Identitas Seksual: Apa, Bagaimana dan Mengapa Penting Mengetahuinya

Work
Apa, Bagaimana, Kenapa Penting Mengetahui Identitas Seksual?

"Kata Abraham Maslow: Makan, minum, dan seks adalah kebutuhan dasar manusia." Yuk disimak dulu!

WOOP.ID - Pernah mendengar istilah identitas seksual? Jika kata "orientasi seksual" cukup akrab di telinga, istilah identitas seksual sepertinya masih jarang dibicarakan dan keduanya bukanlah hal yang sama. Untuk membicarakannya lebih dalam WOOP meminta bantuan seorang seksolog, Zoya Amirin. 

Apa itu Identitas Seksual?

APA PERBEDAAN IDENTITAS SEKSUAL DENGAN ORIENTASI SEKSUAL? 

APA PERBEDAAN IDENTITAS SEKSUAL DENGAN ORIENTASI SEKSUAL? 
APA PERBEDAAN IDENTITAS SEKSUAL DENGAN ORIENTASI SEKSUAL? 

"Identitas seksual itu adalah konsep seorang individu mengenai perilaku seksual yang dipilihnya. Jadi, itu sangat personal, lebih pada demi kenyamanan pribadi. Setelah itu, identitas seksual seseorang bisa mengacu pada orientasi seksual yang ada. Orientasi seksual itu ada homoseksual, heteroseksual, biseksual—biseksual itu di tengah, antara homoseksual dan heteroseksual.

Baca: 5 Fantasi Seks yang Dirahasiakan Perempuan

Nah, seseorang bisa dibilang sudah punya identitas seksual, jika dia sudah punya preferensi atau pilihan untuk mengidentifikasikan dirinya dari salah satu orientasi seksual itu. Jadi, identitas seksual adalah konsep very personal terhadap individu tersebut, dan dia akan mengacu kepada orientasi yang ada. Atau bisa jadi nggak ada, makanya ada perpanjangan dari biseksual, ada panseksual dan sebagainya. Atau yang lebih panjang lagi, ada yang menyebutnya queer, atau mungkin di sini ada yang menyebutnya waria, dan segala macam.

Baca: 6 Manfaat Kesehatan Berhubungan Seks di Pagi Hari

Tapi ini tidak ada hubungannya dengan transgender. Transgender dan transeksual itu adalah penyimpangan perilaku seksual. Ada gangguannya, ada disordernya, sementara orientasi seksual itu acuannya tidak memiliki gangguan, penyimpangan jenis apapun secara psikologis. Jadi, itu bedanya antara orientasi seksual dengan identitas seksual."

APA YANG TERJADI JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SEJALAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL? 

APA YANG TERJADI JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SEJALAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL? 
APA YANG TERJADI JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SEJALAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL? 

"Nah ini yang menjadi masalah kalau misalnya seorang individu sudah mengidentifikasikan dirinya sebagai salah satu dari orientasi seksual tertentu, [tapi] belum tentu perilaku seksualnya itu sejalan dengan orientasi seksualnya. Jadi misalnya, si individu itu mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual, tapi perilaku seksualnya seolah-olah dia bukan homoseksual atau biseksual. Dia mau menunjukkan yang lebih diterima secara sosial oleh masyarakat. Misalnya, yang dari identifikasi seksualnya adalah homoseksual—taruhlah gitu, ya—dia justru mau menunjukkan sexual behaviour-nya sebagai heteroseksual karena itu yang diterima oleh masyarakat.

Baca: Ini Kenapa Seks Bisa Berbahaya Saat Hamil Muda

"Ketika identifikasi seksualnya itu diekspresikan tidak sejalan dengan orientasi seksual yang sebenarnya, itu yang sering terjadi masalah. Misalnya seperti yang kita semua tahu kasus Saiful Jamil. Kita tahu bahwa dia sudah pernah menikah dengan salah satu penyanyi dangdut terkenal, yang kita kira—kebanyakan orang mengira— dengan pernikahan itu otomatis si individu itu menjadi atau bisa dianggap, diasumsikan sebagai heteroseksual karena dia suka dengan lawan jenis. Tapi ternyata ketika ada kasus pelecehan seksual terhadap anak umur 17 tahun, yah dia melakukan oral seks atau bisa disebut sebagai sexual harassment atau pemerkosaan sebenarnya kategorinya terhadap seorang anak laki-laki di bawah umur, langsung orang jadi galau karena asumsinya dia adalah heteroseksual.

