Definisi Cantik Berbeda di Setiap Negara

Work
ISTOCK

Beauty and the place. 

The Beast boleh saja menganggap bahwa Belle adalah perempuan paling cantik di dunia. Namun, di belahan dunia lain bisa jadi Belle jauh dari definisi itu.  

Perempuan di Kenya dan beberapa bagian Afrika.

Anggota suku Masaai di Afrika terkenal dengan kebiasaan mereka memakai perhiasan berat yang terbuat dari batu atau gading gajah untuk membuat daun telinga semakin lebar.

Seiring dengan bertambahnya waktu, status perempuan di suku Masaai, dan beberapa suku lain, dipertinggi dengan seberapa besar dan panjang daun telinga mereka. Untuk menarik perhatian orang terhadap kecantikan daun telinganya, para perempuan Masaai akan menghiasinya dengan perhiasaan dan manik-manik warna terang.

Perempuan Maori, New Zealand

Wanita Maori di New Zealand secara tradisi menghiasi sebuah tato di dagu mereka sebagai cara untuk menarik perhatian laki-laki. Tradisi sakral ini dikenal dengan nama Ta Moko. Setiap moko memiliki perbedaan dan mengandung informasi spesifik tentang nenek moyang sang pemilik tato. Moko juga memperlihatkan keluarga perempuan dan afiliasi suku, serta status sosialnya di dalam suku.

Meski laki-laki dan perempuan keduanya bertato, alasan utama bagi wanita untuk menato dagu dan bibirnya adalah dari segi kecantikan.  “Mereka membuat tato di bagian bibir dan dagu dan semakin penuh bibir, semakin dianggap cantik oleh orang lain,” kata Katie Wake-Ramos, yang berkeliling dunia untuk mempelajari konsep cantik di budaya yang berbeda.

Praktek ini telah berubah seiring jaman yang semakin modern, tapi tetap saja hal menarik perhatian laki-laki Maori. “Sekarang ini tato tersebut lebih sebagai fashion statement,  sebuah mode bagi Maori,” ujar Dr. Ngahuia Te Awekotuku, seorang profesor psikologi di Waikato University.

Perempuan Mauritani, Afrika

Di negara Mauritania, Afrika, kekeringan dan kelaparan adalah kondisi normal, sehingga badan yang besar secara tradisi dianggap sebagai tanda kemakmuran.

Wanita dengan postur besar dianggap idaman sebagai gadis (semuda tujuh tahun) dikirim ke peternakan dan didorong untuk makan lebih banyak agar berat badan mereka bertambah. Sebuah laporan dari BBC mengatakan bahwa beberapa gadis bisa berakhir dengan berat badan sampai 59  sampai 100 kg. Namun, tradisi ini mulai terkikis. “Orang tidak lagi berpikir seperti itu,” kata Leila kepada World Today—seorang perempuan dari kota gurun di Chinguetti yang mengalami proses tersebut saat masih kanak-kanak. “Secara tradisi, seorang perempuan bongsor merupakan simbol kekayaan. Sekarang kami memiliki visi lain, kriteria yang berbeda untuk kecantikan. Orang muda di Mauritania hari ini tidak melihat gemuk sebagai tanda kecantikan. Melainkan, saat ini cantik itu sama dengan alami, dan makanlah sewajarnya.”

Perempuan India

Perempuan di India menghiasi hidung dengan cincin, bindi dan henna untuk membuat mereka terlihat lebih atraktif, terutama di acara-acara khusus seperti pernikahan atau festival. Perusahaan kosmetik L'Oréal menyatakan bahwa budaya India selalu menganggap bahwa kecantikan sebagai sebuah ekspresi keilahian dan harus dihormati. Sama seperti budaya negara lain, perempuan menginginkan kulit yang lebih terang dan menghabiskan sejumlah besar uang untuk krim pencerah kulit.

“Walaupun garis mata, perhiasaan dan dyed bindis, serta tangan dan kaki yang dihiasi dengan henna, Bollywood menyuguhkan aspek lain dari kecantikan India dimana warna, kilau dan halus menjadi bagian dari keseharian,” kata L'Oréal. "Terlepas dari ukuran negara dan keanekaragaman wilayahnya, perspektif kecantikan ala Bollywood ini berdasarkan pada kriteria yang sangat spesifik: kulit terang, lekuk tubuh feminin, mata besar, dan rambut hitam, panjang dan berkilau."

Perempuan di Pasifik Barat, Amerika Selatan dan beberapa bagian di Afrika

Skarifikasi merupakan tradisi terkenal di berbagai belahan dunia dan budaya, mulai dari Pasifik bagian barat ke Amerika Selatan sampai beberapa bagian di Afrika (misalnya suku Karo di Etiopia). Di banyak budaya, baik laki-laki dan perempuan melakukan proses pembuatan luka yang menyakitkan. Perempuan sendiri cenderung melukai torso dan dada karena dianggap seksi dan misterius.

Sama seperti tato pada suku Maori di New Zealand, luka-luka ini sebagai simbol atas status sosial, peran politik dan keagamaan, juga silsilahnya.

“Yang paling penting, hal ini dilakukan untuk kecantikan personal, karena pada banyak kasus, luka-luka ini digunakan untuk menandai periode-periode dalam hidup seorang perempuan muda, transformasinya dari masa kanak-kanak menuju dewasa,” kata Wake-Ramos. “Akhirnya, setelah lukanya selesai, dia diijinkan untuk menikah—dan bagi pria, perempuan dengan fashionable scars lebih atraktif dan menarik secara seksual. Dan, kemungkinan besar subur.”

