Bisakah Pernikahan Tanpa Seks Bertahan?

Love
ISTOCK

Mengapa kamu harus bertindak secepatnya jika berada di dalam situasi ini. 

Apa yang disukai dari pernikahan? Teman yang bisa diajak (hampir) ke mana-mana. Pemilik telinga yang bisa dijadikan tempat curhat tentang apa pun (meski dia mendengarkan sambil melakukan sesuatu di ponselnya). Seseorang yang memegang tanganmu dan mengatakan "kamu cantik" bahkan saat mengalami breakouts, berat badan naik, dan ukuran lingkaran gelap di bawah matamu melebihi ukuran apartemen kalian berkat kurang tidur. Oh, oh, dan satu lagi yang tidak kalah penting, kamu mendapatkan seks lengkap dengan cinta—secara teratur. Iya 'kan?

Masalahnya, pernikahan tidak selalu seindah dunia Disney. Faktanya, pernikahan tanpa seks lebih umum yang orang perkirakan. Misalnya, sebuah penelitian di Amerika menyimpulkan bahwa satu dari tujuh orang dewasa menjalani pernikahan tanpa seks. (Seandainya kamu kurang pekerjaan atau butuh alasan untuk meninggalkan hubungan pertemanan, coba tanya temanmu tentang bisnis kamar tidur mereka). 

Nuran Abdat, M. Psi., Psikolog, seorang psikolog klinis dewasa dari Brawijaya Hospital and Clinic, Jakarta, menjelaskan bahwa sexless marriage—kurang atau tidak ada sama sekali seks—sangat rentan dalam pernikahan. Psikolog ini mengutip beberapa fungsi seks dalam pernikahan, yakni fungsi psikologis (seks mendorong aliran oksitosin, zat kimia yang meningkatkan perasaan ikatan emosional atau intimacy), metode bersenang-senang agar hubungan lebih berkualitas, dan ketiga, seks adalah aktivitas spesial yang dilakukan pasangan untuk meningkatkan "kemitraan, menjaganya tetap monogom, penuh cinta dan kuat," ungkapnya.

Nuran mengutip bahwa Robert Sternberg (seorang profesor Perkembangan Manusia dari Cornell Univeristy) dan "The Triangular Theory of Love" yang menyatakan bahwa selain Kedekatan Emosional (Intimacy), Komitmen (Commitment) cinta juga termanifestasi dalam komponen Hasrat (Passion). "Hanya saja, Sternberg berkeyakinan bahwa gairah cepat berkembang, dan cepat pula padam. Maka jika berfokus hanya pada hasra maka yang terjadi bila hasrat berkurang atau hilang akan terjadi penolakan dari salah satu pasangan mengakibatkan terjadinya withdrawal (menarik diri). Dan sebaliknya, apabila komponen ini mendominasi, maka cinta tidak berkembang sebagaimana mestinya," jelasnya kepada Woop

Lebih lanjut, Nuran menjelaskan bahwa jika mengacu kepada Sternberg, ketiadaan hasrat atau serta adanya penolakan seksual dari salah satu pihak terhadap pasangannya berakibat rasa penderitaan.

Meski, menurutnya tidak lantas hubungan tersebut tamat ketika seks absen.

“Tentunya hubungan tersebut dapat berjalan,” jelasnya. Ah, syukurlah—dengan catatan “kualitas dari keberlangsungan hubungan tersebut tidak mencapai kebutuhan diri," lanjutnya. Pasalnya, "kehidupan aktivitas seksual bukan hanya tentang kuantitas, tapi juga kualitasnya. It is also about two people coming together physically to express their emotional or psychological connection."

Dengan kata lain, seks memang sangat dibutuhkan oleh kedua pasangan. Oleh karena itu, jika hal ini terjadi pada hubungan pernikahanmu, Nuran menyarankan agar setiap pihak mencari tahu latar belakang yang menyebabkan kondisi atau perasaan tersebut. Bicarakan. Tidak hanya hal ini akan berpotensi menemukan solusi, tapi itu juga bisa menjadi cara untuk meningkatkan keintiman kamu dan pasangan,” jelasnya.

Tidak adanya seks di dalam sebuah pernikahan biasanay terjadi karena alasan tertentu. Nuran menjelaskan beberapa di antaranya: 

  • Tidak Adanya Waktu Berduaan 

Tidak adanya prioritas dalam hubungan dikarenakan kesibukan kerja; jam kerja yang saling berbenturan dan kedua belah pihak kurang memprioritaskan waktu privasi berdua. "Padahal, waktu kebersamaan dibutuhkan untuk menumbuhkan koneksi dan gairah antar pasangan."

