Mini IVF: Apa Bedanya dengan Metode IVF Biasa?

Mini IVF: Apa Bedanya dengan Metode IVF Biasa?
iSTOCK

Untuk siapa, berapa biayanya, rasio kesuksesannya.

Kita pasti sudah sering mendengar IVF atau In Virto Fertilization atau (yang dikenal dengan) IVF. Namun, katanya ada juga yang disebut Mini IVF—apakah ini?

“Sebenarnya bukan mini IVF, tapi cara kita menstimulasi si pasien,” kata dr. Beeleonie, Sp.OG, seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Hermina Kemayoran, Jakarta. 

Penjelasan lebih lanjut: "Saya jelaskan dari awal dulu, ya. Kalau IVF itu kita menyuntikkan dosis hormon tambahan ke pasien. Karena pada dasarnya setiap bulannya, setiap perempuan hanya ada satu sel telur yang akan berovulasi atau menetas. Nah, untuk IVF [biasa] ini kita berusaha mengambil sel telur sebanyak-banyaknya. Sehingga membutuhkan dosis hormon yang lebih besar daripada yang dikeluarkan dari tubuh setiap bulannya,” lanjutnya.

Sementara mini-IVF (atau yang juga dikenal dengan micro atau minimal stimulation IVF) sebenarnya sama dengan IVF konvensional dalam hal prosedur yang digunakan selama proses perawatan. Mirip dengan IVF biasa, pasien akan dimonitor selama siklus, sebuah telur diambil, ada proses fertilisasi sel telur di dalam laboratorium, dan ada proses transfer embrio. 

Jika prosedurnya sama, adakah perbedaannya? 

“Sebenarnya yang berbeda hanya dari cara penyuntikan obatnya saja. Atau yang disebut dengan mini stimulation,” ujar Bee. 

Jika pada IVF konvensional targetnya adalah memproduksi cukup banyak sel telur untuk diambil, mini-IVF menggunakan obat-obatan yang lebih lemah atau lebih rendah dosis untuk memproduksi hanya beberapa sel telur yang berkualitas. Terkadang malah dilakukan tanpa ovarian stimulating drugs.

Sementara untuk kelebihan dan kekurangannya, “jelas ada,” kata Dr. Beelonie. “Pertama, kelebihannya jelas lebih murah dibandingkan dengan IVF biasa. Karena yang membuat IVF mahal adalah obat hormonnya. Mini IVF ini mungkin hanya 75% dari harga IVF biasa. Kedua, efek sampingnya jelas lebih sedikit. Biasanya hormon yang diberikan terlalu banyak sehingga mungkin akan mengalami kembung, suasana hati yang berubah. Dengan minimal stimulation jelas dosis obat hormonnya akan lebih rendah dan efek sampingnya juga akan lebih rendah,” paparnya. 

Dari segi kesuksesan, rasio keberhasilan mini-IVF secara umum lebih rendah daripada IVF konvensional—tapi bisa jadi lebih baik untuk pasangan tertentu.

Jika efek sampingnya lebih sedikit, apakah semua perempuan bisa menggunakannya?

“Kalau yang no more responds, dan sel telurnya memadai, kita berusaha mendapatkan sebanyak mungkin," katanya. Ini artinya melakukan IVF konvensional. "Jadi mungkin minimal stimulation bukan menjadi pilihan," lanjutnya. "Karena dengan minimal stimulation tentunya sel telur yang didapatkan malah lebih sedikit."

Menurut Parents.com, mini-IVF mungkin patut dipertimbangkan oleh perempuan yang: tidak memiliki banyak sel telur (biasanya cenderung terjadi pada mereka yang berusia di atas 35), takut suntikan (semakin sedikit obat, artinya semakin sedikit suntikan), sudah atau sedang menjalani Ovarian Rejuvenation (sebuah proses yang terbilang baru digunakan untuk menstimulasi indung telur, untuk menciptakan dan melepaskan sel-sel baru), sedang menjalani proses pengobatan kanker, atau memiliki dana terbatas.

Untuk penjelasan lebih lanjut, silakan berkonsultasi dengan dokter kandungan pribadimu.