Ibu Juga Seorang Manusia: Jadi Butuh Liburan dan Waktu Santai

Ibu Juga Seorang Manusia: Jadi Butuh Liburan dan Waktu Santai
ISTOCK

Bagaimana agar tidak merasa bersalah saat ingin setengah jam di bathtub?

Kita para ibu seringkali merasa harus melakukan segalanya, sehingga melupakan satu hal: merawat diri sendiri. Boro-boro liburan atau pergi jalan-jalan ke mal sendirian, mandi saja tidak lebih dari lima menit. Salah satu alasannya, "takut nanti terjadi sesuatu." 

“Perasaan cemas seringkali muncul ketika ibu hendak meninggalkan anak, baik dalam konteks pekerjaan maupun berlibur. Pada tingkatan tertentu, kecemasan wajar dialami setiap ibu, karena pada dasarnya ibu memiliki keinginan untuk melindungi anak dari segala macam bentuk bahaya,” kata Mayang Gita Mardian, M. Psi., Psikolog., seorang psikolog anak dari TigaGenerasi dan konselor di salah satu sekolah internasional di Bekasi.

Mayang mengutip Edward Hallowell, M.D., penulis bukuWorry: Hope and Help for a Common Conditionyang pernah mengatakan bahwa kecemasan yang wajar akan bekerja seperti alarm pada diri ibu yang akan membantu memberi sinyal untuk mengetahui potensi ancaman yang bisa membahayakan sang buah hati, sehingga ibu dapat mengantisipasinya. "Selain itu, ibu juga kerap ragu meninggalkan anaknya bepergian, karena khawatir tidak ada orang lain yang dapat menjaga anaknya sebaik ibu menjaga buah hatinya tersebut," paparnya. 

Yah, begitulah seorang ibu. Kasih dan cintanya tak terhingga sepanjang masa—dan jarak. Daftar hal yang harus dilakukan tidak ada habisnya, sehingga "ketika seseorang menjadi ibu, seluruh waktu dan tenaganya selama 24 jam terbagi dengan sang buah hati. Terlebih saat anak masih bayi. Ibu harus memenuhi kebutuhan anak, menjalani peran sebagai istri," ujar Mayang. 

Namun ibu juga manusia, individu yang punya kebutuhan sendiri. Apalagi dengan banyaknya tuntutan atas peran tersebut yang membuat ibu lelah secara fisik dan psikologis, maka semakin penting memiliki waktu sendiri alias me-time. "Me time dibutuhkan untuk menjaga kondisi psikologis ibu agar senantiasa sehat mental dan fisiknya. Ibu yang sehat mentalnya akan sehat pula fisiknya, sehingga bisa menjalani peran-perannya dengan optimal," jelas Mayang. 

Jika jalan-jalan ke mal membuatmu shock (tidaaak!) dan bergidik ngeri, maka pilihan lainnya tidak terbatas. "Me time yang dilakukan pun bisa beraneka ragam, tergantung kesukaan ibu dan di mana ibu ingin melakukannya. Mulai dari dari kegiatan sederhana di rumah, seperti membaca buku, mandi air hangat dengan busa sabun berlimpah, memasak, dan lainnya.  

Jika memang ibu ingin meninggalkan anak beserta suaminya di rumah, adakah batasan waktunya? “Tidak ada batasan waktu yang pasti untuk ibu meninggalkan anak di rumah bersama suami, selama setiap anggota keluarga merasa nyaman ketika ibu pergi,” saran Mayang. 

Menurut Mayang, ketika ibu ingin meninggalkan anak dan suaminya di rumah (dengan tenang), sang ibu dan setiap anggota keluarga (terutama suami) bisa membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai durasi yang memungkinkan bagi ibu meninggalkan anak. Selain itu, “ibu perlu memastikan semua kebutuhan anak akan tetap terpenuhi, walaupun ia bepergian. Misalnya nih, menyediakan stok asi yang mencukupi atau menyiapkan obat-obatan yang biasa diberikan pada anak dalam keadaan darurat. Kemudian, perlu dipikirkan juga, apakah diperlukan tenaga bantuan untuk membantu suami mengurusi buah hati selama ibu bepergian. Seperti, apakah dibutuhkan adanya pengasuh atau bantuan orang-orang terdekat. Untuk menjaga ibu tetap nyaman bepergian tanpa mengalami kecemasan berlebihan, komunikasi yang intens dengan suami dan atau tenaga pengasuh tambahan dapat dijalin agar ibu tetap merasa dekat dengan sang buah hati, salnya dengan video call,” jawabnya, panjang lebar.

Asi? √. Obat-obatan? √. Persediaan popok cukup untuk dua bulan? √. Charger handphone? √ . Namun tetap saja, rasa bersalah, cemas, deg-degan menggerogoti sehingga akhirnya sulit menikmati salon atau liburan pendek bersama teman. Adakah cara untuk menghilangkan dan mengatasinya?

Aisyah Ibadi, M. Psi., Psikologi, seorang  psikolog anak menjawab: “Untuk mengatasi rasa cemas tersebut, ibu perlu bertanya kepada diri sendiri: hal-hal apa saja yang membuat ibu cemas. Kemudian, ibu dapat membuat langkah-langkah antisipatif yang nantinya didiskusikan dengan sang suami sebelum bepergian. Sebagai contoh, biasanya ibu khawatir anaknya akan rewel, kurang tidur ataupun sulit makan. Ibu bisa menginformasikan kepada ayah, aktivitas atau permaina apan yang disukai anak atau jadwal aktivitas anak sehari-hari. Selain itu, ibu juga bisa memberikan tips kepada ayah bagaimana cara menidurkan anak, alternatif menu yang disukai anak, dan sebagainya. Ayah juga perlu dilibatkan dalam melakukan aktivitas harian agar terampil mengasuh anak. Misalnya, pada akhir pekan, ayah yang memandikan dan menyuapi anak.”

Mungkin, selamanya ibu akan tetap khawatir dengan anak—bahkan sampai mereka sudah berumur. Namun, jika seandainya ingin menyegarkan diri dengan berlibur sebentar (satu dua hari, misalnya), kapan waktu yang tepat bisa melakukannya terutama saat anak masih kecil? “Usia berapapun bisa,” jawab Aisyah. “Sebenarnya, tergantung kesiapan ibu dan ayah. Tentunya, dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan anak selama ibu bepergian," sarannya.