Studi Menyebutkan: Wanita Memang Terlahir Sebagai Pemimpin

Studi Menyebutkan: Wanita Memang Terlahir Sebagai Pemimpin
Leader Wanita

Kata siapa wanita tak cocok jadi pemimpin? Penelitian justru menyebutkan bahwa wanita memiliki kemampuan itu sejak mereka dilahirkan.

Kesenjangan wanita dan laki-laki dalam peran kepemimpinan memang menurun, namun perbedaan besar masih terjadi di antara mereka. Studi tahun 2019 menemukan bahwa wanita hanya memegang 21% posisi penting di tempat kerja.

Meski presentasinya masih sedikit, penelitian menunjukkan bahwa saat wanita menduduki posisi kepemimpinan, mereka seringkali lebih unggul dibanding laki-laki. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena wanita memiliki soft skill lebih baik dan telah mengembangkannya sejak dini. Misalnya empati, komunikasi, dan mampu menjadi pendengar yang baik.

Leadership
Pemimpin Wanita

Ironisnya, hal itu pula yang kerap menjadi 'senjata' untuk dijadikan alasan mengapa wanita tak cocok menjadi pemimpin. Seperti pikiran bahwa sifat perempuan yang terlalu lembut menjadikannya tak bisa mengambil keputusan secara tegas.

Stigma seperti itulah yang harus kita hilangkan. Karena menjadi seorang pemimpin bukan hanya bermodalkan tegas, tapi juga harus mampu mengayomi dan membimbing orang-orang.

Baca juga: Dilarang Pakai Kacamata, Karyawan Wanita di Jepang Demo Lewat Media Sosial

Sebuah studi tahun 2013 menegaskan, bahwa wanita justru lebih tertarik dengan kolaborasi dan kerja tim. Sementara pria cenderung tertarik pada lingkungan yang berorientasi tim hanya ketika ada hasil yang efisien. Menurut para peneliti, laki-laki secara statistik memiliki pandangan pesimistis mengenai kemampuan potensial rekan kerja satu tim mereka.

Pemimpin Wanita
Pemimpin Wanita

Seolah mendukung penelitian tersebut, studi tahun 2019 dari Zenger mengungkapkan bahwa wanita cenderung menilai diri mereka lebih rendah dalam penilaian diri.

Hal itu bukan berarti wanita kerap meremehkan dirinya sendiri, melainkan mempertahankan pandangan realistis tentang kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain, laki-laki justru kerap melebih-lebihkan diri mereka saat mengevaluasi diri.

Jika melihat hasil-hasil studi tersebut, boleh kita simpulkan bahwa sesungguhnya bakat memimpin wanita memang telah ada sejak mereka lahir. Untuk itulah, sebaiknya pandangan mengenai pemimpin itu harus laki-laki sebaiknya dihilangkan, karena siapa pun bisa menjadi pemimpin.

Selanjutnya: Museum Seni Baltimore mencoba kebijakan baru dalam rangka menghapus ketimpangan gender di lingkungan sosial. Simak penjelasannya!