  • Tidak Ada Privasi di Sekitar Pasangan

Kondisi rumah yang tidak membuat nyaman berhubungan seks. 

  • Tidak Ada Motivasi Seks

"Tidak semua pasangan memiliki minat yang tinggi atau kreativitas yang baik dalam hubungan seksual," papar Nuran. "Beberapa orang memiliki dorangan seksual awal yang minimal, atau pasangan tidak mengalami kenikmatan seksual selama hubungan seksual. Indikasi dari minimnya motivasi seksual ini beragam, ada kemungkinan adanya pengalaman seksual negatif di awal kehidupan dapat membuat seksualitas terasa berbahaya bagi pasangan. Hal terbaik yang dilakukan dengan meninjau cara berkomunikasi kita dengan pasangan."

  • Keakraban Berkurang dan Usia yang Bertambah

Untuk pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun mungkin tahu betul faktor ini. 

  • Tidak Ada yang Berinisiatif Melakukan Interaksi Seksual

Capek, kehabisan energi, banyaknya permasalahan di kantor atau hubungan pribadi hanyalah beberapa penyebab yang menjadikan pasangan malas atau enggan memulai hubungan seks. 

  • Faktor Biologis dan Penghambat yang Bersifat Psikologis

Adanya permasalahan kondisi fisik seperti terkena penyakit atau sedang menjalani pengobatan tertentu, sehingga adanya efek dari obat-obatan.

Lalu, hal apa sebaiknya dilakukan oleh kita saat menemukan signal bahwa aktivitas seksual telah redup/menghilang? Nuran menyarankan melakukan langkah-langkah berikut ini. 

1. Bicarakan dengan Pasangan

Hal terbaik adalah dengan membicarakan situasi yang dirasakan, serta kebutuhan yang dimiliki. "Keterampilan diri dalam membentuk komunikasi dengan pasangan tentang topic sensitive menjadi kunci utama, mulailah melakukan komunikasi efektif agar dia tahu situasi yang terjadi. Jadilah pendengar yang baik ketika dia menjawab. Tidak perlu mencari siapa yang salah. Tidak perlu mengkritik. Alih-alih memerintah apa yang harus dilakukannya, utarakan kekhawatiranmu. Dan respon dengan baik apa yang disampaikan pasanganmu."

2. Tumbuhkan dan Pertahankan Kedekatan Fisik

Tidak harus langsung dimulai dengan hubungan seks, "akan tetapi, lakukan sentuhan atau bentuk-bentuk foreplay yang membantu menumbuhkan intimacy-alarm pada diri dan pasangan." 

3. Priotitaskan Pasangan dalam Hubungan

Berikan waktu khusus untuk kebersamaan dengan pasangan. "Buatlah hubungan semakin menyenangkan dengan melakukan aktivitas bersama pasangan, seperti berolahraga bersama, quality time melakukan kegiatan bersama yang disukai (di dalam atau di luar rumah), liburan bersama ke destinasi yang diinginkan antar pasangan."

4. Coba Lebih Kreatif dalam Hubungan Seksual

Seks bisa menjadi sebuah rutinitas monoton sehingga memungkinkan timbulnya kebosanan. "Saat inilah kamu dan pasangan dapat mencoba kreatif dalam melakukan eksprimen seks, mungkin dengan posisi atau jenis-jenis aktivitas seksual lainnya. Dengan begitu, antar pasangan dapat memperoleh tingkat kepuasaan yang sesuai dengan cara yang sedikit berbeda," tuturnya. 

5. Cari Bantuan Profesional

Apabila hal di atas belum membuahkan hasil dan mengembalikan kehidupan seksual yang memuaskan. Maka, carilah bantuan profesional. "Kunjungi dokter untuk mengetahui ada atau tidaknya indikasi hambatan fisik dalam melakukan hubungan seksual. Dan, yang sebaiknya  kunjungi juga psikolog untuk mengatasi hambatan-hambatan psikologis dalam berhubungan seksual."

Selanjutnya: Sebut saja, seks bukanlah hal yang membuatmu ingin meninggalkan dia, tapi banyak hal lain, kekerasan fisik dan mental, misalnya. Namun, kamu tidak yakin; tiga pertanyaan ini akan membantumu mengambil keputusan.