Ayu Utami: 'Ketika Tidak Terjadi, Berarti Its Not My Fate'

Ayu Utami: Bicara tentang Takdir
WOOP.ID/YOGO TRIYOGO

Cerita seorang perempuan yang ingin punya anak dan menjadi ibu. Bercerita tentang takdir.

Apakah dokter memberitahukan penyebab terjadinya penyumbatan? 

"Dia bilang faktornya bisa macam-macam," jawab Ayu. "Misalnya," lanjutnya, "bisa dari makanan, kayak lo terlalu banyak makanan berminyak, itu terjadi penyumbatan. Bisa juga kayak terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan." Namun Ayu mengeliminasi faktor terakhir ini karena, "gue tipe yang kalau flu nggak minum obat, cuma minum air putih yang banyak sama tidur. Berarti bisa jadi dari pola makan dan gaya hidup gue. Jadi, gue memang harus memperbanyak (mengetuk meja) olahraga lagi dan gaya hidup yang benar," dengan suara jernih. 

Ah, saya jadi lebih mengerti mengapa rokok absen dari jari-jarinya.

"Tapi pelan-pelan sih, karena memutuskan mata rantai rokok dan kopi itu susah banget," akunya sambil tersenyum geli. "Awalnya gue coba nggak ngopi. Gue pernah lima hari gue nggak ngopi dan ngerokok tapi akhirnya ngemil. Ini membuat gue kesal sendiri dan berpikir ‘kenapa sih, gue menyiksa diri sendiri?' Akhirnya yah udah, gue coba berkonsultasi… eh… bukan berkonsultasi," ralatnya, "tapi bertanyalah kanan-kiri dengan orang yang sudah mempunyai anak maupun orang yang sudah mempunyai anak dengan cara yang sangat susah. Ternyata... jawabannya benar-benar variatif banget! Ada yang bilang ‘Oh gue sampai berhenti ini, inu.' Ada juga yang bilang, ‘Aduh, gue aja tahu gue hamil seminggu yang lalu abis gue naik table, joget-joget di Blowfish. Hamil akhirnya,'" papar Ayu panjang lebar. 

Jadi apa kesimpulannya setelah mendengar pengalaman teman-temannya? 

"Bahwa sebenarnya lo bisa usaha, tapi at the end of the day, semua itu kembali lagi ke takdir lo. Kalau misalnya lo percaya sama Tuhan, itu kembalilah kepada Tuhan. Lo berserah diri. Itu tergantung eh, hmm… schedule-nya Tuhan. Jadi semuanya itu tidak bergantung pada: 'Oh, dengan ini sudah pastilah hamil,' nggak gitu juga. Akhirnya gue menyantaikan diri gue, tapi tetap usaha. Dalam arti, misalnya OK, gue jaga makanan, kayak hari ini gue ngopi, besok gue nggak. Atau gue ngopi dua-tiga hari setelahnya. 

"Yang pasti," tambahnya dengan tegas, "gue nggak mau menyiksa diri gue seperti teman-teman gue yang sebelum-sebelumnya yang setiap ketemu pasti dia nanya, 'Eh, lo udah belum? Lo kayak gimana? Gue udah nyoba apalah yang macam-macam itu'—sampai dia stres banget. Gue nggak mau menderita karena itu, karena gue tetap yakin bahwa semua ada jalannya. Semua ada waktunya, kalaupun belum waktunya, yah sudah jangan dibawa stres, ngapain?" ujarnya dengan santai. "Tapi pemikiran ini setelah gue berumur 34 tahun ini, ya" Ayu mengingatkan kembali. 

Dan setahu saya (melihat postingannya di media sosial): Ayu rajin yoga. Iya 'kan?

"Iya, yoga, tapi 'kan tidak didukung dengan pekerjaan, tidur yang benar, sama makan yang benar," katanya dengan jujur. "Gue yoga. Gue happy, tapi abis itu gue merokok. Tiap hari gue ngopi, bahkan satu hari bisa dua kali ngopi. Kalau rokok gue masih bisa kayak sebungkus lima hari, empat hari—nggak sebungkus satu hari juga, ya (imbuhnya dengan tangkas). Kopi yang susah," akunya terang-terangan. 

Menurut penelitian satu dari 10 pasangan memiliki masalah dengan kesuburan. Dan dari sekian banyak penyebabnya, salah satunya misalnya penyumbatan tuba falopi, banyak pasangan memilih untuk melalui cara-cara yang melibatkan obat dan suntikan, atau operasi invasif minimum seperti laparoscopy atau hysteroscopy. Apakah berminat mencobanya?

"Nggak mau," jawabnya dengan tegas, menggelengkan kepala berkali-kali. "Jadi gue itu tipe orang yang percaya banget dengan satu, Allah, kedua kekuatan semesta. Jadi dibilang kekuatan semesta itu adalah ketika lo pengen banget, kek semesta mendukung, mengamini. Itu gue percaya. Trus, gue juga merasa ‘Aduh minum obat, disinari,' kayaknya gue percaya there’s another way yang lebih friendly. Which is ini kayak ironi sih, karena gue merokok," ujarnya lalu tertawa terbahak. "Itu 'kan kimia, ya? Tapi kayaknya cukup deh, gue memasukkan nikotin ke badan gue. Jangan yang lain-lain deh. Hahaha," katanya tertawa lagi. "Tapi gue kayak ‘Aduh kayaknya badan gue belum siap meng-endure itu deh, mendingan gue mencari alternatif."

Google pun menjadi teman Ayu. Dia mencoba kurma nabi, "kalau cuma kurma nabi mah gue biasa." Lalu, bawang hitam, "yang katanya bisa mencegah kanker dan macam-macam lagi. Untuk totally kesehatan tubuh, oh OK I can do that."

Bukan berarti Ayu sok pintar karena, "Even dokternya ngomong begitu. Dia bilang ada cara kedokteran kayak begini, begitu, lo disinari, inseminasi, bayi tabung, tapi belum tentu juga berhasil," ujarnya. Ayu mengingat jelas rekomendasi dokter saat diagnosa kondisinya keluar. "Dokternya pun bilang begini: 'Sebenarnya cara paling sederhana kita hindari dulu deh yang kimia-kimia, hidup sehat dulu aja. Kita lihat selama tiga bulan. Olahraga, yang penting olahraga. Kedua, lo tidur teratur. Lo kerja, lets say in your case 10 to 6, lo pulang, suami lo juga pulang. Lo quality time, bukan as in lo pulang terus langsung ML, buat anak. Bukan. Jadi benar-benar lo menikmati kebersamaan lo di malam hari. Jadi bukan kayak yang lo sama-sama pulang jam sembilan, lo mandi, lo tidur, nggak. Lo harus benar-benar punya waktu untuk leye-leye, nonton tv, makan bareng,'" ujar bebernya panjang lebar. "Jadi dia merujuk kepada healthy minds, sebenarnya. Dimana lo punya healthy minds, lo punya healthy life, Insya Allah di situlah kejadian," katanya penuh keyakinan. 

Mendengar cerita detail tersebut, dan antuasiasme dan kesantaian Ayu menjalani situasinya, saya penasaran bertanya satu hal: bagaimana perasaannya saat mendengar diagnosa tersebut? 

"Yah pastilah, nge-drop. Perempuan mana sih, yang nggak nge-drop setelah mendengar berita kayak begitu," ujarnya sedikit emosi. "Itu gue benar-benar sedih," tambahnya.