Penelitian Baru Menemukan: Banyak Pasien Tidak Harus Menjalani Kemoterapi

Penelitian Baru Menemukan: Banyak Pasien Tidak Harus Menjalani Kemoterapi
iSTOCK

Penelitian ini melibatkan ribuan orang selama sembilan tahun.

Berita bahwa seseorang didiagnosa memiliki kanker payudara biasanya diikuti dengan anjuran melakukan kemoterapi, sebuah proses perawatan yang mengurasi emosi dan fisik. Belum lagi, efek samping pasca pengobatan, seperti risiko sakit ginjal dan infertilitas. Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa 70 persen perempuan yang berada dalam fase awal kanker tidak perlu menjalani opsi tersebut.

Penelitian yang memakan waktu sembilan tahun ini diterbitkan di New England Journal of Medicine dengan tujuan untuk memastikan apakah kemoterapi bantuan dibutuhkan untuk pasien-pasien berisiko menengah yang memiliki hormone-receptor positiveHER2-negativenode-negative cancer (yang menyerang hampir setengah dari perempuan yang didiagnosa di seluruh dunia) berdasarkan sebuah 21-gene expression test. Hebatnya, penelitian in menghasilkan bahwa mereka yang didiagnosa dari awal, dengan tumor yang belum menyebar, masih bisa melawan kanker hanya dengan menggunakan terapi hormon, yang biasanya melibatkan pil atau suntikan—tanpa kemo. 

Dalam studi yang melibatkan 9.719 perempuan dari usia 18 sampai 75 tahun yang memiliki kanker payudara, pertama-tama para peneliti memberikan skor setiap partisipan dengan menggunakan tes genetik. Skor tertinggi adalah 31 dan di atasnya, dan skor paling rendah adalah 0 sampai 10. 

Perempuan dengan skor menengah, 11 sampai 24 (69 persen dari peserta) lalu diacak menjadi dua grup: satu grup hanya melakukan terapi endokrin (terapi hormon) dan sisanya menjalani kemoterapi beserta terapi endokrin (kemoendokrin terapi). Setelah sembilan tahun, 83,3 persen dari mereka yang hanya menerima terapi hormon kanker tidak kambuh, dibandingkan dengan 84,3 persen mereka yang menjalani kemoendokrin terapi—perbedaan yang tidak begitu signifikan. 

"Saya sangat senang. Selama ini saya khawatir tentang perawatan yang tidak dibutuhkan untuk kanker, dan efek samping yang tidak diinginkan dari kemoterapi," kata Dr. Otis Brawley, MD, direktur medis dan ilmuwan untuk American Cancer Society, kepada CNN. "Sekarang dengan tes genomik, kami menemukan bahwa ada beberapa tipe kanker payudra, mungkin selusin, dan kita [sekarang] bisa merencanakan terapi sesuai dengan jenis kanker yang diderita setiap perempuan." 

Hasil ini adalah sebuah gebrakan hebat dan pastinya sebuah kabar gembira karena akan memungkinkan ribuan wanita untuk tidak harus menjalani kemoterapi setiap tahun, dan lebih fokus kepada opsi perawatan lain yang lebih maksimal untuk tipe kanker spesifik sesuai dengan kondisi pasien. Akan tetapi, tetap saja selalu bijaksana untuk berdiskusi dengan doktermu untuk mendapatkan pilihan yang paling tepat untukmu dan tubuhmu.