Ramengvrl: 'Diri Gue yang Sebenarnya Mungkin Tidak Sepede Ramengvrl'

Interview Ramengvrl: Bahas Eminem sampai Utada Hikaru
WOOP.ID/ALEXANDER SURYO

Rapper perempuan Indonesia berbicara tentang Utada Hikaru, mengalami depresi dan akun pribadinya. 

Dan sebelum memfokuskan diri 24/7 hari pada dunia musik, rap dan hip hop, Putche adalah seorang pegawai marketing di dunia E-commerce. "Ini bukanlah satu-satunya karier pernah yang gue lakuin dulu," ujarnya sambil menggelengkan kepala. "Gue pernah jadi blogger," lanjutnya, "pernah mau nyoba jadi jurnalis karena gue suka nulis, clothing line—tapi belum pernah ada yang tuntas. Nggak pernah ada yang gue jalani secara konsisten," ujarnya berdecak, "sampai gue mikir kayak ‘waduh, apa gue emang nggak dilahirkan menjadi orang kreatif ya, apa emang gue dilahirkan untuk jadi orang yang kerja di kantor aja, ya,'" tuturnya dengan nada bernostalgia. 

Cerita panjang disingkat, Ramengvrl sekarang adalah nominator AMI Award for Best Rap/Hip-Hop Production Work 2018, pemilik Instagram dengan follower lebih dari 86 ribu dan 20 ribu subscriber di YouTube. Logika rasanya jika kita berasumsi bahwa tidak ada penyesalan meninggalkan pekerjaan kantor dan memutuskan hidup dari dunia musik.

"Gue nggak pernah ada penyesalan," sambutnya tegas. Termenung dan terdiam sebentar, lalu "tapi lebih kayak, 'yaaah, coba gue mulai lebih cepat,'" ujarnya dengan ekspresi meratap. "Tapi emang sudah begitu kali jalannya," tambahnya cepat. "Karena gue yakin semua hal itu udah diatur waktunya. Kenapa gue harus kerja dulu bukannya langsung nge-rap. Itu pasti ada alasannya. Kalau misalnya gue mulai rap dari dulu, belum tentu gue seperti sekarang. Tapi penyesalan resign, trus jadi Ramen, nggak ada," Putche mengulangi dengan nada sama tegasnya. 

View this post on Instagram

👀👽⛓

A post shared by RAMENGVRL (@ramengvrl) on

Implentasi dan hikmah sederhana dari bergulat di dunia marketing sebelum menjadi rapper—yah, strategi pemilihan nama tadi. Awalnya, "pake 'i' bukan 'v'," katanya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah. Terdengar "ngehe" dan "tidak berbau hip hop" (dua pertimbangan Putche memilih nama) tapi jika dicari di Google, maka yang lebih dulu muncul adalah film almarhumah Brittany Murphy, The Ramen Girl (2008). "Gue pengennya ketika orang cari gue, yang keluar cuma nama gue," tuturnya. Tujuan tersebut tercapai. Ketika 'ramengvrl' di kotak pencarian Google, 10 halaman pertama (dan seterusnya) hanya berisikan alamat Instagram, link YouTube, Soundcloud, halaman Wikipedia, jadwal manggung dan berbagai artikel tentang Ramengvrl. (Bahkan tuan KnowsMore saja mungkin akan kesulitan mencari suggestion lain). Jenius. 

Pernah berkecimpung di pemasaran juga yang membuat Putche menyadari bahwa, "artis adalah produk." Dengan cepat dia menambahkan, "bukan berarti merendahkan artis dengan menganggap mereka sebagai produk semata, tapi cuma pada saat yang bersamaan, lo cari makan dari musik, mengulik musik, yah berarti [artis] udah jadi produk. Suka nggak suka," katanya dengan nada diplomatis. "Kita suka membuat karyanya, tapi yah memang ada sacrifices yang harus dilakukan, termasuk nggak menunjukkan flaws di depan publik." 

Topik yang sedang dia bicarakan kemudian menjurus ke media sosial. Bahwa seseorang—sebut itu influencer, selebgram, selebriti, artis, orang terkenal, pengedar video viral yang mendadak jadi orang terkenal—dituntut untuk tampil dan bertingkah laku mengikuti kode tertentu. 

"Ini jujur aja, terkadang gue capek untuk looks certain ways," ujarnya menghela nafas. "Gue sebenarnya orang yang paling malas gaya, dandan segala macam, tapi gue merasa masih tetap harus seperti itu, paling tidak di publik," tegasnya. Jika kamu mau tahu alasannya: "Selain musik, itu masih menjadi salah satu faktor yang membuat orang suka sama gue, sama Ramen. Karena di dunia musik, yang lo jual nggak hanya musik, tapi gue masih harus menjaga looks gue, jaga badan, harus facial supaya muka gue nggak muncul jerawat baru, harus pake baju yang ibaratnya yang hipster padahal gue nggak punya Supreme satu pun! Hahaha," ujarnya terbahak.

