Cinta Diri Sendiri: Apakah Berarti Setiap Hari Harus Mencintai Hidung yang Pesek?

Cinta Diri Sendiri: Apakah Berarti Setiap Hari Harus Mencintai Hidung yang Pesek?
ISTOCK

#selflove.

Begitu banyaknya orang yang menggunakan #selflove saat memposting foto-foto, impresi yang didapat adalah mencintai diri sendiri itu penting. Mempromosikan dan mengingatkan orang lain untuk #selflove itu krusial. 

"Jika tidak mencintai diri sendiri, kita akan merasa lelah secara emosional dan mental," papar Wita. "Bayangkan saja," lanjutnya, "kita harus bersama seseorang yang membenci, mengkritik, dan tidak puas dengan diri kita 24 jam sehari – 7 hari seminggu. Itulah yang terjadi ketika kita tidak mencintai diri sendiri. Akhirnya, ketika ada kritikan dari orang lain, kita tidak dapat memfilter, kritikan mana yang membangun mana yang tidak. Kita hanya semakin meyakini bahwa diri kita tidak pantas dicintai. Jika terus begini, kita dapat menjadi seseorang yang bitter terhadap orang lain dan kehidupan secara umum, kita menjadi orang yang tidak percaya diri sehingga tidak mengaktualisasikan potensi diri sebenarnya. Bahkan hal itu dapat mempengaruhi fisik seperti sering sakit kepala—karena terus-terusan mengkritik diri sendiri—dan manifestasi lain yang berbeda pada setiap orang."

Lalu apa yang terjadi jika kita tidak—kurang mencintai diri sendiri?

"Jika tidak mencintai diri sendiri, kita sulit menghargai diri sendiri. Secara tidak sadar, kita menjadi dekat dengan orang-orang yang juga sulit menghargai diri kita. Akhirnya kita pun terbiasa menjadi 'keset' dan diinjak oleh orang lain. Ketika diperlakukan tidak adil atau secara kasar, menganggap bahwa hal itu wajar karena berpikir kita memiliki banyak kekurangan sehingga pantas diperlakukan tidak baik. Saat kita tidak mencintai diri sendiri, kita dapat terjebak di dalam hubungan yang tidak sehat namun tetap mempertahankannya," beber Wita. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa kampanye di dunia maya semacam itu memang positif. Namun, di sisi lain, karena begitu banyak melihat postingan berbau self-love, beberapa orang terkadang sadar tidak sadar lantas membandingkan postingannya dengan jutaan postingan lain. Perasaan kurang cantik kembali menggerogoti. Alhasil, lagi-lagi mulai membandingkan diri? 

"Setiap orang memang berbeda dan memiliki kecantikan dengan versinya masing-masing. Hentikan membuat standar bahwa cantik hanyalah putih, berambut panjang, langsing, dan sebagainya. Apapun warna kulitnya, bagaimanapun bentuk tubuhnya, semua orang memiliki kecantikannya masing-masing.

"Belajarlah untuk melihat ke dalam diri, bahwa cantik bukan hanya tampilan luar saja. Cantik itu sangat beragam definisinya. Perempuan yang berani berpendapat itu cantik, perempuan yang kreatif itu cantik, perempuan yang berprestasi itu cantik, dan lain sebagainya," paparnya. 

Menurut Wita ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kampanye dan media sosial tidak senjata makan tuan. Di antaranya:

  • Jika memang terlalu mengganggu, puasa media sosial perlu dilakukan. "Agar diri kita menjadi lebih tenang dan kembali dapat berpikir jernih. Kembali membuka media sosial saat kita berada di dalam kondisi yang lebih stabil."
  • Ingat bahwa orang hanya memposting bagian bahagia atau kondisi positif dalam hidup mereka. "Padahal kita tidak mengetahui drama kehidupan apa yang mereka hadapi, perjuangan seperti apa yang mereka lalui. Everyone has their own battle, focus on your own." 
  • Lakukan hal-hal yang membahagiakan dan berkumpul dengan orang-orang yang dapat memberikan energi positif. "Jika kamu bahagia, kamu tidak akan terganggu ketika melihat kebahagiaan orang lain."

Dan seandainya, kamu penasaran, ingin tahu apakah kamu sudah mencintai diri sendiri, Wita memberitahukan beberapa tandanya: 

1. Dapat menilai secara objektif bahwa kita adalah paketan dari kombinasi akan kelebihan dan kekurangan.

2. "Kita sudah dapat menertawakan kekurangan diri sendiri bukannya merasa sedih atau marah terhadap hal tersebut."

3. Jika pun ada hal yang tidak kita sukai, "kita fokus dengan bagaimana cara mengembangkan hal tersebut atau area lain, instead ofconstantly criticizing ourselves."

4.Kita tidak menjadi orang yang fokus dengan kebahagiaan orang lain, baik dengan cara membandingkan diri ataupun sulit bahagia untuk orang lain.

5.  Kita dapat memilah orang-orang yang memang memberikan kritikan membangun, mana yang kritikan yang menghancurkan. "Mana orang yang menghargai dan menyayangi diri kita dan mana yang tidak. Kita tidak bersedia berada di dalam hubungan yang tidak sehat dengan orang lain."

Dan ingat: jika proses mencintai diri sendiri ini sulit, minta dukungan dari orang-orang terdekat. Minta masukan hal-hal positif diri kamu di mata mereka. Dengan begitu kamu akan memperoleh perspektif baru tentang diri. "Coba tulis dan tempel hal-hal positif tersebut di tempat-tempat yang mudah terlihat setiap hari sebagai 'asupan vitaman positif.' Jikapun hal tersebut masih belum membantu, perlu dipertimbangkan opsi untuk konsultasi dengan pihak professional, karena bisa saja kamu memiliki banyak isu yang menghalangi untuk dapat mencintai diri sendiri," sarannya.