Tanda-tanda Kamu adalah Musuh Besarmu Sendiri

Tanda-tanda Kamu adalah Musuh Besarmu Sendiri
ISTOCK

Hati-hati!  

Keep your friend close," kata Michael Corleone dalam The Godfather: Part II, "but your enemies closer.” Seberapa dekat? Bagaimana jika musuh terbesar kita tersebut sedekat kulit sendiri, alias diri sendiri?

Yep, terkadang, sadar atau tidak, sebenarnya musuh berat kita adalah diri kita sendiri. Ibarat seorang mata-mata, tapi kali ini kita berstatus double agent: satu sisi mengharapkan yang terbaik, tapi setiap kali juga berpikir sebaliknya. Oleh karena itu, coba kenali tanda-tandanya dari sekarang dan pikirkan bagaimana memperbaikinya. 

1. Kamu lebih mempercayai orang lain dibandingkan diri sendiri.

Kita seringkali menganggap pendapat orang lain bisa lebih dipercaya, hanya karena misalnya mereka lebih tua atau berpengalaman. Tidak ada salahnya mendengarkan saran mereka, tapi juga harus ekstra hati-hati. Namun karena satu dan lain hal, kamu mengikuti saran mereka tanpa dipikirkan matang-matang dan mengabaikan suara hati. Lalu, ternyata kesalahan terjadi, dan berharap seandainya saat itu kamu lebih mendengarkan kata hatimu. Hal seperti ini terjadi berkali-kali. Mulai sekarang, coba mulai berikan kredit dan kepercayaan pada nalurimu, karena biasanya itu jarang salah. 

2. Kamu tidak toleran dengan diri sendiri. 

Coba pikirkan sesuatu yang kamu tidak suka dari dirimu. Jika hal ini hanya membutuhkan kurang dari 10 detik, berarti dirimu adalah musuh terbesarmu. Nah, karena kita tidak bisa berubah wujud, berarti sudah waktunya untuk melakukan genjatan senjata. Hal pertama yang harus dilakukan adalah belajar untuk menerima—bukan berarti mencintai atau bahkan menyukai—hal-hal yang kamu benci. Paha yang besar, perut buncit, sifat pemalu, atau kebiasaan lupa akut. Semakin kamu belajar untuk menerima kekurangan-kekurangan tersebut, kebiasaan tersebut akan mulai kehilangan akarnya dan lebih mudah untuk dialihkan. What we resist persists; what we accept can be changed.

3. Kamu memprovokasi dirimu sendiri.

Saat baju atasanmu sudah tidak muat lagi, apa yang terlintas di benakmu? "Dasar babi, kerbau?" Saat ponsel ketinggalan di rumah untuk kesekian kalinya dalam satu minggus, apa yang kamu katakan pada diri sendiri? "Ih, bego banget, sih!" Ini bahasa-bahasa penuh kebencian yang membuat dirimu semakin rendah. Cobalah untuk mengeliminasi kalimat-kalimat seperti itu, saat berbicara dengan diri sendiri dan orang lain. Gunakan kata-kata bijak dan baik sama seperti saat kamu berbicara dengan seorang sahabat atau sekutu. 

4. Kamu menunggu seseorang untuk memperbaiki hidupmu. 

Kita sering melakukan ini: selalu mengeluh tanpa ada usaha untuk mengubah apapun. Ibaratnya kamu merasa menjadi orang yang paling menderita di bumi; mengharapkan orang lain untuk melakukan segalanya dan memperbaiki hidupmu. Cobalah pupuk rasa percaya diri karena segala perubahan harus berawal dari dirimu sendiri. 

5. Kamu sulit/tidak bisa memaafkan dirimu sendiri. 

Ingat tahun lalu saat kamu menuliskan sebuah komentar pedas di postingan temanmu karena kondisi emosi yang agak tidak stabil waktu itu? 1001%. Namun bahkan jika kamu yakin setengah mati bahwa setiap temanmu masih ingat, bukan berarti komentar tersebut menjadi pajangan berbingkai emas di rumah mereka. Siapa juga yang mau memasangnya? Kecuali, dia adalah musuh terbesarmu. Jadi, lain kali kejadian tersebut menghantui pikiranmu, coba ini: hentikan apapun yang sedang kamu lakukan, ambil pena dan kertas dan tulis rekonstruksi peristiwa tersebut dengan detail. Setelah selesai, pindah ke kursi lain. Ambil kertas baru dan tulis, "Saya sudah dengar pengakuanmu, dan saya memaafkan dirimu." Memaafkan diri sendiri adalah sesuatu yang esensial untuk bisa menerima masa lalu dan mengubah masa sekarang sesuai dengan kemampuan dan kekuatanmu.