Perhatian, Informasi untuk Perempuan: Lembur Menaikkan Risiko Diabetes

Perhatian, Informasi untuk Perempuan: Lembur Menaikkan Risiko Diabetes
ISTOCK

#work-lifebalance.

Dari Senin sampai Jumat, pada dasarnya seluruh hidupmu didedikasikan hanya untuk urusan kantor. Sudah sangat bersyukur jika sempat makan siang—sehingga tagar #work-lifebalance seperti murni cuma sebuah mitos dari negeri dongeng. Cita-cita yang melebihi langit. Idealnya sih, jangan dibiarkan; membuat batasan yang jelas (bila perlu di-Stabilo) antara pekerjaan dan kehidupan adalah sesuatu yang krusial. Dan pertahankan, jangan terlalu gampang digoyahkan. Pasalnya, ini tidak hanya berhubungan dengan hubungan sosialmu, tapi juga berkaitan erat dengan kesehatanmu. Bukan, bukan flu, tenggorakan gatal atau masuk angin. Sebuah studi baru mendemonstrasikan bahwa lembur ternyata memiliki dampak lebih serius dari perkiraan selama ini: para perempuan yang bekerja terlalu banyak mempunyai risiko lebih tinggi terkena diabetes. 

Studi ini, yang dipublikasikan di jurnal BMJ Open Diabetes Research & Care, menganalisa data survey yang dikoleksi selama lebih dari 12 tahun dari 7.065 orang Kanada dengan rentang usia antara 35 dan 74 tahun untuk mengevaluasi koneksi antara bekerja dengan jam panjang (diartikan bekerja antara 45 jam atau lebih selama seminggu) dan diabetes. Hasilnya memperlihatkan bahwa para perempuan yang bekerja lebih dari 45 jam setiap minggu memiliki kemungkinan tinggi (hingga 63 persen) mengalami kondisi yang berhubungan dengan insulin dibandingkan mereka yang bekerja antara 35 dan 40 jam per minggu.

Oh, bagaimana dengan laki-laki? Ini yang menarik: penelitian ini menemukan bahwa pria gila kerja tidak merasakan nasib yang sama. Meski studi ini tidak meneliti lebih lanjut hasil perbedaan gender ini, para peneliti berhipotesa bahwa hal ini bisa jadi disebabkan: para perempuan tidak berhenti bekerja hanya karena tidak di kantor lagi. Alias, banyak pekerjaan menunggu di rumah. "Jika kamu berpikir tentang semua pekerjaan tanpa upah yang mereka lakukan saat tidak di kantor, misalnya pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, pada dasarnya mereka melakukan lebih banyak dibandingkan laki-laki, dan bisa jadi lebih stres, dan stres memberikan dampak negatif bagi kesehatan," kata salah satu peneliti, Mahee Gilbert-Ouimet, kepada CNN

Belum lagi, fakta bahwa gaji perempuan tidak sebesar lakil-laki. Padahal, perempuan bekerja lebih lama, kira-kira hampir satu jam lebih lama, daripada laki-laki, setiap harinya. "Bahkan ketika laki-laki dan perempuan melakukan pekerjaan yang sama, perempuan digaji lebih sedikit. Pastinya, hal tersebut akan memberikan efek atas kesehatan perempuan. Coba bayangkan tekanan untuk bekerja lebih keras dan diupah lebih sedikit untuk hal yang sama," kata Gilbert-Ouimet. 

Ah, membayangkannya saja sudah berat, apalagi melakukannya. Oke, pada intinya adalah jika kamu merasa gajimu terlalu kecil untuk tanggung jawab dan perananmu saat ini, diskusikan dengan bosmu. Kedua, hormati hakmu untuk memiliki kehidupan sosial dan pribadi di luar jam kerja agar kualitas hidupmu lebih meningkat. Ketiga, pasang alarm dengan judul "#worklifebalance" untuk mengingatkanmu setiap hari agar pamit dari kantor setelah jam 6 sore.