Kisah Dian, Divonis Kanker Payudara Stadium 3 di Usia 26

Work
Dok. Instagram @radiansukmasari

Kanker bisa menyerang siapa saja tak mengenal jenis kelamin maupun usia. Seperti kisah Dian yang didiagnosis kanker payudara stadium 3 ketika umurnya 26 tahun.

Dian, memang begitu biasa ia disapa, dengan tegar membagikan kisahnya bagaimana ia didiagnosis kanker payudara. Saat bercerita, Dian tetap terlihat ceria. Meski rambut, bulu mata, dan alisnya, sudah rontok karena efek kemoterapi, perempuan manis bernama lengkap Radian Nyi Sukmasari, itu masih terus tertawa. Terlihat semangat yang luar biasa dari dalam dirinya.

Berkerudung merah muda dan mengenakan kemeja putih, Dian membagikan ceritanya kepada Woop. Dian berharap kisahnya bisa menginspirasi para pembaca Woop yang mayoritas perempuan agar lebih aware sejak dini akan kanker payudara.

Dian mengaku sangat tidak menyangka ia bisa menderita kanker payudara di usia yang sangat muda. Mungkin Tuhan memberinya cobaan ini karena dia termasuk orang-orang pilihan-Nya. 

“Umurku kan masih muda ya, ya kali bakal kena sakit yang macam-macam. Sampai umur 26 tahun aku malas banget sadari. Tapi pas nemuin benjolan d payudara, aku masih berpikir ‘ah masa ini kanker’. Nyatanya, benjolan membesar dan hasil PA (patologi anatomi) nunjukin positif breast cancer stadium 3. Hasil PET Scan (Positron Emission Tomography Scanning) nunjukin sudah menyebar ke kelenjar getah bening sama sedikit ke paru-paru,” cerita Dian.

Sebelum didiagnosis kanker payudara pada Desember 2017, Dian sebenarnya sudah memeriksakan benjolan tersebut pada Mei tahun yang sama. Biopsi dilakukan dan hasilnya negatif.

Ketika hasil pertama keluar, Dian masih berpikir kalau ia tidak terkena kanker. Toh, ia juga tidak merokok, minum alkohol, bahkan menikah pun belum. Usia masih sangat muda baru 26 tahun kala itu.

Berharap benjolan nanti hilang sendiri namun malah semakin besar dan mengeras, terkadang terasa nyeri. Sebagai perempuan yang berkecimpung di industri kesehatan, Dian menduga kalau ini memang gejala kanker payudara.

Ciri-ciri lain seperti kulit payudara bersisik dan keluar cairan dialami oleh Dian sendiri. Fisiknya mulai lemah dan mudah kelelahan. Lalu Dian memutuskan untuk kembali memeriksakannya ke dokter di Desember 2017. Baru setelah itu, dokter melakukan open biopsi dan terbukti praduga Dian kalau ia menderita kanker payudara. 

“Sempat nangis dan shock tapi jujur pas divonis kanker payudara yang aku takutin justru biaya daripada penyakitku. Aku bakal kemoterapi wara-wiri tapi uangku ala kadarnya. Aku kerja di health jadi aku tahu biayanya mahal,” terang Dian kepada Woop saat ditemui di kantor tempatnya bekerja, kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

Meski ada BPJS, Dian memutuskan untuk membayar pakai uang pribadi dan asuransi kantor. Ia hanya ingin menjalani perawatan yang nyaman agar lebih semangat sembuh. Ia mulai menjalani kemoterapi untuk pengobatan kanker payudara di Januari 2018. Kemoterapi dilakukan tiga minggu sekali dan dijadwalkan sebanyak lima kali.

Kemudian pada Mei 2018, perempuan berusia 27 tahun ini melakukan operasi mastektomi (pengangkatan payudara). Operasi tersebut membuat Dian pulih kembali dan bersemangat.

“Kondisi badan sudah fit, aku merasa sudah free dari kanker, semua baik-baik saja.”

Akan tetapi pada Agustus 2018 sempat melakukan operasi lanjutan karena ditemukan kembali benjolan di ketiak kanan. Sempat dicurigai metastasis atau penyebaran sel kanker ternyata hasilnya hanya infeksi. 

“Syukurlah,” Dian sempat merasa lega. 

Kondisi Dian berangsur baik hingga pada pertengahan Desember 2018 ia merasakan pusing berlebihan di kepala sebelah kiri. Hal ini membuat Dian tidak dapat fokus dan telinga terasa berdengung. 

Dian memilih memeriksakan telinganya ke dokter THT sampai melakukan tes pendengaran, hasilnya baik-baik saja. Namun ia masih terus pusing dan mendatangi dokter internis, hasilnya pun semua normal. Bahkan sempat pergi ke dokter mata tetap tak ada masalah apa pun. Ia bingung sebenarnya apa yang terjadi dengannya.

Perempuan yang berdomisili di Jakarta Selatan itu lalu berpikir untuk kembali ke dokter dan ahli saraf lah yang menjadi tujuan terakhirnya. Tepat pada 27 Desember 2018, Dian menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) ternyata ada pembengkakan otak kiri dan ternyata itu adalah metastasis.

“Kata dokter, penyebab metastasis itu ketika kanker diangkat ada sel kanker yang lepas dan dia ‘jalan’ ke otak.”

Kini Dian masih dalam tahap pengobatan. Setelah konsultasi ke dokter saraf lalu pergi ke dokter onkologi (kanker), ia diminta untuk menjalani radioterapi selama 15 kali dengan jadwal seminggu lima kali. Ia pun harus kembali melakukan kemoterapi tapi oral (minum obat), tidak seperti dulu sebelum mastektomi.

Dian mengaku saat ini kondisi tubuhnya sudah normal. Hanya saja selama radioterapi, kepala dan wajah tidak boleh terkena air. Belum lagi kulit yang lebih gelap karena radiasi.

“Sekarang sudah fit kok cuma masih kerja dari rumah karena area kepala dan wajah nggak boleh kena air. Makanya sekarang wajah jerawatan, menggelap, kalau kepala sudah dibotakin karena bikin rontok,” kata Dian saat dihubungi Woop lewat telepon hari ini, Senin (4/2/2018).

Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia setiap 4 Februari, Dian punya pesan buat kalian para perempuan:

Selalu terapkan CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet, Istirahat cukup, dan Kelola stres), kalau dirasa ada yang kurang beres segera cek. Jangan takut cek ya karena ketika kanker terdiagnosis di awal, pengobatannya lebih mudah. Dan terakhir, kanker bukan vonis mati. Pasien kanker masih bisa berkarya,” tambahnya kemudian.

Selanjutnya: Baca juga kisah Sri Mulyani jadi menteri terbaik di dunia…