Kata Psikolog Ini: 'Perkenalkan 4 Emosi Ini kepada Anak agar Memiliki Kepribadian Positif'

Kata Psikolog Ini: Perkenalkan 4 Emosi Ini kepada Anak agar Memiliki Kepribadian Positif
ISTOCK

Dan bisa berempati.

Isi doa kebanyakan orangtua: (kalau bisa nantinya saat sudah dewasa cepat dapat jodoh) dan yang terutama, memiliki sifat yang berbakti kepada nusa dan bangsa. Alias jadi anak baik-baik, dengan karakter positif dan membanggakan keluarga. Berdoa adalah satu hal, berikutnya adalah bagaimana mewujudkannya dalam dunia nyata—mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang positif. 

Seorang konsultan pendidikan anak, Friska Asta, M. Psi.T, yang juga bekerja di Klinik Hati Jakarta dan pemilik Niena Day Care Depok mengatakan bahwa setiap orangtua pasti menginginkan anaknya untuk memiliki kepribadian yang positif. Pribadi yang positif seperti apa yang diinginkan oleh orangtua? "Pribadi positif yang suka menolong, berbagi, dan memberi kenyamanan kepada orang lain," ujar Friska.

"Untuk anak usai dini membangun pribadi yang positif dapat dimulai dari hal terkecil, yaitu dengan membangun moralitas anak agar setidaknya dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk, serta berperilaku sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya. Mengajarkan moral dapat dimulai dari mengembangkan kemampuan empati atau sikap memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Empati ini yang nantinya akan membawa anak kepada pribadi yang memiliki toleransi, kontrol diri, respek, dan bersikap adil kepada orang lain," jelas Friska panjang lebar.

Ia pun melanjutkan, "Pastinya, sebelum memahami orang lain, anak perlu diajarkan dulu untuk memahami dirinya sendiri."

Nah, bagian ini sepertinya sulit. Terkadang, orang dewasa pun masih berjuang untuk memahami diri sendiri.

Menurut Friska, ada empat emosi dasar yang perlu diperkenalkan kepada anak agar mereka bisa memahami dirinya sendiri, yaitu senang, sedih, marah, dan takut. "Sebagai orangtua kita harus mulai memperkenalkan emosi dasar ini kepada anak di usia 3 atau 4 tahun. Misalnya, saat anak sedang menangis sampaikan kalau yang ia rasakan dinamakan sedih atau marah."

Ketika anak sudah memahami akan dirinya, menurut Friska, selanjutnya anak akan belajar mengetahui kondisi orang lain atau perspective taking. Biasanya perspective taking berkembang di usia 4 hingga 5 tahun. Mulailah mengajarinya untuk memahami orang lain dari hal-hal sederhana. Misalnya saat anak melihat teman atau saudaranya menangis, berilah penjelasan tentang yang terjadi. Dari hal tersebut, anak bisa membayangkan apabila dirinya berada pada posisi teman atau saudaranya itu. Hal ini akan menimbulkan rasa empati, dan inilah yang menjadi cikal berkembangnya anak menjadi pribadi yang positif.

Friska pun mengingatkan bahwa orangtua juga harus berperan dalam membangun anak agar memiliki pribadi yang positif. "Seluruh anak terlahir dengan kemampuan yang berempati. Namun, yang membedakan perkembangannya adalah stimulus yang diberikan oleh orangtua kepada anak. Akan lebih baik jika nilai-nilai moral ini juga diajarkan di sekolah untuk menguatkan perkembangan moral anak. Lingkungan sosial sekolah dapat menjadi sarana yang mendukung pembelajaran moral dalam memahami kondisi orang lain," tutupnya.