Perempuan di Prancis

Tidak ada yang lebih menarik bagi pria Prancis dibandingkan dengan penampilan alami yang dianut oleh banyak perempuan tersebut. Jika budaya lain memilih dandanan tebal, banyak perempuan di Prancis lebih menyukai yang alami: makeup yang lebih tipis atau tidak sama sekali. Sebagai gantinya, mereka menekankan kecantikan alami mereka dengan warna-warna netral. “Apa yang kami inginkan adalah menjadi diri sendiri—bukan versi lebih baik dari diri,” kata Violette, seorang makeup artist, dalam sebuah wawancara dengan Vogue. “Kami merasa lebih baik merasa terbiasa dengan hal yang ada daripada mencoba mengubahnya. Jadi yang kami pikirkan adalah: gaya apa yang bisa diadaptasi dengan wajah dan rambut seperti ini?”

Untuk terlihat maksimal dengan dandanan minimal, perempuan Prancis bekerja keras untuk menjaga kondisi kulit dengan krim dan produk kosmetik. “Wanita Prancis memperlakukan bagian yang paling mendasar sebaik mungkin—sehingga kami mencoba untuk memiliki kulit bagus, badan bagus, dan rambut indah, sehingga kami tidak perlu melakukan banyak hal lain,” kata Violette.

Namun terkadang perempuan asal negara ini mengadaptasi regim ini sampai ke hal lain. Meski semakin jarang terjadi, wanita Prancis juga memilih untuk mencintai bulu alami di tubuh mereka daripada mencukurnya.

Perempuan di beberapa negara Asia

Perempuan di banyak negara Asia memusuhi matahari karena kulit putih dianggap sebagai simbol kecantikan dan kemakmuran. Di Korea Selatan, bukanlah sesuatu hal yang aneh melihat perempuan keluar dengan “ajumma visors” super besar untuk melindungi wajah dari sinar matahari. Mereka juga menutupi tubuh dari kepala ke jempol, bahkan saat musim panas sekalipun agar kulit tidak berubah menjadi coklat.

Dari sisi sejarah, jika seorang perempuan berkulit coklat, menandakan dia berasal dari keluarga tidak mampu dan bekerja di luar ruangan. Di sisi lain, kulit putih mencerminkan hidup mewah dan makmur. Perempuan Korea dari keluarga berada bisa menghabiskan banyak uang untuk membeli krim pemutih kulit. Faktanya, pada laporan tahun 2009, Global Industry Analysts (GIA) menyatakan bahwa industri pemutih kulit ini bernilai 10 milyar dollar Amerika di seluruh dunia. GIA memprediksikan angka tersebut akan melewati angka 23 milyar pada 2020. 

Perempuan di beberapa bagian Afrika dan Amerika Selatan

Tidak sedikit yang akan menganggap bahwa lip plate sebagai sebuah bentuk mutilasi tubuh, tapi dengan perempuan Mursi atau Suri di Ethiopia. Hal tersebut merupakan simbol dari kedewasaan perempuan, penanda bahwa dia sudah mencapai usia layak memiliki anak. 

Proses bibir ini meliputi melepaskan dua gigi bagian bawah sebelum menindiknya dan menyediakan "tempat" bagi sebuah lempung atau piringan kayu untuk menghiasi dan melebarkan bibir bagian bawah. Sama seperti tradisi melebarkan daun telinga, ukuran piringan yang dimasukkan akan makin membesar untuk semakin memperpanjang bibir. Semakin besar cakram, semakin cantik dan juga mengindikasikan kedewasaan, yang menarik perhatian pihak laki-laki di suku tersebut.

Tradisi ini juga ditemukan di Amerika Selatan. 

Perempuan di Myanmar

Kita semua pernah melihat foto perempuan Karen di beberapa bagian di Myanmar dan Thailand yang mengenakan cincin kuningan berat di sekitar lehernya. Kelompok ini yang dikenal dengan nama suku "leher panjang" atau "jerapah" merupakan sub-group dari Padaung. Tradisi yang terlihat aneh ini diperuntukkan untuk membuat wanita terlihat lebih atraktif kepada lawan jenisnya karena ini merupakan simbol kecantikan dan kemakmuran. 

Meski terkesan menyakitkan dan membuat orang berpikir bahwa perempuan tersebut menjalani proses yang menyengsarakan demi efek tersebut, itu hanyalah mitos. Faktanya, cincin kuningan tersebut menciptakan ilusi visual, membuat leher wanita terlihat lebih panjang. "Berat cincin tersebut menarik turun tulang selangka, juga tulang rusak bagian atas, ke sebuah sudut yang membuat tulang selangka seakan-akan bagian dari leher," ujar situs resminya. 

Perempuan suku Kayan memakai cincin ini dari usia empat atau lima tahun, dan cincin akan terus ditambah seiring mereka terbiasa dengan beratnya. Cincin ini bisa memiliki berat 11 kg

Perempuan di Iran

Operasi hidung bukanlah hal asing di Amerika Serikat, tapi Iran telah menjadi pusat rhinoplasty dunia. Beberapa perempuan di sana sangat bangga dengan prosedur tersebut sampai-sampai mereka masih tetap memakai perbannya bahkan setelah tidak dibutuhkan lagi, untuk memperlihatkan kecantikan mereka. Ironisnya, beberapa orang akan membeli perban untuk ditempelkan di hidung walaupun mereka sebenarnya tidak menjalani operasinya.

Oleh karena tubuh dan rambut perempuan ditutupi sebuah hijab dan memang cukup lumrah untuk akhirnya menghabiskan uang untuk pakaian atau sesuatu yang bisa dilihat orang lain. 

"Mereka menjadi lebih sadar fesyen karena hal tersebut terbatas," ujar Azar Nafisi, penulis Reading Lolia in Tehran, kepada ABC News. "Setiap perempuan ingin bahagia, kuat, terlihat cantik, merasa puas--dan tak terkecuali perempuan Iran."