungkin terjadi jika kita membeli obligasi pemerintahan. Dan tenang saja jika kita membeli obligasi perusahaan karena ketika perusahaan mengalami kebangkrutan, mereka wajib menjual seluruh aset. Dan yang pertama kali harus mendapat dana dari hasil penjualan tersebut adalah orang yang diutangi. "Ketegangan dan resiko ini dapat diminimalisir dengan memperhatikan rating perusahaan sebelum menetapkan membeli obligasi. Peringkat AAA memiliki resiko paling rendah, lalu disusul AA, A, BBB, dan seterusnya hingga D," saran Puspa.

"Jika kamu termasuk individu yang kurang berani dengan resiko dan rasanya masih seringkali membutuhkan dana besar mendadak, maka dapat memilih obligasi sebagai salah satu investasi jangka pendek menengah yang mampu memberikan bunga tetap dan lebih besar, bebas administrasi bulanan, aman, dan memberikan penghasilan tetap secara periodik," tandasnya.