Berinvestasi: Haruskah? Mengapa? Bagaimana?

Berinvestasi: Haruskah? Mengapa? Bagaimana?
ISTOCK

Baca sampai habis. 

Setelah memiliki pekerjaan dan kehidupan yang agak mapan, pertanyaan yang sering kali kita ajukan dan terngiang-ngiang di kuping dan mengganggu tidur adalah: haruskah berinvestasi? Namun, mendengar kata "investasi" sepertinya bikin bulu merinding dan belum apa-apa, kepala jadi pusing! Untuk membantu kamu keluar dari dilema ini, WOOP meminta Farah Dini Novita, Vice-CEO/ Senior Fiduciary Adviser dari JANUS, untuk memberikan pencerahan seputar investasi dengan bahasa yang dimengerti oleh rakyat biasa. WOOP berharap setelah membaca ini, pikiranmu lebih jernih dan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

MENGAPA HARUS BERINVESTASI?

Karena hanya dengan investasi, maka kita bisa melawan inflasi yang menggerogoti nilai dari uang kita. Suatu instrumen keuangan bisa di katakan produk investasi ketika return yang diberikan dapat mengalahkan kenaikan inflasi rata-rata di Indonesia. 

KAPAN HARUS BERINVESTASI? APA YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN?

Investasi di mulai sedini mungkin. Sekarang malah banyak anak muda yang masih kuliah sudah mulai berinvestasi. Jadi tidak ada alasan bagi kita yang sudah memiliki pekerjaan untuk tidak segera menyisihkan dana untuk masa depan yang lebih baik. 

Sebelum investasi, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :

a. Bagaimana kondisi keuangan kamu saat ini, apakah sudah memiliki dana darurat? Jika belum atau masih minim, fokus dulu agar paling tidak 30%-50% dana darurat terpenuhi, sehingga kamu dapat berinvestasi secara paralel dengan menabung dana darurat setiap bulannya.

b. Bagaimana profil resiko kamu dan pasangan? (jika sudah menikah). Diversifikasi portfoliomu tergantung dari tingkat kenyamananmu dan pasangan dalam mengambil resiko. 

Contoh : Jika kamu tipe yang konservatif (hanya memilih instrumen keuangan yang sifatnya aman) dan suami tipe agresif (berani mengambil resiko untuk hasil yang lebih tinggi), maka jika digabungkan portfolio kalian berdua memiliki profil resiko moderat. Artinya, ada balance antara produk yang agresif dengan produk yang masih mempertahankan modal awal atau memberikan penghasilan pasif yang pasti setiap bulannya. 

c. Tujuan keuangan dan jangka waktu untuk mencapai target tersebut. Produk investasi untuk jangka pendek, menengah dan panjang tidak sama.

Contoh : Jangka pendek bisa ke bentuk deposito atau reksadana pasar uang; menengah bisa ke obligasi sedangkan jangka panjang bisa langsung ke saham. 

SEBENARNYA APA SAJA YANG BISA DIJADIKAN INVESTASI?

Suatu instrumen/produk keuangan bisa dijadikan investasi ketika : 

1. Memberikan capital gain (kenaikan dari harga beli).

2. Memberikan cashflow/passive income (penghasilan baik itu bulanan/tahunan/per kuartal).