Apakah Normal (Sesekali) Merasa Gagal Sebagai Ibu?

Apakah Normal (Sesekali) Merasa Gagal Sebagai Ibu?
ISTOCK

Bagaimana dengan ibu negara atau ibu bernama pertiwi?

Beyonce dan Chrissy Teigen perempuan hebat, tapi kalau boleh jujur, sering kali setelah melihat postingan mereka (atau ibu-ibu lainnya) satu perasaan menghantui: merasa gagal sebagai ibu! Merasa bersalah dan rendah diri karena meski konser keliling dunia, berhasil menerbitkan buku, mereka tetap bisa berfoto dan liburan bersama anak. Sementara kita... meh! Punya waktu satu jam saja di malam hari bersama anak sudah seperti sebuah kemewahan—yang lebih sering terjadi adalah kita pergi kerja, si kecil masih tidur; dan kita pulang ke rumah, dia sudah tidur. Hah, maafkan Ibu ya, Nak.

Pertanyaan: apakah perasaan gagal ini sesuatu normal? 

“Kata gagal mungkin kurang tepat diucapkan,” kata Marcelina Melisa, S. Psi, M. Psi, Psikolog., seorang psikologis klinis dari Tiga Generasi dan Brawijaya Clinic dan Mutiara Edu Sensory. “Terkadang kita merasa salah mengambil keputusan sehingga memberikan dampak yang kurang diharapkan kepada anak. Hal ini pastinya terjadi sepanjang hidup ibu merawat anaknya, karena tidak mungkin keputusan yang diambil ibu selalu tepat,” sambungnya.

Dengan kata lain: ibu (entah itu ibu negara, atau ibu bernama pertiwi) juga manusia yang punya perasaan dan berbuat kesalahan. 

“Jadi, perasaan yang dialami oleh ibu ini adalah hal yang wajar adanya, jika terdapat pencetus yang melatarbelakangi timbulnya perasaan tersebut. Meski demikian, akan menjadi tidak wajar jika hal ini mengganggu pikiran, perasaan dan perilaku hingga menghambat kita dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Jika perasaan ini wajar dialami oleh seorang ibu, adakah cara untuk tidak membiarkannya berlarut-larut?

“Meski wajar dirasakan, hal yang penting adalah ibu dengan rendah hati dapat mengkritisi diri sendiri dan sadar terhadap kesalahan dalam mengambil keputusan dan menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran. Kemampuan ibu untuk tidak terpuruk berkepanjangan ini sangatlah penting, karena seringkali jika ibu memiliki rasa bersalah, maka akan mempengaruhi pengasuhannya kepada anak. Yang perlu diingat adalah bagaimana cara kita memperbaiki diri dengan cara memberikan pengasuhan yang lebih baik lagi pada anak,” tutur Lina.

Jika saat ini, atau belakangan ini kamu sering kali merasakan "gagal" sebagai seorang ibu, entah itu akibat melihat postingan seorang seleb atau mendengar cerita sukses seorang teman, Lina menganjurkan melakukan beberapa hal: 

  1. Sadari bahwa ibu hanya manusia biasa yang bisa mengambil keputusan yang kurang tepat. "Merasa sedih, kesal, dan kecewa boleh. Justru perasaan yang muncul sebaiknya kita terima menjadi salah satu bentuk ekspresi kita, tapi jangan terlalu lama sehingga dapat mengganggu tugas kita yang lain."

  2. Ceritakan kepada orang dekat yang bisa dipercaya. "Misalnya suami atau sahabat. Berbagi cerita dengan orang lain dapat membuat perasaan menjadi lega, sekaligus kita bisa mendengarkan masukan dari sudut pandang orang lain, jika kita membutuhkannya."

  3. Tentukan langkah apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. "Tentunya langkah ini yang realitis sehingga tidak menambah beban yang tidak diperlukan."

  4. Berkonsultasilah pada profesional apabila perasaan gagal atau bersalah sudah mengganggu pikiran, emosi, dan perilaku kita.

Ada baiknya diingat bahwa menjadi ibu adalah peran seumur hidup yang membutuhkan proses pembelajaran selama nyawa dikandung badan pula. Dengan kata lain, detik ini bisa saja kamu merasa menjadi ibu yang baik, layak mendapatkan gelar "ibu teladan sedunia", dua jam kemudian... siapa yang tahu. 

“Menjadi ibu yang baik sangat luas deskripsinya dan pemahaman ‘baik’ pastinya berbeda bagi ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Namun, satu yang pasti, tentunya kita setuju jika menjadi ibu yang baik berarti membantu anak dalam tumbuh kembangnya secara optimal. Baik itu pertumbuhan secara fisik, maupun perkembangan diri dan psikologisnya,” tutur Lina. Caranya? “Salah satu yang dapat dilakukan dalam membantu anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal adalah dengan memahami karakter anak agar dapat menggunakan pendekatan personal padanya, dan menyesuaikan komunikasi dengan cara yang disesuaikan dengan rentang usia anak,” sarannya. 

Selanjutnya: Kamu tidak sendirian. Woop bertanya kepada beberapa ibu, dan mereka curhat bahwa perasaan "gagal" menjadi ibu yang baik pernah menggerogoti. Dengarkan pengakuan mereka di sini dan di sini