Menelaah Ujaran Kebencian: Mengapa? Dan Jika Teman dan Pasangan Melakukannya, Harus Bagaimana?

Menelaah Ujaran Kebencian: Mengapa? Dan Jika Teman dan Pasangan Melakukannya, Harus Bagaimana?
ISTOCK

Apa yang dicari saat melakukan hate speech?

Pengalaman di masa lalunya dapat menjadi salah satu faktor baginya dalam mengungkapan sesuatu secara bebas, beretika dan dapat diterima di masyarakat pada umumnya. Bisa saja, ada suatu peristiwa dimana dirinya sulit untuk berbicara secara bebas, ketidakmampuan untuk mengutarakan pendapat dan bagaimana ia membawakan dirinya di lingkungan nyata ketika berinteraksi dengan orang lain.

Latar belakang pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, pola asuh orangtua, interaksi dengan keluarga dan teman, dan riwayat kehidupannya hingga dewasa dapat menjadi faktor penentu perkembangan kepribadian serta perilaku seseorang muncul dalam kesehariannya.

Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh, tapi kira-kira apakah mereka sadar dengan yang mereka lakukan? Misalnya, merasa itu sesuatu yang salah?

Konsep benar-salah diajarkan sejak usia anak awal (sekitar usia dua sampai enam tahun). Di usia itu anak juga memiliki tugas perkembangan untuk belajar membuat hubungan emosional yang lebih matang dengan lingkungan sosial, baik di rumah atau di luar rumah.

Kembali kepada bagaimana pengajaran yang diperoleh dari orangtua atau significant other kita sejak kecil. Adanya standar yang terbangun sejak kecil, terkait latar belakang keluarga, budaya, lingkungan sekitar, dan perolehan pendidikan, menjadi unsur-unsur penting dalam membangun suatu standar pribadi seseorang.

Persepsi yang terbangun juga dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan orang tersebut. Bisa saja awalnya pengajaran keluarga sesuai dengan norma yang ada, namun seiring berkembangnya zaman banyak hal yang terjadi pada dirinya, sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda dan tampil sebagai pribadi yang unik.  

Ketika dipertanyakan apakah mereka sadar atau tidak bahwa mereka salah, bisa jadi menurut mereka yang mereka lakukan adalah benar, karena memegang standar ideal mereka sendiri, atau yang sifatnya subjektif. Apalagi kalau membawa issue free speech, pendapat pun dapat menjadi sesuatu yang dibenarkan dan sah-sah saja.

Di sisi lain, misalkan mereka sadar bahwa itu sesuatu yang salah, namun terus dilanjutkan, perlu dilihat juga pertimbangannya. Biasanya sadar bahwa hal itu salah, tapi ia tetap merasa perlu menyampaikan sesuatu dengan gamblang. Perolehan perhatian menjadi maksud utama bagi penulis. Ia juga berani mengambil resiko tinggi dengan menyadari kesalahan, namun tetap dilanjutkan untuk posting konten-konten yang menyakitkan.  

Kebiasan ini adakah hubungannya dengan kesehatan mental?

Seseorang yang menulis postingan mengenai ujaran kebencian, belum langsung dapat dikatakan memiliki gangguan kesehatan mental. Perlu adanya pemeriksaan psikologis lebih lanjut, sehingga dapat dikatakan memiliki gangguan kesehatan mental, atau gangguan psikologis. Setelah diagnosa didapatkan, maka penentuan treatment dan prognosa dapat ditegakkan untuk kebutuhan informasi kesehatan lebih lanjut.

Apa yang biasanya mereka harapkan ketika memposting atau menuliskan sesuatu di media sosial? Ketika harapan ini tercapai, kepuasaan seperti apa yang dirasakan?

Perhatian. Satu hal yang pastinya ia butuhkan adalah perhatian. Ketika satu postingan telah mendapat respon positif, apapun itu postingannya, akan menjadi penguatan untuk menulis dan memposting kembali.

Kepuasan yang diperoleh tergantung pada masing-masing penulis. Artinya, ketika memperoleh respon (perhatian) yang ia harapkan dari para warga net atas stimulus yang diberikan, maka ia kembali melakukannya lagi.

Selama ia memperoleh perhatian tersebut, ada proses belajar juga yang ia alami. Misalnya, apa saja reaksi para warga net mulai dari yang positif ataupun yang negatif; bagaimana mereka menjawab, apakah menggunakan komentar, kritik, link mengenai artikel maupun video lain, atau bahkan dalil-dalil dari kitab agama tertentu. Dari kondisi tersebut juga ia mempelajari segmentasi demografi para warga net.

Dengan proses belajar yang dilakukannya, ia juga kerap melihat tren mengenai topik atau bentuk-bentuk ujaran seperti apa yang menarik perhatian warga net. Jika kita lihat sekarang, bahkan portal berita besar memasang judul yang diambil dari pendapat warga net mengenai keadaan seorang tokoh tertentu. Bukan lagi judul yang sifatnya berat dan kaku. Hal tersebut dengan maksud menarik perhatian untuk dibaca bahkan dibagikan di sosial media.