Ini Cara Agar Lebih Percaya Diri dengan Bentuk Tubuhmu (Tanpa Push-up atau Menginap di Gim)

Ini Cara Agar Lebih Percaya Diri dengan Bentuk Tubuhmu (Tanpa Push-up atau Menginap di Gim)
ISTOCK

Sebagai awal: berhenti membicarakan kata berawalan "G".

Hari ini adalah salah satu hari "itu": hari di mana kamu merasa tubuhmu selebar kulkas, perutmu merambah ke seluruh penjuru mata angin, dan pipimu, phuiih... mari menggunakan highlighter lebih tebal. Akibatnya, mendadak mendaftarkan diri di kelas HIIT, boxing, zumba—dan memakan satu nampan raksasa salad super membosankan dan tidak memiliki rasa. Tanpa dikunyah, langsung ditelan. Deg-degan. Tegang. Namun ada berita bagus: kamu bisa merasa lebih percaya diri tanpa harus olahraga ngos-ngosan, berlebihan dan membuat nafas putus atau memaksakan diri melakukan diet yang menyengsarakan. Berikut adalah lima cara sederhana untuk mulai lebih mencintai dirimu sendiri.

1. FOKUS PADA APA YANG TUBUHMU BISA LAKUKAN 

Agak sulit untuk tidak fokus pada bentuk tubuh dan penampakan fisik saat sekeliling kita terobsesi dengan "standar cantik". Itu, plus kehadiran media sosial dan mayoritas orang (sepertinya cantik dan langsing) yang membuat kita tidak berhenti bahkan satu menit untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Namun, percayalah hal tersebut akan "membuat kita merasa buruk terhadap tubuh kita sendiri," tulis Jessica Alleva, Ph.D, seorang psikolog. Alleva menyarankan untuk mengubah perspektif dengan mensyukuri apa yang bisa tubuhmu lakukan dan rasakan (masih bernafas, beraktivitas, bersalaman, memasak, memeluk orang yang kita sayangi, menikmati makanan, bisa bernyanyi, kreatif, dsb)—ini sesuatu yang jarang kita lakukan. Dan memang hal ini bersifat subjektif, tapi bahkan ketika kamu memiliki keterbatasan fisik dan mental tertentu pun, ketika fokus kepada fungsional tubuh (bukan tuntutan yang sepertinya tidak masuk akal) ini akan membantumu untuk lebih bersyukur dan merasa lebih baik.

2. JAUHKAN DIRI DARI MULUT BERACUN, MENDEKATLAH DENGAN TEMAN YANG SUPORTIF  

Sebuah penelitian dari tahun 2015 di Journal of Ethics and Education memperlihatkan bahwa mereka yang memiliki teman yang salah dan palsu akan merasa lebih rendah diri dan stres. Dan jujur saja, terkadang kita tidak menyadari hal ini (entah karena sudah berteman dari jaman batu, atau yah... begitulah). Oleh karena itu, evaluasi semua hubunganmu (bahkan dengan pacarmu) untuk mengetahui apakah hubungan tersebut sehat atau sebaliknya. Jika selama ini, seseorang atau beberapa orang selalu merendahkanmu, membuatmu tidak percaya diri, dan berkata kasar, lebih baik katakan "buh-bye" atau kurangi waktu bersosialisasi dengan mereka. Sebaliknya, prioritaskan mereka yang selama ini selalu mendukung dan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik. 

3.PADA HARI "KOK GEMUK BANGET, YA", COBA CARI TAHU APA YANG SEBENARNYA MENGGANGGUMU

Apakah itu sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, hubungan, atau tidak enak badan—intinya, bisa berkaitan dengan sesuatu yang bersifat fisik dan emosional. Pasalnya, terkadang, "berat badan hanya sebuah distraksi dari masalah yang lebih besar, seperti kebosanan atas pekerjaan atau jumlah uang pensiun yang tidak cukup," tulis Temma Ehrenfeld, seorang jurnalis, di Psychology Today

4. ATUR ULANG MEDIA SOSIALMU 

Ah, media sosial pedang bermata dua berkekuatan maha dahsyat. Tidak ada yang bilang salah memiliki media sosial dan mengikuti mereka yang membuatmu merasa baik (misalnya cerita seseorang yang berhasil melalui eating disorder atau postpartum  depression), tapi terkadang kita menyumpahinya sambil berbusa. Sebut saja, ketika kamu memutuskan untuk absen ke gym dalam satu hari, lalu seseorang memposting selfie seluruh tubuhnya yang super langsing, perut ultra rata—minus keringat—dibalut legging dan push-up bra. D*mn!  Frustrasi dan merasa kecewa kepada diri sendiri, merasa seperti berada di sebuah black hole.

Apa yang bisa kamu lakukan? Kurasi media sosialmu. Hanya ikuti mereka yang menginspirasi dan memberikan pesan positif, tidak malu memperlihatkan kekurangan mereka dan mengingatkanmu bahwa tidak ada manusia yang sempurna; lupakan dan unfollow orang-orang yang membuatmu mengutuk diri setiap kali melihat pesan dan foto mereka. Ingat: hanya karena seorang seleb, teman atau influencer memposting segelas smoothie warna-warni (campuran bayam, beri, chia seed, brokoli, madu, dll) sebagai menu sarapan setiap pagi, bukan berarti dia tidak akan makan burger dan kentang goreng nanti malam—apalagi jika ditraktir; dia hanya tidak mempostingnya. 

5. KURANGI ATAU HENTIKAN PEMBICARAAN TENTANG "G" DAN KALORI 

Ini sulit karena akui saja, fokus kita terhadap penampakan fisik terkadang melampaui atmosfer, sehingga seringkali membicarakan tentang berat badan dengan otomatis dan tanpa disadari. Pembicaraan ini disebut "fat talk." "Setiap kali kamu melakukan pembicaraan gemuk ini, risikonya adalah membuat rasa percaya dirimu semakin rendah. Rasa percaya diri yang rendah dikombinasikan dengan perspektif tubuh yang negatif pada wanita akan meningkatkan risiko depresi, gangguan cara makan, dan kecemasan berlebih," tulis Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., ABPP.

Bagaimana cara melalui satu minggu (dan seterusnya) tanpa menyebut kata "G" tersebut, juga kalori? Seorang psikolog, Susan Albers, Psy.D., menyarankan: alih-alih memulai kalimat dengan 'aku merasa gemuk', ganti dengan kata-kata lain yang menggambarkan emosimu misalnya, marah, sedih, frustrasi; jika ada gejala-gejala seseorang akan merepet tentang berat badan mereka atau obsesi mereka terhadap tren diet tertentu saat sedang nongkrong, alihkan pembicaraan ke topik lain yang lebih positif; hentikan mengajukan pertanyaan "apakah aku kelihatan gendut?"—ganti dengan "apakah baju ini bagus untukku?"; stop menghakimi, dan jadilah lebih simpatik, serta hentikan memberikan pujian, "kamu kurusan, deh". Pasalnya, kamu tidak pernah tahu bagaimana dia menguruskan badannya; jika dia melakukannya dengan cara-cara yang negatif, seperti eating disorder, maka secara tidak langsung kamu sedang memotivasinya.