Arifin Putra: Berdesak-desakan di Commuter Line Selama 1,5 Jam

Arifin Putra: Berdesak-desakan di Commuter Line Selama 1,5 Jam
WOOP.ID

Arifin Putra membagikan pengalamannya berdesak-desakan di angkutan umum, termasuk commuter line.

Tak hanya sibuk mendalami peran sebagai aktor, Arifin Putra juga ternyata menyimpan banyak kepedulian terhadap isu-isu sosial, terutama masalah transportasi umum. Seperti apakah pandangannya? Intip wawancara WOOP dengan aktor cakep ini.

Apakah pernah naik public transport di Jakarta?Naik Transjakarta, pernah, tapi dulu banget. Baru-baru ini, nyobain lagi, naik commuter line dari Jakarta Kota ke Bogor. 

Bagaimana pengalaman saat naik commuter line?Gue termasuk orang yang senang sekali naik kereta. Ketika sedang di Eropa, hobi gue adalah keliling kota naik berbagai macam kereta. Untuk pengalaman naik commuter line sendiri sebenarnya cukup nyaman, cuma memang menurut gue masih banyak yang perlu diperbaiki.

Seperti apa contohnya?Gue merasakan, ada line yang tidak efektif. Kereta berhenti di setiap stasiun, padahal sebenarnya semua orang yang naik rata-rata berhenti di Depok. Menurut gue, sebaiknya dibuat line express saja. Misalnya, dari Jakarta Kota sampai Manggarai, lalu dari Manggarai langsung ke Depok. Kenapa orang jadi berdesak-desakan, karena ketika masuk ke kereta dari stasiun tempat naik, sudah tidak ada tempat duduk. Jadilah gue dan puluhan orang lainnya di satu gerbong berimpitan selama 1,5 jam sampai Bogor. Commuter line itu sangat dibutuhkan orang, tapi memang jumlah keretanya belum cukup, line-nya pun belum efektif.

Kenapa memilih naik commuter line di antara banyak pilihan transportasi lainnya?Mencoba sesuatu yang baru. Gue mendengar banyak hal yang positif dari commuter line. Setelah gue coba dan alami sendiri, memang benar seperti itu. Untuk beli tiketnya gampang, efisien dan nggak ribet. Cuma, memang untuk ketika di stasiun, pilihan dan petunjuk transportasi lanjutannya masih membingungkan. Mau memilih taksi, angkot, ojek, bus ataupun lainnya, petunjuk dan arah trayeknya masih belum jelas.

Sebagai penduduk kota, ingin transportasi umum yang seperti apa, sih?Yang paling aman, seperti di Eropa. Transportasi antar kota mainly dengan kereta, dan untuk di dalam kota ada stasiun sentral, yang disitu kita bisa dengan mudah menyambung ke MRT, LRT, Trem, Bus, Taksi, semua bisa nyambung disitu. Semuanya harus terintegrasi. Gue dengar dari berita kalau Dukuh Atas mau dijadikan kawasan hub untuk MRT, LRT, commuter line, Transjakarta dan kereta ke bandara. Yang bikin gue kesal adalah, sampai sekarang pemerintah belum duduk bareng untuk membuat stasiun yang terintegrasi. Bisa jadi, kalau kita turun dari commuter line mau ke kereta bandara, harus keluar stasiun dulu, padahal trotoar kita untuk pejalan kaki juga kondisinya memprihatinkan. Malahan, ada juga rencana membangun 2 stasiun LRT di Dukuh Atas, satu garapan pemerintah pusat, satu lagi garapan Pemprov DKI. Jaraknya cuma 200 meter. Yang gue maksud, duduk barenglah. Jangan jalan sendiri-sendiri dalam pengerjaan proyek seperti ini. Dan satu lagi, penting adanya kartu ‘sakti’ yang bisa mengakses bentuk public transport manapun. Nggak perlu jauh-jauh, lihatlah Hongkong dan Singapura yang serba rapi. Tinggal contoh dari mereka saja.