Kenapa Kamu Hanya Bisa Menangis Saat Marah? Adakah Cara Mengekspresikannya Agar Lega?

Work
ISTOCK

marah merupakan emosi dasar manusia, yang jika tidak dikontrol dapat mengarah kepada agresi atau kekerasan

Bersyukurlah jika pasangan atau teman terdekatmu sudah hafal dan paham tanda-tanda kamu sedang marah, tanpa harus diucapkan dengan kata-kata, atau emoji mata tertutup alis melengkung ke atas, asap keluar dari hidung dan muka memerah. Namun, d**m, beberapa orang memiliki level sensivitas mengenaskan sehingga diteriaki, banting-banting kursi dulu baru ngeh bahwa kamu sedang marah. (Oh, sial! Ketahuan ya, kalau lagi memendam emosi! Maaf.) 

Menurut seorang psikolog klinis dewasa, Rena Masri, M. Psi, Psikolog., dari Q Consulting dan juga pendiri Cinta Setara, "marah merupakan emosi dasar manusia, yang jika tidak dikontrol dapat mengarah kepada agresi atau kekerasan yang dapat berujung pada sesuatu yang sifatnya destruktif. Selain itu, marah yang mengarah ke kekerasan juga dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.”

Kok bisa seperti itu? “Karena marah merupakan emosi dasar dari setiap manusia. Maka setiap orang dapat merasakan emosi marah. Namun, yang harus ditekankan adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol emosi marahnya tersebut agar tidak mengarah kepada tindakan yang destruktif,” tegasnya. 

Marah sering kali dikaitkan dengan sesuatu yang negatif. “Memang kita lebih sering melihat aspek-aspek negatif dari marah," Rena berpendapat. "tapi jika marah masih dapat dikontrol dan tidak mengarah pada tindakan agresi dan kekerasan, maka tidak harus berakhir dengan negatif." 

Dengan kata lain, ada sisi positifnya. Misalnya: 

  • Meluapkan emosi marah secara tepat dapat membuat seseorang merasa lebih lega. 

  • Jika merasa marah atau kesal karena pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu atau yang tidak maksimal, emosi marah dapat memotivasi untuk bekerja lebih baik agar harapannya tercapai.

Dan seandainya kamu masih penasaran dengan sisi negatifnya: 

  • Marah dapat memberikan efek pada fisik seseorang, di mana saat marah otot-otot menegang.

  • Marah yang berkepanjangan juga dapat membuat seseorang stres. "Di mana stres juga akan mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang."

  • Marah yang tidak terkontrol juga akan mempengaruhi mood dan emosi kita. "Misalnya, kita marah pada seseorang di pagi hari, bisa membuat suasana hati sepanjang hari menjadi tidak stabil." 

  • Membuat seseorang merasa tidak bahagia.

  • Lebih lanjut marah dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah yang juga dapat mempengaruhi kondisi jantung.

  • Mereka yang sering marah, bukan tidak mungkin akan banyak orang yang tidak nyaman bersamanya dan cenderung menghindar.

Sebagian orang melakukan ini saat emosi sedang memuncak: menahan diri, karena takut yah misalnya menyakiti orang lain atau tidak, alhasil... sedikit lama-lama menjadi bukti. Buaaar. Meledak. 

Atau saking marahnya, sulit mengekspresikannya dengan kata-kata, akhirnya terwujud dalam bentuk tetesan air mata. Minus kata-kata. 

“Menangis juga merupakan salah satu cara untuk mencurahkan emosi," ujar Rena. "Jadi sangat wajar jika seseorang menangis ketika marah. Namun, memang akan lebih baik lagi jika ia dapat mencurahkan perasaannya kepada orang lain yang dapat dipercaya. Jadi, jika memang kita belum bisa mencurahkan perasaan kita kepada orang lain, kita boleh menangis. Kita juga bisa melakukan kegiatan positif lain yang kita sukai. Misalnya, membaca buku, menonton film, melukis, maupun hobi yang lainnya,” sarannya. 

Terakhir kali mengecek, sepertinya semua yang membaca ini masih manusia, bisa sedih, menangis dan marah. Lumrah. Sewajar orang merasa lapar setelah olahraga 45 menit. Akan tetapi, Rena kembali menegaskan bahwa "kita sangat perlu meningkatkan kemampuan untuk mengontrol emosi terutama emosi marah, karena seperti yang tadi sudah dijelaskan, jika emosi marah tidak terkontrol dapat membawa pada sesuatu yang sifatnya destruktif.”

Sebut saja kamu saat ini sedang marah. Atau besok kemungkinan akan marah. Jika kondisi hati ini yang kamu rasakan, coba lakukan ini:

  1. Tenangkan diri terlebih dahulu. Misalnya, dengan berdiam diri sejenak, tarik nafas dalam berulang kali, minum air putih.

  2. Setelah pikiran sedikit lebih tenang, pertimbangkan dampak negatif yang mungkin muncul.

  3. Lalukan kegiatan positif yang disukai untuk meredam emosi yang bergejolak agar tidak berakhir destruktif.

  4. Tonton flm atau baca buku lucu.

  5. Ceritakan kemarahan kepada orang lain yang dapat dipercaya.

  6. Sebaiknya tidak mengambil keputusan apa pun saat marah, tapi putuskanlah saat emosi sudah kembali stabil dan dapat berpikir jernih.

  7. Pikirkan kembali apa yang terjadi dan perlukah marah atau semua bisa dibicarakan dalam kondisi dan intonasi suara yang lebih tenang. 

  8. Bila mungkin, maafkan orang yang membuatmu marah. 

  9. Istirahat sejenak atau melakukan relaksasi, atau kunjungi gym, jogging, berenang. 

Selanjutnya: Kadang-kadang ekspresi marah atau sebal terwujud dalam bentuk candaan—temanmu mungkin melakukan ini setiap hari tapi kamu tidak kunjung sensitif. Begini cara mengenalinya