Penelitian Menyimpulkan Perempuan Lebih Mudah Stress di Tempat Kerja

Penelitian Menyimpulkan Perempuan Lebih Mudah Stress di Tempat Kerja
ISTOCK

Daripada laki-laki.

Hari Senin dan karena begitu banyaknya yang harus dilakukan, kamu sudah merencanakan untuk lembur tiap hari, melewatkan makan siang dan kunjungan ke coffee shop serta menunda update gosip kantor, demi mengejar target. 

Kondisi "kecapekan karena terlalu banyak kerja" atau burnout ini merupakan rutinitas kaum milenial. Lebih banyak perempuan mengalami situasi ini pada usia muda (30an), dan menurut sebuah ulasan baru di Journal of Occupational Health Psychologyberarti menghadapi "keletihan, kesinisan, dan mengurangi keberhasilan profesional."

Ulasan ini mengamati semua penelitian selama 40 tahun belakangan tentang burnout dan mengesahkan beberapa hal yang sudah kita tahu—terutama bahwa perempuan lebih sering mengalami stress di tempat kerja dibandingkan laki-laki. Penelitian ini mendalami fenomena burnout untuk mengerti dan bagaimana mengatasi mimpi buruk para profesional ini. 

1. Hal ini mempengaruhi perempuan daripada laki-laki

Menurut laporan Thrive Global, selain mengalami level stress yang lebih tinggi di tempat kerja, para wanita juga menghadapi "beban ganda" baik di rumah dan di kantor. 

Para peneliti menemukan bukti bahwa tekanan-tekanan negatif ini (baik profesional dan personal) menyebabkan perempuan menjadi lebih capek dan sinis—sebuah efek yang tidak ditemukan pada laki-laki. 

2. Tanda-tanda awal muncul di rumah

Oleh karena mereka menggunakan sebagain besar energinya untuk mengatasi masalah di kantor, gejala awal burnout—stress, menjadi sinis, selalu capek—seringkali terlihat di rumah. 

3. Kita bisa saja merasa baik-baik saja padahal...

... sudah pada titik akhir. Sebuah ulasan dari penelitian menemukan bahwa tanda-tanda gejala ini—seperti kelelahan dan menjadi sinis—bisa jadi naik-turun dari hari ke hari tergantung apa yang terjadi di kantor dan berapa banyak yang tersedia untuk pulih kembali setelahnya. Ulasan yang sama menemukan bahwa jika pegawai tidak pulih setelah kerja dan mengisi "baterai" kemungkinan kondisinya akan semakin parah. 

4. Bersosialisasi dapat membantu

Untuk yang memiliki kebiasaan untuk berkumpul bersama teman setelah bekerja sepertinya melakukan hal yang tepat. Menurut penelitian ini, orang-orang yang memiliki keinginan untuk bersosialisasi setelah bekerja biasanya mempunyai level burnout yang rendah.