Lakukan Ini Ketika Pasangan atau Teman Menderita Masalah Kesehatan Mental

Lakukan Ini Ketika Pasangan atau Teman Menderita Masalah Kesehatan Mental
ISTOCK

Bagaimana menjadi individu yang suportif.

Kecuali kamu memang berprofesi sebagai psikolog atau psikiater, kemungkinan besar kamu tidak tahu bersikap seperti apa saat mengetahui salah satu orang terdekat mengalami isu kesehatan mental. Selain menyarankan untuk berkonsultasi kepad ahli, apalagi? tanyamu dengan bingung dan panik. Menulis di Psychology TodayShainna Ali Ph.D, seorang konselor dan pendidik di Chicago School of Professional Psychology dan University of Central Florida, menyarankan beberapa hal berikut ini. 

1. Tetap Tenang

Mengetahui bahwa pasangan atau rekan kerjamu sedang depresi adalah sesuatu yang menakutkan. Akan sulit untuk tetap tenang, tapi usahakan untuk tidak mengambil kesimpulan apapun. Konfrontasi langsung yang agresif juga bukan sesuatu yang dianjurkan. "Ambil waktu untuk mempertimbangkan gejala-gejalanya, hubunganmu, dan konteksnya dan yakinlah bahwa kesabaran dan niat baikmu pada akhirnya akan menuai hasil," jelasnya. 

2. Miliki Kepekaan

Menurut Shainna kesehatan mental adalah sesuatu yang sangat pribadi dan orang tersebut tidak memiliki kewajiban untuk buka-bukaan. Meskipun kamu misalnya adalah orang pertama yang berhasil mengidentifikasi masalah mental yang dihadapinya, "bukanlah sesuatu yang pantas untuk memerintah atau menuntut teman atau anggota keluargamu untuk mencari pertolongan secepatnya." Jika dia mau terbuka, bersyukurlah; tanyakan apa yang bisa kamu bantu, dan hati-hati, jangan sampai kamu mendadak menjadi pengatur kendali hidupnya. Hargai privasi mereka. Milikilah kepekaan. Seandainya mereka belum siap membagikan masalah mereka, hargai pula keinginan mereka. Namun bukan berarti kamu langsung ngambek, lepas tangan atau tidak mau tahu. "Mungkin akan membantu dengan mengatakan bahwa jika mereka ingin membicarakan hal tersebut di masa datang, kamu akan siap mendengarkan. Metode ini menghargai otonomi dan kesiapan dalam proses penyembuhan mereka," tulis Shainna.

3. Lengkapi Diri dengan Informasi yang Benar

Meski kamu adalah pasangannya, bukan ahli kejiwaan, ada baiknya untuk mencari informasi apakah benar yang dialaminya adalah gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan kesehatan mental. Misalnya, dari kehidupan sosialnya, pola tidur, penggunaan obat-obatan, suasana hati yang sangat tidak stabil, atau tiba-tiba membicarakan kematian atau bunuh diri. "Membiasakan diri dengan gejala-gejala [tersebut] bisa membantumu mengerti apa menjadi sumber kekhawatiranmu dan dan bisa menjadi perlengkapan tambahan ketika mengekspresikan [kekhawatiranmu] tersebut [kepadanya]."

4. Dengarkan

Saat teman, anggota keluarga atau pasanganmu akhirnya memutuskan untuk curhat, tahan diri untuk langsung: mengutip buku, mencarikan nama ahli atau kelompok pendukung, membanding-bandingkan kondisinya denganmu atau orang lain karena "pengalaman mereka unik", Shianna mengingatkan. Meskipun semua itu berguna, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah "mendengarkan dengan baik sebelum menghujaninya dengan saran. Adalah sebuah kehormatan jika seseorang membagikan detail intim tentang proses penyembuhan mereka, [jadi] hadirlah seutuhnya dan dengarkan sebelum melakukan apapun." 

5. Menyediakan Bantuan

Setelah melakukan hal-hal di atas secara menyeluruh, tanyalah bagaimana kamu bisa membantunya. Saat melakukan hal ini, "kamu bisa menguatkan si individu untuk memegang kendali perjalanan mereka, dan pada saat yang bersamaan juga menyiratkan bahwa kamu siap memberinya dukungan." Inilah tahap yang tepat untuk membantunya mencari ahli atau support group. Dan "terlepas apakah individu tersebut memilih untuk mencari bantuan darimu, sangat vital (ketika memungkinkan) bahwa hal tersebut adalah pilihan mereka sendiri," Shianna menuliskan. 

6. Menetapkan Batas

Tidak peduli seberapa dekat kalian berdua dan betapa pedulinya kamu dengan hidupnya, "sangat penting untuk tetap respek dan tidak melampuai batas-batasmu." Jika mungkin, individu tersebut sebaiknya menjadi pemegang kendali atas proses penyembuhannya. "Membantu orang tercinta yang terluka bisa menguras emosi. Pertimbangkan apa yang kalian ingin dan bisa lakukan. Pastikan untuk tidak bekerja lebih keras dari mereka pada proses penyembuhan mereka sendiri. Ini bukanlah sebuah perjalanan yang harus kamu tanggung sendiri," Shianna menjelaskan. Dan bila perlu (tergantung kondisi), mungkin ada baiknya juga jika kamu sendiri berkonsultasi dengan konselor untuk "menolong merefleksikan, memproses, dan memperlengkapi saat membantu orang yang kamu cintai."