Kita Semua Ingin Tahu: Bisakah Menopause Ditunda?

Kita Semua Ingin Tahu: Bisakah Menopause Ditunda?
iSTOCK

Penjelasan dari seorang ahli kandungan.

Tanpa menunda dan memperlambat, mari mencari jawaban atas pertanyaan: bisakah menopause ditunda? Ada yang bilang bisa. Hoax, fake news, atau fakta? Untuk mendapatkan penjelasan komprehensif, Woop bertemu dr. Beeleonie, Sp.OG., seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Hermina Kemayoran, Jakarta.

Jadi, apakah menopause pasti hanya akan terjadi di umur 40 tahun? Bukan sebelumnya 'kan, ya? Ah, leganyaa.... 

“Tidak,” jawabnya dengan tegas.  

Oh.

Lanjutnya, “statistik menunjukkan di Indonesia, perempuan akan mengalami menopause sekitar umur 49 tahun sampai 51 tahun, dan bukan di umur 40 tahun. Kalau terjadi menopause di bawah umur 40 tahun atau 40 tahun, kita menyebutnya dengan menopause précoce. Jadi, sebelum waktunya ia sudah mengalami menopause.”

Oh. Seandainya bisa ditunda. Apakah menopause tidak bisa ditahan kedatangannya?

“Tidak," jawabnya. "Maksudnya dari kata tidak adalah," lanjutnya, "tergantung pada folikel yang terdapat pada indung telur Ibu." Begini: "saat dilahirkan, kita sudah membawa sel telur. Nah, sel telur itu tidak bisa ditambahkan jumlahnya malah akan terus berkurang sesuai dengan genetik, adanya kista, kehidupan kesehatan yang dijalani. Jika sel telur sudah habis terjadilah menopause. Oleh sebab itu, tidak bisa ditunda sampai saat ini, karena belum ada cara untuk menambahkan sel telur tersebut,” sambungnya.

Dr. Bee mengatakan bahwa saat ini di dunia sedang mengembangkan ovarium reservasi. Yakni, sel telur yang dimiliki diambil dan disimpan, kemudian dibekukan. “Saat nanti umur kita sudah 45 tahun, sel telur yang tadi dibekukan di usia 25 tahun, ditanam lagi. Dengan demikian, kita masih memiliki cadangan sel telur untuk 15 tahun ke depan. Jadi saat usia sudah memasuki 60 tahun, kita baru akan mengalami menopause, karena usia sel telur yang masih 25 tahun. Tapi tanpa adanya ovarium reservasi, menopause akan datang secara alami sesuai dengan jumlah sel telur yang kita punya,” ungkapnya.

Di beberapa kasus, ada perempuan yang mengalami menopause saat masih berusia 30 tahun—masih lama banget dari usia 40! 

“Itu namanya menopause précoce,” ulang Dr. Bee. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena ada beberapa hal. Pertama, karena sel telur secara DNA mengalami kerusakan. Secara genetika tidak membawa sel telur yang terlalu banyak, misalnya hanya 100.000 saja saat lahir (perempuan seharusnya memiliki 700.000 sel telur). Kedua, memiliki gaya hidup yang tidak baik; banyak merokok atau kebiasaan lain yang bisa mencederai sel telur, sehingga pembuangan sel telur menjadi cepat. Ketiga, mengidap penyakit tertentu seperti adanya kista di indung rahim yang ketika menjalani operasi sel telur ikut terambil, sehingga jumlahnya menjadi berkurang

Dan tidak bisa hamil?

"Jika sudah menopause memang tidak bisa. Tapi kalau cadangan sel telurnya hanya menipis dan belum menopause, ia tetap bisa hamil walaupun melalui bayi tabung,” jawabnya.

Dan juga ada yang bilang bahwa suntik hormon bisa membantu perempuan yang sudah menopause?

“Memang, kita sedang mengembangkan terapi suntik hormon. Pada terapi ini diberikan hormon pengganti untuk pasien-pasien yang sudah menopause agar terlihat fresh. Tapi tentu saja saat melakukan terapi suntik hormon harus ada yang diperhatikan dan diperiksa; tidak bisa langsung diberikan begitu saja. Para perempuan harus melakukan USG secara rutin, dan scan payudara,” jawabnya.

Adakah efek sampingnya? “Tentunya ada. Efek sampingnya akan ada penebalan dinding rahim dan benjolan pada payudara. Oleh sebab itu, maka memang benar-benar harus diperiksa sebelum memutuskan untuk terapi suntik hormon,” sambungnya.