Kenapa Perceraian Sering Terjadi Setelah Punya Anak?

Kenapa Perceraian Sering Terjadi Setelah Punya Anak?
iStock

Anak selalu jadi korban. Kenapa perceraian sering terjadi setelah punya anak? Ahli mencoba menjelaskannya.

Semua pasangan tentu ingin memiliki pernikahan yang harmonis dan langgeng sampai akhir hayat. Namun di tengah perjalanannya, banyak yang akhirnya menyerah. Kebanyakan perceraian terjadi setelah punya anak. Mengapa demikian? Padahal momen hamil, melahirkan, dan mengurus anak menjadi yang ditunggu-tunggu pasangan menikah. 

Menurut ahli, berikut alasan mengapa perceraian sering terjadi setelah punya anak?

  • Hidup Berubah 180 Derajat

img

Momen ketika tahu hamil dan menyiapkan semua perlengkapan bayi menjadi hal terindah bagi pasangan menikah. Bagaimana kamu dan pasangan menyiapkan dekorasi kamar bayi yang lucu, merencanakan kelahiran secara terperinci, hingga membayangkan setiap hal kecil yang ingin dilakukan bersama buah hati kalian.

Terlepas dari semuanya, kalian kurang menyadari kalau hidup akan berubah 180 derajat dengan tambahan orang ketiga. Pakar hubungan percintaan Andrea Syrtash mengatakan bahwa orangtua baru mungkin tidak menyadari betapa kamu kurang tidur dan kurangnya perhatian satu sama lain.

“Penting untuk berdiskusi satu sama lain soal ‘perubahan’ hidup nanti jadi kamu dan pasangan akan selalu mengingat kesepakatan kalian,” ujar Andrea.

  • Stres

img

Berdasarkan Statistics Sweden (via Sahlgrenska Academy), 30 persen orangtua di Swedia bercerai setelah memiliki anak. Para peneliti dari University of Gothenburg mempelajari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perceraian tersebut. Yang paling utama adalah stres. 

Ketika kamu bertanya kepada orangtua baru apakah mempunyai anak menyenangkan? Pasti jawaban mereka iya tapi banyak stresnya juga. 

Sebuah studi dari Max Planck Institute for Demographic Research di Jerman, menemukan kalau ibu dan ayah baru mengalami ‘penurunan kepuasan hidup’ yang besar selama tahun pertama anak tumbuh. Intinya, merawat bayi itu sangat melelahkan. 

Meski begitu, merawat bayi juga menjadi hal paling membahagiakan dalam hidup cuma banyak yang mengaku dipenuhi rasa stres. Ini yang akhirnya memicu pertengkaran hingga berujung pada perceraian.

Ada cara bagi kamu dan pasangan agar tidak mudah stres dalam mengurus bayi. Psikolog klinis Shoshana Bennett merekomendasikan agar kamu dan pasangan tetap bermesraan. Selalu jadwalkan kencan bersama pasangan secara rutin karena ini akan meningkatkan rasa bahagianya. 

  • Tak Ada Dukungan Orang Terdekat

img

Punya anak memang bisa menyebabkan stres dan kelelahan, terutama bila tak ada dukungan orang terdekat. Mindy Schiffman selaku psikolog klinis mengatakan kalau semua pasangan butuh dukungan dari orang lain ketika mereka punya anak.

“Semua orang membutuhkan lebih banyak dukungan dan bantuan ketika ada bayi baru dan tidak selalu mudah mengetahui bagaimana mendapatkan apa yang sebenarnya kamu butuhkan,” kata Mindy.

Saat salah satu dari orangtua merasa ‘sendiri’ dan tak mendapat dukungan orang sekitar maka sangat mudah pernikahan untuk hancur. Untuk itu, Mindy menyarankan agar kamu dan pasangan perlu ‘menandai’ tim yang bisa membantu kamu mengurus anak seperti orangtua, kakek-nenek, anggota keluarga lain, atau babysitter.

  • Keintiman Menurun

img

Seperti kalian ketahui kalau seks adalah kunci pernikahan harmonis. Seringkali keintiman menurun setelah punya anak yang kemudian timbul pertengkaran dan berakhir retaknya rumah tangga. 

Terapis Jason Eric Ross menuturkan bahwa energi emosional dan fisik yang biasa dicurahkan ke pasangan sekarang diberikan kepada anak. Kurangnya keintiman menjadi faktor penyebab perceraian di Swedia. 

Peneliti Malin Hansson punya saran buat kamu agar tetap hangat setelah anak lahir. “Kuncinya adalah sensualitas dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelukan, ciuman, kontak fisik. Sensualitas mengarah ke keintiman yang mempengaruhi pada rasa memiliki serta kepercayaan.”

  • Ketidakseimbangan

img

Ketidakseimbangan juga menjadi penyebab perceraian setelah punya anak. Riset Evidence Based Midwifery (via The Royal Collage of Midwives) menyatakan kalau pria umumnya sulit menyeimbangkan antara membantu mengurus anak dengan tanggung jawabnya mencari nafkah. 

“Ini sulit terutama ketika harus bekerja dan melakukan tugas rumah tangga dan akhirnya mengarah pada konflik serta ketegangan berujung ketidakpuasan dalam pernikahan,” riset mengungkap.

Menurut Michael Ascher, setelah punya anak bukan berarti seorang ayah memiliki sedikit tugas dalam mengurus anak. Mereka seharusnya terlibat pengasuhan bayi sejak ibu melahirkannya.

“Begitulah caramu mengenal anak-anakmu dari ‘lantai dasar’. Mencoba menghormati peran yang dimainkan feminisme dan kesetaraan gender bisa memungkinkan pasangan menjadi ayah terbaik. Anak-anak akan menyerap ilmu, menghargai sikap hormat, dan berkembang menjadi orang dewasa yang sehat,” kata Michael.

Selanjutnya: Kenapa perempuan menjadi gemuk setelah menikah? Jawabannya ada di sini...