Baca: Rekomendasi 5 Film Bertemakan Edukasi Seks yang Penuh Pesan

Pertanyaan adalah siapakah dia? Apakah dia memiliki orientasi seksual yang hetero atau dia homoseksual? Sebenarnya itu kembali lagi pada identifikasi seksualnya si individu tersebut. Dia mau menyebutnya sebagai apa, terlepas dari bagian mana yang ditunjukkannya kepada masyakarat, sebenarnya harus ditanya lagi pada si Saiful Jamil tersebut, pada individunya. Identifikasi seksual Anda apa? Biseksual-kah, homoseksual, atau heteroseksual? Itu kembali lagi ke pilihan personal individu tersebut untuk mengidentifikasikan dirinya."

BISAKAH IDENTITAS SEKSUAL BERUBAH? 

Bisakah Identitas Seksual Berubah?
Bisakah Identitas Seksual Berubah?

"Bisa, mungkin tidak segampang identifikasi orang misalnya terhadap kesukaan makanan. Kalau tadinya suka duren, jadinya nggak suka duren. Atau kebalikannya, mungkin tidak sesimpel itu. Tapi karena namanya preferensi, seseorang bisa mengidentifikasikan identitas seksualnya secara berbeda.

Baca: Mau Seks Terasa Nikmat? Ini 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu!

Bisa, karena apa? Karena experience, ternyata experience-nya menyenangkan atau dia mengalami experience yang traumatis sehingga dia mengganti identifikasi seksualnya menjadi orientasi seksual yang lain. Bisa banget."

MENGAPA PENTING MENGERTI IDENTITAS SEKSUAL PRIBADI?

MENGAPA PENTING MENGERTI IDENTITAS SEKSUAL PRIBADI?
MENGAPA PENTING MENGERTI IDENTITAS SEKSUAL PRIBADI?

"Yah, karena itu adalah kebutuhan dasar manusia. Makan, minum, dan seks itu merupakan kebutuhan yang paling dasar menurut Abraham Maslow. Untuk kita mampu memiliki kehidupan yang sejahtera, kebutuhan dasarnya itu harus dipenuhi terlebih dahulu. Jadi, kebutuhan dasar seks itu bukan berarti berhubungan seks, tapi lebih kepada bagaimana dia mengekspresikan seksualitasnya. Siapakah saya? Saya perempuan atau laki-laki, gitu ya? Nyamankah saya di tubuh saya—di tubuh laki-laki saya ini atau di tubuh perempuan saya ini? Bagaimana ekspresi seksual saya? Apakah saya mau mengidentifikasikan diri saya sebagai seorang perempuan yang tidak nyaman di tubuh saya yang perempuan? Atau sebagai laki-laki saya tidak nyaman di tubuh saya yang laki-laki?

Baca: No Sensor! Ini 5 Rekomendasi Film Tentang Sex Paling Seksi

"Itu akan sangat menentukan bagaimana dia berelasi atau membina relationship dengan orang lain. Seseorang yang masih belum nyaman dengan seksualitasnya, belum mengidentifikasikan seksualitasnya sesuai dengan orientasi tertentu, akan membuatnya jadi nggak punya self-esteem, dong. Nggak punya kepercayaan diri untuk mengekspresikan seksualitasnya dengan sehat, gitu. Karena itu kebutuhan dasar. Mungkin kalau ada orang yang nggak makan-makan, dia mati kelaparan. Nggak minum, dia bisa mati kehausan—[tapi] nggak ada sih, orang yang nggak bisa atau tidak melakukan hubungan seksual lalu mati karena itu. Tapi, banyak yang jadi gangguan jiwa 'kan?" 

BAGAIMANA MENGETAHUI IDENTITAS SEKSUAL KITA? 

BAGAIMANA MENGETAHUI IDENTITAS SEKSUAL KITA? 
BAGAIMANA MENGETAHUI IDENTITAS SEKSUAL KITA? 

"Kebanyakan orang sudah mulai bereksperimen, mulai lebih aware atau peka terhadap identitas seksualnya itu saat memasuki masa seksual aktif, atau masa pubertas. Menjelang seorang perempuan mengalami menstruasi, dan seorang anak laki-laki mengalami mimpi basah yang pertama, pada saat itulah mereka sudah seksual aktif. Nah, pada masa ini awareness itu perlu ditanamkan pada diri si anak, apa yang dia sukai. Apakah sesama jenis, atau dua-duanya? Bagaimana membedakan antara cinta pada orangtuanya dengan cinta yang romantis? Nah, identifikasi biasanya terjadi pada masa pubertas.

