Apakah Asuransi Kesehatan dari Kantor Cukup?

Apakah Asuransi Kesehatan dari Kantor Cukup?
ISTOCK

Apakah harus memiliki asuransi lain?

Sebagian besar perusahaan menyediakan asuransi kesehatan bagi pekerjanya. Ini membuat kita terkadang merasa "lega, itu sudah cukup dan aman pasti." Benarkah? WOOP bertanya lebih lanjut kepada Dewi Saputri,Financial Adviser dari Janus ID

Apa yang biasanya ditanggung oleh asuransi kesehatan dari kantor/ tempat kerja? Sebaliknya, apa yang tidak ditanggung oleh asuransi tersebut?

Jadi begini, kalau bicara mengenai cover asuransi kesehatan yang diberikan oleh kantor, pada umumnya kantor hanya menanggung jika kita diharuskan untuk rawat inap di rumah sakit, misalnya kalau sakit demam berdarah atau typhus. Namun terkadang ada juga yang memberikan cover rawat jalan misalnya, demam, batuk, pilek, dll, meski ini jarang sekali diberikan oleh kantor. Nah, kalau sudah tahu kantor hanya memberikan cover asuransi kesehatan rawat inap saja, maka perlu melakukan pembelian asuransi kesehatan sendiri, yang mengutamakan rawat jalan bagi yang memiliki anak kecil atau akan memiliki anak. Intinya adalah kantor akan memberikan fasilitas asuransi kesehatan untuk kategori penyakit ringan. Mengenai penyakit yang berat dan menguras budget seperti kanker, tentu kantor akan bepikir dua kali untuk memberikannya. Hal ini menjadi faktor pertimbangan penting untuk memiliki asuransi tambahan sendiri, terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat penyakit berat (kritis).

Bagaimana dengan BPJS? Apakah sudah cukup sebagai dana jaminan sosial dan kesehatan?

Dalam perencanaan keuangan, BPJS merupakan instrumen level pertama yang bisa kita manfaatkan daripada tidak memiliki asuransi kesehatan sama sekali. BPJS dengan premi yang murah memungkinkan semua orang mampu memilikinya. Hanya saja jika berbicara tentang cukup atau tidaknya, sangat tergantung pada kebutuhan, kemampuan, dan kenyamanan yang ingin dirasakan. Baiknya memiliki asuransi kesehatan disesuaikan dengan kemampuan atau keadaan keuangan saat ini, artinya adanya evaluasi bertahap untuk menentukan berapa besaran "cukup" tersebut. Bagi seseorang yang memiliki penghasilan sesuai UMR mungkin akan cukup dengan memiliki BPJS sebagai dana jaminan sosial dan kesehatan. Namun, bagi mereka yang memiliki penghasilan sampai dengan puluhan juta akan cenderung ingin mempunyai perlindungan lebih. Hal ini yang kami sebut dengan menuju level wealthy.

Bagaimana kita mengetahui bahwa asuransi kesehatan kantor cukup untuk menjamin bahwa kita "aman" untuk segala resiko kondisi kesehatan yang mungkin terjadi?

Jadi prinsipnya gini, kita dapat menilai resiko kesehatan sendiri. Apabila dalam keluarga memiliki riwayat penyakit seperti kanker atau darah tinggi, artinya harus memiliki asuransi kesehatan tambahan, karena ada berpotensi terkena penyakit tersebut. Namun jika tidak, hal ini berhubungan dengan melakukan penyesuaian gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi makanan sehat dan jauh dari minuman yang mengandung alkohol serta soda. Selain itu, tidak ada salahnya untuk melakukan medical check up sesekali agar mengetahui kondisi kesehatan.

Hal lainnya yang menjadi pertimbangan adalah apabila dalam kurun waktu 3-5 tahun terakhir tidak pernah di rawat di rumah sakit atau mengalami penyakit yang masih mampu untuk disembuhkan, maka asuransi kesehatan dari kantor dapat dikatakan “aman” untuk menjamin resiko kondisi kesehatan. Dalam konteks ini, resiko kondisi kesehatan adalah penyakit yang ringan, ya… bukan segala resiko. Dalam penentuan pembelian asuransi kesehatan mengacu pada risk profile seseorang; mereka yang singel dengan yang sudah menikah akan berbeda kebutuhan asuransinya. Begitu pula dengan kebiasaan dalam menjaga kesehatan, misalnya singel dan merokok, menikah tapi belum memiliki anak, dll.

Jadi, pada prinsipnya, apakah kita memiliki asuransi kesehatan eksternal kantor? 

Pada prinsipnya tidak, seperti yang dibahas pada poin sebelumnya. Penentu utama dilihat dari risk profile seseorang. Profil ini akan menjadi dasar apakah membutuh asuransi ekstra atau tidak, serta sangat menentukan level asuransi kesehatan yang diperlukan. Level asuransi kesehatan, yaitu BPJS, Stand Alone lokal, Termlife + Askes paket keluarga, Stand Alone Premium dan terakhir Unitlink dengan premi tunggal.

Jika memutuskan untuk tidak memiliki asuransi lain selain dari kantor, adakah pro dan kontranya?

Pro dan kontra dalam hal ini saya artikan mengganggu keadaan financial keluarga. 

Apabila dalam keluarga mendapat fasilitas asuransi kesehatan dari kantor, biasanya dari kantor suami dan selama ini cukup untuk meng-cover kebutuhan serta mampu menangani pembayaran biaya kesehatan di luar subsidi kantor, tentu dapat di artikan sebagai pro. Namun sebaliknya, ternyata asuransi kesehatan yang diberikan oleh kantor tidak cukup atau kurang, dengan bijak belilah asuransi kesehatan sendiri. Jangan sampai mengganggu keadaan financial keluarga yang menyebabkan kontra atau pertengkaran antara suami dan istri. Memiliki asuransi kesehatan adalah sebagai proteksi dan expense yang tidak diharapkan return dari sana. Oleh karena itu, mengetahui manfaat dari masing-masing level asuransi kesehatan di atas sangat diperlukan untuk menentukan pembelian asuransi yang tepat.  

Jika memang butuh asuransi luar kantor, kapan saat yang tepat mendapatkannya?

Waktu ideal membeli asuransi luar kantor adalah ketika kita baru menikah, artinya pasti akan memiliki anak nantinya, karena semua asuransi memiliki masa tunggu sampai dengan asuransi bisa digunakan. Umumnya adalah setelah tiga bulan sejak pembayaran premi pertama atau tidak adanya klaim di tahun pertama polis.