Ini Alasan Kenapa Kita Harus Berhenti Meminta Maaf

Ini Alasan Kenapa Kita Harus Berhenti Meminta Maaf
ISTOCK

Sebuah kata yang terlalu sering digunakan, tapi seringkali tak bermakna.

Berapa kali dalam sehari kamu mengucapkan, "Maaf ya?" Ratusan, terutama misalnya jika kamu menggunakan transportasi umum atau bekerja di customer service. Efektifkah? Jika permintaan maafmu hanya karena ingin mencoba untuk mengurangi rasa sakit hati seseorang alih-alih benar-benar mengungkapkan rasa bersalah, lebih baik hapuskan kata tersebut dari kamus pribadimu. 

Menurut sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa mengatakan maaf kepada seseorang sebenarnya tidak memiliki dampak positif. Misalnya, dalam hal merasakan penolakan—entah itu putus cinta atau lamaran kerja ditolak—sebenarnya kata maaf malah membuat orang tersebut merasa wajib untuk memaafkanmu, dan hal ini bisa membuat pengalaman tersebut semakin sulit dilupakan.

"Hal itu menempatkan mereka dalam sebuah situasi dimana mereka merasa seperti harus membalas dengan mengatakan, 'Oh, tidak apa-apa,' meskipun itu bukan perasaan mereka yang sebenarnya," kata penulis utama penelitian tersebut Gili Freedman. "Ketika perasaan-perasaan tersebut tidak saling mendukung, mereka akan merasa semakin tidak enak." 

Untuk tiba pada kesimpulan ini, para peneliti berbicara kepada lebih dari 1000 partisipan di festival-festival lokal dan meminta mereka untuk menuliskan "cara tepat untuk mengatakan tidak" atas sebuah pertanyaan teoritis, seperti apakah mereka ingin tetap tinggal dengan teman serumah mereka tahun depan. Atas pertanyaan itu, 39% responden memasukkan permintaan maaf sebagai respon mereka. 

Lucunya, ketika situasinya diputar balik dan partisipan yang sama ditanya apa yang akan mereka rasakan jika seseorang meminta maaf saat melakukan penolakan, mereka mengakui bahwa hal tersebut akan semakin menyakitkan. 

Freedman berargumen bahwa kita sering meminta maaf saat menolak seseorang karena merasa hal tersebut merupakan respon yang paling tepat. Mengatakan hal-hal seperti "maaf, itu bukan salahmu, tapi salahku," sementara sebenarnya tidak bermanfaat. Dan menurutnya, permintaan maaf bisa egois—karena membuat diri kita sendiri merasa lebih baik. 

Freedman mengatakan bahwa hasil penelitiannya ini mungkin tidak berlaku untuk setiap situasi personal dan sosial, dan bahwa urung mengucapkan kata-kata maaf juga bisa berdampak negatif. Akan tetapi dia merekemondasikan untuk memilih kata-kata dengan bijak saat, misalnya, putus dengan pasangan.