Baca: Hubungan Intim Kurang Enak? Ini 5 Tips Agar Sex Lebih Nikmat

"Itu sebabnya kenapa sex education harus diberikan sejak dini sehingga anak peka terhadap tubuh dan seksualitasnya, mana yang baik, mana yang buruk, sesuai dengan nilai-nilai agama, kepercayaaan dan budaya yang dimiliki keluarganya. Yang ingin ditanamkan juga pada si anak. Dan kenapa makin penting dan esensial—kalaupun tidak bisa dilakukan sedini mungkin, tapi pada masa transisi yaitu saat pubertas, atau pada masa menstruasi atau bahkan pada beberapa waktu sebelum menstruasi pertama anak perempuan dan sebelum masa mimpi basah si anak laki-laki, idealnya dari ibu kepada putrinya dan dari bapak kepada putranya—untuk memberikan edukasi ini karena inilah masa identifikasi seksual pertama yang penting dan signifikan untuk perkembangan kesehatan psiko-seksual seorang individu."

PERLUKAH MEMBICARAKANNYA DENGAN ORANG LAIN?

ISTOCK
ISTOCK

"Kalau menurut saya tidak harus dibicarakan kepada orang lain, karena identitas seksual 'kan personal ya, pengalaman sangat individual. Kalaupun ada pertanyaan-pertanyaan—jaman sekarang pembicaraan tentang seksualitas yang sehat sudah relatif terbuka—yah, bisa dicari dari sumber-sumber seksolog yang kredibel, bukan asal ahli yang ngomongin seks, yang belum tentu menjadi seksolog gitu, ya. Sudah ada Asosiasi Seksolog Indonesia dan para ahlinya yang bisa membantu individu untuk menjawab mengenai pertanyaan-pertanyaan seksualitasnya."

BAGAIMANA MEMBICARAKANNYA DENGAN KELUARGA,TERUTAMA JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SESUAI KONSEP SOSIAL SEKELILINGNYA?

BAGAIMANA MEMBICARAKANNYA DENGAN KELUARGA,TERUTAMA JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SESUAI KONSEP SOSIAL SEKELILINGNYA?
BAGAIMANA MEMBICARAKANNYA DENGAN KELUARGA,TERUTAMA JIKA IDENTITAS SEKSUAL TIDAK SESUAI KONSEP SOSIAL SEKELILINGNYA?

"Soal ekspresi bagaimana dia harus menyampaikannya atau tidak, terutama jika secara sosial ini masih dianggap sebagai penyimpangan, misalnya biseksual dan homoseksual, mungkin yang harus lebih disadari atau lebih concern adalah menyampaikan kepada keluarga.

  1. Pertama, ambil waktu dulu untuk diri sendiri. Setiap orang butuh waktu untuk memproses perasaannya. Nggak semua orang itu nyaman menerima, misalnya bahwa dia bukan seorang heteroseksual. Kayaknya kalau boleh milih, mungkin dia sukanya sama yang lawan jenis supaya sesuai dengan social concept, ya. Sesuai dengan kondisi sosial, pasti orang mau milih begitu, ya. Tapi, yah gimana namanya juga suka, nggak bisa dipilih preferensi, tiba-tiba mau suka ini, itu. Nggak segampang itu. Orang kita sama makanan aja, kalau nggak suka duren, dipaksa suka duren bisa muntah-muntah. Apalagi orientasi seksual, identifikasi seksual, sexual behaviour, ini 'kan lebih peka dibandingkan makanan. Lebih sulit. Jadi izinkan orang untuk menerima perasaan, termasuk ketika Anda juga ingin out of the closet. Beri waktu kepada diri Anda sendiri untuk menerima identifikasi seksual Anda, karena nggak akan gampang, dan nggak pernah gampang—kalau nggak, nggak ada seksolog juga di dunia ini 'kan?
  2. "Kedua, misalnya Anda bukan seorang heteroseksual, tapi seorang homoseksual atau biseksual, kasih waktu untuk keluarga untuk memproses perasaannya juga. Pastikan syok! Ada banyak shame, gitu ya, ada banyak mitos, ada banyak hal negatif secara seksual yang dipercaya oleh kebanyakan orang mengenai homoseksual dan biseksual. Mereka boleh syok, dong?
  3. "Ketiga, setelah Anda sampaikan, beri waktu untuk berbicara lagi mengenai penerimaan keluarga dan sampai mana mereka sanggup dan tidak sanggup—tanpa membuang anggota keluarga. Karena membuang anggota keluarga hanya karena orientasi seksual yang berbeda, sama saja kayak kita membuang anggota tubuh kita. Hanya karena dia lain sendiri dari kebanyakan orang."

Baca: Bicara Soal Seks, Ketahui Arti dan Fakta Unik dari BDSM!

Baca: Ini Kenapa Wanita Lebih Cepat Bosan dengan Seks

Baca: Ini Kenapa Seks Bisa Bikin Kamu Lebih Cerdas