10 Pertanyaan Penting Sebelum Membeli Sesuatu yang Mahal

Work
ISTOCK

It’s OK, hanya pastikan uang hasil kerja kerasmu itu benar-benar digunakan dengan alasan yang benar. 

New York Fashion Week dan London Fashion Week baru saja selesai. Di samping itu, blog dan Instagram dari para fashion blogger yang selalu tampil chic dan semuanya memiliki persamaan: "mempromosikan" mode terbaru (tas, baju, sepatu, gaun, dll).

Bagi pecinta dunia fesyen seperti kita, momen seperti ini memberikan dilema dan keinginan untuk memiliki produk-produk tersebut kadang sulit untuk dibendung. 

Itu sebabnya, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan dan ditanyakan kepada diri sendiri sebelum menggesekkan atau menuliskan nomor kartu kreditmu di layar laptop-mu.

10 Pertanyaan Penting Saat Membeli Sesuatu yang Mahal

Pertanyaan 1: Apakah saya sudah memiliki barang yang sama?

Langkah pertama dan paling penting: lihat baik-baik dan dengan ketelitian tingkat tinggi apakah kamu sudah memiliki sesuatu yang sama atau mirip dengan barang yang ingin dibeli. Jika jawabannya tidak, lanjut ke pertanyaan kedua.

Jika jawabannya iya, berarti langkah selanjutnya cukup sederhana. Misalkan barang yang ingin kamu beli adalah sebuah sepatu hitam hak tinggi yang super cantik, apakah kamu memiliki sepatu favorit yang sama dengan harga sedikit lebih murah dan sering dipakai?

Jika benar, lebih baik uangnya disimpan untuk sesuatu yang lebih “berguna”, terkecuali kamu ingin menyingkirkan yang lama dan hanya akan memiliki satu sepatu hitam. Alasannya? Because it’s a known fact that the more you own, the less you wear.

Pertanyaan 2: Apakah saya suka belanja? Atau terobsesi dengan tren?

Pertanyaan ini tidak dalam rangka menghakimi siapapun. Kebanyakan perempuan suka berbelanja, so we are all guilty! Namun, bila yang kita bicarakan adalah sebuah barang investasi, sangat perlu untuk bertanya kepada diri sendiri apakah ada kemungkinan kita akan membeli sesuatu yang mirip setelah ini.

Contohnya: jika kamu membeli koleksi tas terbaru Mulberry seperti yang terlihat di London Fashion Week bulan ini, apakah kamu yakin tidak akan berbelanja tas lain—tidak peduli setrendi atau semurah apa—dalam waktu satu/ dua tahun ke depan?

Ibaratnya saat seseorang membeli rumah, mereka tidak lantas menghabiskan uang dengan membeli rumah berukuran kecil, sedang, dan besar dalam selang satu/ dua bulan. Alangkah baiknya jika prinsip yang sama diterapkan dalam hal fesyen.

Jika sadar benar bahwa kamu adalah pribadi yang suka memiliki berbagai jenis dan bentuk tas, mungkin membeli yang super duper murah bukanlah solusi yang tepat.

Pertanyaan 3: Apakah barang ini akan menimbulkan masalah?

Hal lain yang perlu dipikirkan: apakah gaun Bulberry itu akan berdampak negatif bagi stabilitas keuanganmu? Akan membuat tagihan kartu kredit membengkak dan mengganggu kebutuhan lain?

Seandainya iya, coba tahan diri dan mulailah menabung selama beberapa bulan untuk membeli gaun tersebut tanpa merasa bersalah.

Pertanyaan 4: Jika labelnya dicabut, apakah masih tetap akan dibeli?

Sebagai seorang pecinta fesyen, sangat dimaklumi jika “kepribadian” Imelda Marcos yang di dalam diri terkadang muncul dan mendominasi. Tidak perlu merasa bersalah karena memang seringkali susah menjadi pura-pura buta saat melihat koleksi terbaru desainer ternama.

Namun, apabila kamu membeli sesuatu hanya karena mereknya dan terlebih sebenarnya bukan seleramu, sepertinya agak terdengar konyol.

Pertanyaan 5: Jika Instagram tidak ada, apakah masih ingin dibeli?

WOOP sama sekali tidak mau berasumsi bahwa kamu membeli sesuatu hanya karena supaya orang lain tahu--tapi memang seperti inilah pola hidup jaman sekarang.

Apakah benar-benar bisa membuatmu bahagia saat membeli pleat front trouser J.W. Anderson tanpa harus mem-posting di media sosial? Jika jawabannya adalah gelengan kepala, lebih baik dipikirkan 1000 kali lagi.

Pertanyaan 6: Apakah ini hanya tindakan impulsif?

Sekarang ini berbagai promosi online, flash sales dan deals, memborbardirmu lewat smartphone. Memang akan sangat berguna jika kita memang sedang mencari sesuatu, tapi bisa berbahaya untuk casual shopper—yang sebelum tidur sama sekali tidak terpikir untuk membeli suede biker jacket dari Topshop dengan harga jutaan, tapi mendapat ide untuk memilikinya begitu mendapatkan email yang berisikan diskon 20%.

Lebih baik jauhkan diri dari layar telepon atau komputer selama beberapa jam dan kembali lagi setelah level dopamin di dalam otak sedikit menurun. Pasalnya, sebagian besar belanja impulsif memiliki efek merugikan buat pembelinya.

Pertanyaan 7: Apakah akan benar-benar sering dipakai?

Tidak ada salahnya sesekali memberikan hadiah untuk diri sendiri, tapi item super mahal memang harus memiliki kalkulasi tersendiri—terlebih jika mungkin akan jarang dipakai. Apakah kamu seorang pengacara?

Mungkin membeli bold printed dress dari Badgley Mischka seharga jutaan bukan pilihan yang tepat. Atau guru TK? Bisa jadi sepatu Manolo Blahniks 15 cm itu bukan untukmu.

Tidak ada gunanya menghabiskan uang (yang sudah susah payah didapat) untuk sesuatu yang hanya akan menghiasi lemari.

Pertanyaan 8: Apakah ini dibeli hanya karena si X (masukkan nama seorang blogger/ street styler/ fashion influencer) memilikinya?

Hanya karena Olivia Palermo, Alexa Chung, atau Leandra Madine memakai sebuah produk tertentu, bukan berarti harus dibeli. Setiap orang yang tahu fesyen mengerti benar hukum ini: beberapa penampilan tertentu terlihat bagus hanya saat difoto saja.

Satu lagi, harap selalu diingat bahwa nama-nama besar di dunia fesyen kadang-kadang mendapatkan sesuatu dengan gratis dari desainer agar rakyat biasa seperti kita tergiur membelinya.

Pertanyaan 9: Apakah bisa didapat dengan harga lebih kecil?

Untuk item yang sedang tren, tidak ada salahnya untuk mengecek toko, butik, atau online shopping untuk mendapatkan item yang hampir mirip dengan harga miring. Atau mungkin sering-sering mengunjungi eBay atau Etsy untuk secondhand item

Pertanyaan 10: Apakah ini one-season wonder?

Pastinya, tidak selamanya kita ingin membeli sesuatu yang klasik dan bersifat trendi selamanya. Yah, namanya juga dunia fesyen: gaya musiman adalah komoditi utama.

Namun, sepertinya agak tidak masuk akal, misalnya membeli sebuah statement T-shirt Prabal Gurung “Love the is resistance” yang berhaga jutaan. Alasannya? Bahkan minggu depan, Trump akan muncul dengan isu kontroversi terbaru dan kaus itu tidak lagi relevan. 

Simak pertanyaan penting lainnya: