Kesalahan #1 yang Membuat Utangmu Semakin Bertumpuk

Kesalahan #1 yang Membuat Utangmu Semakin Bertumpuk
ISTOCK

Dan: apakah kartu kredit memperbanyak utang?

Bukan, bukan karena tidak ahli dalam hal angka atau hitung-menghitung, tapi berutang—entah itu di warung sebelah atau bank di dekat rumah—memang tidak bisa dihindari. 

"Pastinya bisa beragam alasan orang berutang," kata Eko Endarto, seorang konsultan keuangan dari Finansia Consulting, kepada Woop melalui email. "Bisa jadi karena terpaksa, kebutuhan yang harus terpenuhi atau bisa juga karena sekedar iseng untuk memenuhi konsumsi," lanjutnya. 

Intinya, berutang itu manusiawi. Namun, akan menjadi masalah jika "pembayaran cicilan utang tadi sudah memakan 30% dari penghasilan kita, maka itu sudah masuk kategori berbahaya. Jadi, bukan hanya besar utangnya saja, tapi pembayararannya," jelasnya. 

Menurut Eko beberapa hal yang bisa menyebabkan utang menumpuk antara lain: 

1. Sikap meremehkan utang yang kita miliki. "Karena dirasa masih kecil, kita nggak lunasi utangnya dan tanpa sadar terus bertambah karena kita sudah terlanjur naik gaya hidupnya dan harus terpenuhi dengan utang." 

2. Kebiasaan menunda pembayaran. "Tahu ada tagihan dan utang, namun kita tunda pembayarannya karena merasa masih rendah atau masih bisa bayar. Namun ternyata di tengah jalan ada masalah sehingga harus utang lebih besar," jelasnya. 

3. Konsumsi tak terkendali sehingga melebihi kemampuan untuk membayar.  

Eits... jangan merasa terpuruk dulu. Tidak semua utang memiliki predikat yang sama. Pasalnya, "sebenarnya nggak semua utang negatif," tegas Eko. "Ada utang yang memberi manfaat ketika itu untuk kebutuhan produktif atau untuk asset yang meningkat nilainya." Misalnya, utang kepada bank supaya bisa mencicil rumah atau utang agar bisa sekolah lebih tinggi. Dan utang yang negatif, salah satunya... hmm... utang dari penggunaan kartu kredit yang tidak bijak.

Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk melunasi utang-utang tersebut. Misalnya, dengan membuat prioritas mana yang harus diselesaikan. "Utang untuk konsumsi harus dilunasi dulu," kata Eko. Contohnya adalah kamu menggunakan kartu kredit membeli tiket pesawat dan memesan hotel dalam rangka dolan ke luar negeri. Lalu diikuti dengan utang kepada saudara atau kenalan karena itu menyangkut nama baik, dan terakhir utang produktif, yakni utang yang tujuan peminjamannya untuk mendapatkan manfaat finansial (misalnya untuk memulai bisnis). 

Dan ada satu hal yang harus dihindari, kesalahan nomor satu yang bisa membuat utangmu lebih besar dari utang nyawa: "Menunda pembayaran," tegas Eko. "Ini risiko besar karena saat kita menunda berarti utang bertambah karena bunga, dan menunda pembayaran mengakibatkan kita seolah-olah memiliki penghasilan lebih padahal sebenarnya adalah uang semu yang merupakan kewajiban belum dibayarkan." 

Utang oh, utang, memang tidak menyenangkan. Beberapa ahli keuangan akan menyarankan untuk membayar dengan tunai agar terhindar utang. Apakah ini efektif?

"Tidak harus tunai, khususnya untuk asset atau kebutuhan yang tidak mampu kita selesaikan dengan tunai, misalnya untuk pembelian rumah, atau pembayaran biaya kesehatan. Itu nggak harus dipaksakan tunai yang bisa mengakibatkan kita mendapatkan manfaat lebih rendah dari harapan kita," terangnya. 

Bilang saja kamu ingin berutang, tapi ragu dan takut. Menurut Eko, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan apakah perlu berutang atau tidak, antara lain: 

1. Kemampuan bayar, 

2. Manfaat barang atau jasa yang kita bayar dengan utang,