Heran: Dia Kok Bisa Beli Ini-Itu dan Liburan Terus, ya? Sementara Saya... Meh

Heran: Dia Kok Bisa Beli Ini-Itu dan Liburan Terus, ya? Sementara Saya... Meh
ISTOCK

Menjadi penghuni Instagram-land bisa membuatmu merasakan ini. 

"Bukan berarti kita tidak bisa bersenang-senang dan berinvestasi saja lho," kata Farah, "tetapi kita harus tahu batasan sehingga bisa menjaga gaya hidup hingga tua nanti."

Di sisi lain, melihat dan memperhatikan perkembangan kehidupan orang lain melalui media sosial, lalu membandingkannya dengan diri sendiri tidak selalu berarti negatif. "Jika melihat dari kacamata positif, maka ketika melihat orang lain bisa beli ini itu, kita akan bekerja lebih keras lagi dan berinvestasi lebih banyak lagi sehingga suatu hari nanti, kita tidak perlu mikir untuk beli ini itu. Tidak ada perasaan bersalah dan tidak ada kecemasan takut tidak bisa bayar."

Untuk mengantisipasi terjadinya emosi-emosi negatif, Farah menyarankan agar kita melakukan beberapa hal ini:

  1. Sadar dengan kondisi keuangan pribadi saat ini. Berapa dana yang kita punya, berapa aset yang dimiliki, punya duit atau tidak. 
  2. Miliki tujuan keuangan di masa depan. Tujuan keuangan yangwajib—seperti dana darurat, asuransi, dana pendidikan anak dan dana pensiun—sudah pasti harus dipersiapkan dengan baik. Belum lagi additonal goals seperti membeli rumah pertama, dll. "Jika kamu sudah tahu tujuan yang ingin dicapai, maka emosi-emosi seperti itu bisa berkurang." 

Lebih jauh lagi, coba pikirkan: apakah memang perlu berlibur terus menerus dan memiliki barang bermerk, tapi kita masih juga belum mempunyai tinggal yang jelas? Perlukah belanja hingga harus berhutang dan tidak mampu melunasinya? 

"Setiap orang memiliki definisi kebebasan finansial yang berbeda, tetapi sebenarnya kebebasan finansial adalah cukup dengan kita tidak perlu khawatir saat menjawab pertanyaan 'bagaimana jika?' Bagaimana jika besok saya tidak berpenghasilan lagi? Bagaimana jika besok anak-anak ingin memilih satu jurusan yang terkenal mahal tetapi saya tidak sanggup untuk membiayainya? Bagaimana jika orang tua sakit dan saya tidak bisa kontribusi untuk merawatnya, dan lain sebagainya," jelas Farah. 

Menurutnya lagi, setiap orang berhak untuk menampilkan apa saja di media sosial pribadi mereka, tetapi sebagai follower dari orang tersebut sebaiknya kita jangan mudah terintimidasi dengan kehidupan yang dimiliki oleh mereka. Karena, sekali lagi, kita tidak tahu dengan pasti kehidupan offline mereka seperti apa.

"Orang yang terlihat perfect di dunia online belum tentu menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia dari kamu yang mampu bersyukur dengan kondisi yang dijalani saat ini.

"Dan selalu ingat bahwa penghasilan harus lebih besar dari pengeluaran. Stay out of bad debt, and be a good influencer to your followers. Tentukan prioritas dalam hidup karena hidup bukan hanya untuk hari ini saja."