Ramengvrl: 'Diri Gue yang Sebenarnya Mungkin Tidak Sepede Ramengvrl'

Interview Ramengvrl: Bahas Eminem sampai Utada Hikaru
WOOP.ID/ALEXANDER SURYO

Rapper perempuan Indonesia berbicara tentang Utada Hikaru, mengalami depresi dan akun pribadinya. 

Tunggu dulu, tidak pede? Meski memang banyak orang terkenal yang sudah buka-bukaan bahwa percaya diri yang diperlihatkan saat berpose chicken arms atau pigeon toe adalah ilusi dunia maya, tetap saja para penggemar sulit memercayainya. 

"Nah, itu yang orang-orang nggak tahu," responnya cepat. "Karena 'kan kalau di sosmed, orang mikir mereka get to know the personal view of their idols. Tapi sebenarnya, sekarang sosmed itu sudah jadi platform jualan, mau nggak mau mereka harus berpenampilan bagus, atau berpenampilan segimana ekspektasi orang," ujarnya blak-blakan.

"Tapi yang mereka nggak tahu adalah bahwa orang-orang ini [selebgram, influencer, dsb], malas ngepost yang begitu, mungkin capek keliatan begitu terus," bebernya. Bukan bermaksud mengeluh karena status selebgram/influencer pun datang dengan berbagai keuntungan. Bahkan diprediksikan tahun depan influencer makin akan dicari, terutama nano-influencer (para influencer yang paling dipercaya dan paling memiliki pengaruh atas teman dan keluarga mereka). Tahun depan, untuk mempromosikan sesuatu, merek-merek akan lebih menggunakan nama mereka dibandingkan keahlian agen periklanan, rumah produksi, dan penerbit. 

"I know for a fact, para influencer itu juga punya private account yang isinya jauuuh banget dari apa yang mereka posting di public account mereka," jelasnya. "Gue juga punya dan teman-teman gue juga punya," tegasnya. Akun pribadi ini hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya. "... dan ternyata influencer, seleb yang punya private account yang isinya lumayan depresif," tuturnya dengan nada prihatin. "Maksud gue, kayak terlihat banget bahwa di public account itu udah jadi jualan aja, udah jadi kayak apa ya," ujarnya terdiam sejenak. "As simpel as branding," lanjutnya, "branding gue sebagai Ramengvrl harus gimana, tapi diri gue yang sebenarnya mungkin tidak sepede Ramengvrl." 

Terdengar sedikit membingungkan kehidupan para influencer dan seleb ini.

"Memang, iya," tegasnya, mengangguk-anggukkan kepala. "Tapi bukan berarti apa yang gue tunjukkin di Ramengvrl itu palsu ya," tambahnya. "Karena Ramen itu adalah juga manifestasi diri gue sendiri. Misalnya gue bilang gue ngehe, itu juga emang gue begitu aslinya. Tapi ada beberapa aspek yang gue nggak tunjukkin, karena gue punya awareness bahwa Ramengvrl in public itu jualan. Semua ini kita jualan—semua ini jualan," katanya menyebutkan nama beberapa influencer yang juga adalah teman baiknya. "Dan prinsipnya kayak sales aja: lo mau jualan barang, lo nggak mungkin menunjukkan rasa sedih, flaws ke orang-orang calon pembeli. Sesederhana itu, sih," tandasnya. 

Well, we take Ramengvrl, flaws and all. Dan satu lagi, menghabiskan waktu hampir satu jam dengan Ramengvrl terbersit sebuah kesimpulan: You can take the girl out of marketing, but you can't take the marketing out of the girl. Jenius. 

img  

img

Selanjutnya: Bahagia di sosial media dan di dunia nyata bukan sesuatu yang mustahil. Psikolog ini menjelaskannya.