Para Psikopat Ternyata Lebih Suka Hip Hop dan R&B, Bukan Musik Klasik

Para Psikopat Ternyata Lebih Suka Hip Hop dan R&B, Bukan Musik Klasik
ISTOCK

Bukan Bach, tapi Eminem.

Di banyak film tentang psikopat, mereka digambarkan pecinta musik klasik. Hannibal Lecter mendengarkan Goldberg Variations (Bach) sebelum dan selama adegan penyantapan daging manusia. Nathan Bateman, seorang genius yang mengembangkan robot canggih hasil Artificial Intelegence dalam film Ex Machina selalu memenuhi rumah ultra-chic-nya dengan karya Schubert dan Bach. Apakah memang potrait ini masih berlaku sekarang?

Para peneliti dari New York University memiliki pemikiran lain. Menurut mereka, psikopat suka dengan hip hop dan R&B. Meskipun budaya populer selama ini sepertinya hampir selalu menghubungkan psikopat dengan musik klasik, tapi ternyata kecenderungan mereka menyukai musik tersebut tidak lebih besar dari orang biasa. 

Kesimpulan ini didapat setelah meneliti 200 orang; meminta mereka mendengarkan 260 lagu dan menjawab kuesioner musik serta melalui beberapa tes psikologis. 

Pola-pola tertentu mulai terlihat saat mereka menemukan bahwa banyak lagu yang disukai oleh psikopat masuk ke dalam genre hip hop dan R&B. Akan tetapi, para peneliti menolak untuk menyebutkan lebih lanjut tentang detail preferensi lagunya karena berharap informasi tersebut bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya. Meski The Guardian melaporkan bahwa dua lagu favorit di antara para partisipan yang memiliki hasil tes psikopat tertinggi. Dua lagu tersebut adalah... Lose Yourself (Eminem) dan No Diggity (Blackstreet). Sementara upbeat pop songs seperti My Sharona (The Knack) dan Titanium (Sia) merupakan dua lagu kesukaan di antara mereka yang paling tidak psikopat. 

Meskipun tim ini bersikeras bahwa penemuan-penemuan mereka hanyalah sebuah awal, yang belum dipublikasikan, mereka berharap untuk bisa melakukan studi yang lebih besar lagi untuk menganalisa preferensi musikal dari ribuan orang yang masuk dalam spektrum psikopat. 

"Media menggambarkan para psikopat sebagai pembunuh berkapak dan pembunuh berantai, tapi pada kenyataannya mereka tidak sejelas itu; mereka tidak seperti The Joker di Batman. Bisa jadi mereka bekerja persis di sampingmu, dan berbaur. Mereka seperti psychological dark matter,” kata Pascal Wallisch, seorang penulis utama penelitian tersebut. 

"Kita tidak menginginkan orang-orang ini memiliki posisi yang bisa menimbulkan banyak bahaya," tambahnya. "Kita butuh sebuah alat untuk mengidentifkasi mereka tanpa kerjasama atau izin mereka." 

Well, masih ingat 'kan, akhir cerita saat meminta kerjasama Lecter untuk membantu memecahkan kasus pembunuhan? No diggity!