Fatal! Ini 6 Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Wanita

Ini 6 Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Wanita
Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Wanita

Woop Ladies, merasa pengelolaan keuangan kamu sudah benar? Baca dulu kesalahan finansial yang sering dilakukan wanita!

Bila kita bicara soal keuangan, wanita seringkali berada di posisi yang sulit. Ini karena di masyarakat kita, wanita ditempatkan sebagai subjek gender yang mempunyai tanggung jawab dan peran utama dalam pengelolaan rumah tangga dan pengurusan anak. Sehingga tak sedikit wanita yang, dengan terpaksa ataupun sukarela, berhenti dari pekerjaannya setelah berumah tangga dan harus bergantung secara finansial pada pasangannya.

Tentunya, memutuskan apakah seorang wanita dalam sebuah rumah tangga akan tetap bekerja dan memiliki penghasilan atau berhenti bekerja sama sekali merupakan pilihan masing-masing pasangan suami istri. Namun, sebagai wanita, bekerja ataupun tidak, kita juga perlu memiliki rencana dan strategi pengelolaan keuangan yang solid agar kita terhindar dari bencana-bencana finansial di masa depan. Selain itu, hindari juga kesalahan-kesalahan finansial berikut ini.

Kesalahan Finansial yang Dilakukan Wanita

1. Tidak memiliki tabungan

Tidak memiliki tabungan
Tidak memiliki tabungan

Banyak wanita yang lebih mementingkan memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangga saat ini ketimbang menyimpan uang untuk dana darurat dan masa depan. Padahal, kita harus bisa membedakan pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya genting dan yang sifatnya penting. Pengeluaran genting harus didahulukan, sedangkan pengeluaran penting kadang bisa ditunda sampai kita memiliki penghasilan tambahan, apalagi untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya tersier.

Kebanyakan wanita juga seringkali kesulitan menabung karena penghasilan yang rendah. Selain itu, mungkin saja di suatu waktu kita harus berhenti bekerja selama beberapa tahun karena harus mengurus rumah tangga atau anak sehingga kita tidak memiliki penghasilan. Karena itu, penting sekali bagi seorang wanita untuk membangun tabungannya sejak dini. Harapannya, tabungan yang sudah dibangun cukup lama bisa mencukupi untuk saat-saat kita tak menghasilkan uang.

2. Menyimpan uang tunai

Menyimpan uang tunai
Menyimpan uang tunai

Wanita yang memiliki uang sisa setelah membayar pengeluaran-pengeluaran biasanya hanya menyimpan uang tersebut di tabungan. Ya, tabungan itu penting. Namun, jika jumlah tabunganmu dirasa sudah mencukupi, sebaiknya kamu mulai memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga tabungan.

Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan platform peer to peer. Platform peer to peer adalah sebuah platform online (website) di mana kamu bisa mendanai pinjaman dan mendapatkan keuntungan dari pendanaanmu. Contohnya di MEKAR, platform P2P untuk pendanaan UMKM, kamu bisa menghasilkan hingga 12,5% per tahun hanya dengan memberikan pendanaan usaha bagi pelaku UMKM Indonesia. Jadi, sambil menumbuhkan uangmu kamu juga bisa mendukung pertumbuhan usaha kecil di tanah air, lho!

Ingin tahu lebih banyak? Klik di sini.

3. Terlalu memikirkan pendapat orang lain

Terlalu memikirkan pendapat orang lain
Terlalu memikirkan pendapat orang lain

Menyekolahkan anak di SD yang kurang terkenal? Punya mobil kurang mentereng dan bukan keluaran terbaru? Menenteng tas yang kurang branded? Duh, malu dong sama tetangga. Apakah pikiran semacam itu masih menghantuimu? Kalau iya, yuk mulai berhenti memikirkan pendapat orang lain. Jalani saja hidup sesuai kemampuan, karena toh yang menjalani hidup kita ini kan bukan mereka. Ingat selalu target-target finansialmu di masa depan dan fokuslah untuk mencapai kebebasan finansial. Saat kamu benar-benar sudah merdeka secara finansial, rasanya tentu akan lebih menyenangkan ketimbang saat kamu memaksakan diri membeli tas branded itu.

Baca Juga: Ingin Hubunganmu Bertahan Lama? Yuk, Kelola Keuangan Bersama!

4. Tidak mempersiapkan untuk skenario terburuk

Tidak mempersiapkan skenario terburuk
Tidak mempersiapkan skenario terburuk

Jalan hidup manusia tidak ada yang tahu. Belum lama ini ada postingan yang viral di sosial media tentang seorang ibu 4 anak yang tiba-tiba mengetahui bahwa suaminya telah menikah lagi tanpa seijinnya. Ia mencoba bertahan dalam pernikahan di mana ia harus berbagi suami namun akhirnya memilih untuk bercerai. Masalahnya, setelah bercerai, ia kesulitan menanggung biaya pendidikan dan kesehatan anak-anaknya maupun kebutuhan hidup sehari-hari. 

Tentu tak ada orang yang ingin hal seperti ini menimpanya, tapi bukan tak mungkin ini terjadi pada kita.

Meninggalkan sebuah hubungan atau pernikahan yang tidak sehat bukanlah hal yang mudah, apalagi kalau ada faktor anak. Namun, hal ini akan lebih sulit lagi kalau kita tidak memiliki persiapan dalam hal finansial. Selain memiliki rekening bersama, ada baiknya kita memiliki rekening bank yang terpisah yang bisa kita kontrol secara penuh. Siapkan dana khusus untuk berjaga-jaga seandainya kita harus memutuskan untuk keluar dari hubungan dengan pasangan dan menanggung hidup sendiri.

5. Tidak meminta uang tunjangan anak

Tidak meminta uang tunjangan anak
Tidak meminta uang tunjangan anak

Dari cerita di atas, kita juga bisa belajar satu hal lainnya dalam kasus perceraian, yaitu pentingnya meminta hak kita atas uang tunjangan anak yang masih di bawah umur (jika selama pernikahan, suami adalah pencari nafkah utama). Pada kebanyakan kasus perceraian, hak asuh anak di bawah umur jatuh pada pihak ibu, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban pihak bapak dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya.

Pasal 41 UU Perkawinan mengatakan, “Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak…”. Jadi, hak dan kewajiban atas uang tunjangan anak memiliki dasar hukum yang jelas dan kita bisa memperjuangkan agar pihak mantan suami memenuhi kewajibannya tersebut.

6. Tidak mempersiapkan untuk hari tua

Tidak mempersiapkan untuk hari tua
Tidak mempersiapkan untuk hari tua

Yang satu ini sesungguhnya adalah kesalahan yang sering dilakukan baik oleh wanita maupun laki-laki. Namun, persiapan finansial untuk hari tua menjadi krusial bagi wanita karena kebanyakan wanita hidup lebih lama dibandingkan laki-laki.