Bagaimana Menghindari Belanja Impulsif Dan Tidak Terbujuk Rayuan Diskon Akhir Tahun

Bagaimana Menghindari Belanja Impulsif Dan Tidak Terbujuk Rayuan Diskon Akhir Tahun
ISTOCK

Apa sebenarnya alasan kamu membeli jeans super mahal itu?

Apa rencanamu akhir pekan ini? Belanja kado dan pernak-pernik akhir tahun karena "mumpung lagi diskon?" Agenda awal sih, hanya akan membeli sesuatu untuk acara tukar kado akhir tahun di kantor, tapi begitu melihat ratusan tawaran diskon, panik dan kalap. Katarsis dan menyenangkan memang, tapi perasaan kita dijamin akan berbeda saat melihat tagihan kartu kredit akhir bulan. Akhirnya, lebih pasak daripada tiang. 

Namun jika kamu tidak ingin mengalami drama seperti di atas, alias ingin lebih pintar musim liburan kali ini dan akan berusaha sekuat tenaga untuk jatuh ke dalam cobaan diskon yang terkutuk, ada beberapa cara trik psikologis yang bisa kamu praktekkan. "Dengan mempelajari bagaimana iklan-iklan tersebut mencoba untuk membuatmu merasa buruk tentang dirimu, kamu akan bisa menekan tombol 'hapus' tanpa berpikir dua kali," tegas Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., ABPP, profesor emeritus psikologi dan ilmu otak dari University of Massachusetts, di Psychologytoday

Dalam artikel tersebut, dia merujuk kepada Compensatory Consumer Behavior Mode. "Menurut pandangan ini, alasan orang mau membayar sesuatu dengan harga yang tidak masuk akal saat membeli benda-benda kebutuhan sehari-hari seperti jeans and jam tangan adalah dengan melakukannya, mereka memuaskan kebutuhan mereka untuk merasa lebih baik," jelas Whitbourne. Menurut  Whitbourne, ketika seseorang membeli sesuatu yang bisa membuat statusnya lebih tinggi, orang itu berharap kesenjangan antara dirinya yang sebenarnya dengan mimpinya tentangnya dirinya akan mengecil. Itulah sebabnya, Whitbourne membeberkan beberapa tips untuk membuatmu bisa menahan diri. 

1. Kuatkan rasa percaya diri sebelum belanja. Pasalnya akan banyak iklan yang membuatmu merasa rendah diri, jadi setiap sebelum belanja ingatkan tentang betapa berharganya dirimu . "Oleh karena para retail itu ingin membuatmu seperti merasa kurang sesuatu jika tidak membeli produk mereka, maka fokuslah kepada kelebihan-kelebihan personal yang membuat rasa percaya dirimu meningkat," saran Whitbourne. 

2. Jangan impulsif. Whitbourne menjelaskan bahwa gaya bahasa berlebihan yang digunakan oleh retail di dalam email dan iklan mereka memang dimaksudkan untuk mendorong kita berbelanja tanpa berpikir. Sebelum membayar, paksa diri mengambil waktu sebentar untuk mempertimbangkan mengapa kamu perlu barang itu. Kalau tidak, Whitbourne mengatakan "itu artinya kita gagal melakukan rasionalisasi, yang padahal akan membantu kita memutuskan membeli sesuatu berdasarkan dana yang kita miliki." 

3. Lihat apa yang kamu punya, bukan apa yang tidak dipunyai. Cara terakhir adalah mendorong diri sendiri untuk menjadi konsumer yang lebih pintar dengan fokus atas apa yang kita punya, bukan apa yang tidak kita miliki. "Ingat-ingat apa yang ada di lemari, atau jika sedang di rumah, cari barang yang hampir sama," Whitbourne menyarankan. "Ini tidak hanya akan membuatmu merasa cukup dan tidak rugi, tapi juga merasa berhasil dan senang karena bisa menemukan benda-benda yang sama dengan yang diiklankan."