Untuk saat ini, "karena power yang gue punya nggak begitu begitu besar, maka gue harus tetap menjaga sentimen positif publik." Jika suatu saat statusnya menjadi level tertentu, "tolak ukurnya adalah semua orang yang dengerin Raisa juga dengerin gue," maka akan melakukan banyak hal untuk "empowering orang lain," Putche bertekad. "Kenapa gue melakukan hal ini? Yah, karena gue masih memiliki tujuan yang ingin gue capai, sih," tegasnya tanpa babibubebo. "Sekarang gue dalam proses menaikkan nama gue. Ah, marketing gue bekerja lagi ini," ujarnya menyengir lebar. "Kalau gue kerjain itu sekarang, segala strategi ini jadi terganggu, dan pada akhirnya orang nggak terlalu tahu gue, nggak terlalu nangkap message-nya apa, nggak efektif. Again, gue percaya bahwa semua hal itu ada waktunya," paparnya. 

Di beberapa wawancara lain, Ramengvrl rajin menyoal isu kesehatan mental. Saya bilang biasanya seseorang melakukannya karena orang-orang terdekat—atau dirinya sendiri pernah mengalaminya. Pengalaman sendiri biasanya berbicara dan menjadi dorongan yang paling besar. 

Terdiam sejenak, menghela nafas panjang, dan beberapa detik kemudian, "karena jauh sebelum banyak yang aware bahwa seleb juga bisa mengalami depression, gue pernah mengalami depresi—cuma waktu itu gue nggak tahu itu namanya depression," ujarnya dan menyebutkan pernah satu kali melakukan hipnoterapi. "Gue juga waktu itu nggak serius, dan mikir 'masak sih, gue kayak gini banget’—tapi waktu itu gue mengalaminya. Dan terutama setelah masuk ke industri ini, gue menyadari ada teman-teman juga mengalaminya. Menurut gue, musisi itu bunch of depressed people—makanya mereka bikin karya," ujarnya dengan nada prihatin. "Itu menurut gue ya," tegasnya lagi. "Itulah yang membuat gue peduli banget. Gue menurut ada sedikit tanggung jawab untuk mengangkat awareness-nya. Bahwa itu sesuatu yang bisa terjadi sama siapa aja, bahkan pada orang yang kelihatannya sudah fulfilled, punya banyak duit, status bagus. [Depresi] itu dekat banget, kayak bernafas. Pokoknya bisa terjadi aja, jadi memang kondisi yang harus dikasih treatment." 

Naikkan volume dan level bass saat mendengarkan I AM ME, lalu dengarkan liriknya dengan intensitas seperti mendengarkan lagu Adele saat kamu patah hati, maka akan tertangkap pesan-pesan, komentar-komentar sosiali, misalnya tentang identitas diri dan body image. 

"Yang mau gue bilang adalah mau lo kurus, gemuk, keriting, rambut lurus—lo lakuin aja yang lo mau," tekannya. Sepertinya tidak benar juga jika Ramengvrl 'menunda' misi empowering-nya hingga nanti, sampai seterkenal Raisa. "Maksud gue adalah ada banyak cara untuk empowering orang dan cara itu nggak linear. Jujur aja, gue masih ada ketakutan tersendiri," akunya. 

Takut. Tidak percaya diri. "Self-esteem gue rendah," ulangnya. Dan dari pengalaman pribadinya, depresi tidak terlalu mempengaruhi keinginannya malah untuk berkarya ("malah bikin gue makin berkarya"). Efeknya lebih "bikin gue bisa banget mikirin omongan-omongan negatif orang," ujarnya dengan nada muram. "Bahkan, ketika nggak ada omongan negatif, gue bisa berkontribusi pada negativity itu sendiri," jelasnya menggelengkan kepala.

View this post on Instagram

👀👽⛓

A post shared by RAMENGVRL (@ramengvrl) on

Putche memotong caramel cake di depannya, mengunyahnya pelan. "Sampai sekarang juga, kalau gue ngeliat ke cermin, gue bisa ‘iiih’ gitu," ujarnya memperlihatkan ekspresi sedikit jijik. Padahal, menurutnya, beberapa menit sebelumnya, misalnya, baru saja ada penggemar yang mengajak foto sampai histeris. "Logically speaking, self-esteem-nya naik dong, tapi kalau gue yah udah, self-esteem-nya tetap low," tuturnya, mengangkat bahu. "Atau misalnya, gue memposting sesuatu di Instagram atau video, tapi yah nggak jadi karena gue nggak pede, karena gue udah kepikiran tentang hal-hal komen negatif, apa yang akan netizen ngomongin. Jadi gitu sih, efek depresi yang gue rasakan bukan langsung ke proses pembuatan karya, tapi turunan-turunannya."