Pernah Bertanya: Kenapa Pria Tidak Bisa Duduk dengan Kaki Rapat di Kereta?

Pernah Bertanya: Kenapa Pria Tidak Bisa Duduk dengan Kaki Rapat di Kereta?
ISTOCK

Percaya atau tidak, ternyata ada penjelasan versi sains. 

Dari sekian banyak kebiasaan "antik" yang sering kita temui di transportasi umum, yang satu ini bisa dimasukkan dalam kategori paling menyebalkan: manspreading atau mungkin jika diartikan secara bebas adalah laki-laki yang duduk dengan posisi kaki dibuka seluas samudra.

Jujur, jika melihat posisi ini, apa yang ingin kamu lakukan? Terutama jam-jam sibuk, saat orang lain bahkan tidak punya ruang untuk berdiri dan menapakkan kaki (akhirnya melayang atau kaki setengah menapak). Ingin buru-buru mencari tali, mengencangkan kedua kaki agar merapat? Menyambar pecutan Wonder Woman dan berseru dengan tatapan tajam "tutup!"? Atau frontal dan bilang, "kayaknya nggak tambah ganteng atau gagah deh, dengan duduk begitu." FYI, saking banyak yang naik pitam dengan "gaya maskulin" ini, baru-baru Madrid melarang posisi ini di transportasi umum, memasang tandanya di dalam kereta dan bus publik untuk mengingatkan pengguna kendaraan umum untuk menjaga tanggung jawab sosial dan menghormati personal space setiap orang di ruang publik tersebut. (Sebelumnya New York City melakukannya pada tahun 2014). Sweet relief

Pada tahun 2015, Mic merilis sebuah video memperlihatkan apa yang terjadi ketika wanita melakukan "manspread" di subway di New York. Menariknya, wanita mendapatkan lebih banyak tatapan dan pandangan tajam dibandingkan laki-laki. Selanjutnya, Mic berpendapat bahwa posisi ini merupakan "bawaan gender". Benarkah?

Seorang spinal neurosurgeon John Sutcliffe menjelaskan bahwa kebiasaan "manspreading" ini bisa saja hanya semata-mata tentang kondisi fisik, bukan tentang ego yang besar. "Pada dasarnya lebar pelvis biasanya lebih lebar pada wanita dan angle femoral neck lebih akut. Faktor-faktor ini bisa jadi penyebab posisi duduk dengan kedua lutut berdekatan kurang nyaman bagi laki-laki," katanya kepada The Independent. "Menurut saya alasan sebagian besar pria melakukannya karena ingin menghindari kompresi testikular dari otot-otot paha bagian dalam," lanjutnya. 

Namun, sepertinya perbedaan anatomi tidak hanya menjadi satu-satunya alasan mengapa posisi duduk pria dan wanita tidak sama. Baru-baru ini Vice melaporkan bahwa cara kita duduk ada hubungannya dengan faktor geografi. Polandia, misalnya, merupakan satu dari sekian negara yang paling banyak mengalami hip dysplasia, yaitu satu bagian panggul keluar dari sendi, sehingga tidak heran banyak manspreader di negara tersebut. 

Walaupun kita perempuan bisa berempati dengan "keterbatasan kondisi fisik" para laki-laki, dan memang sains bisa dijadikan pertimbangan, tapi bukan berarti Adam, Joko, Dodi bisa otomatis melakukannya setiap hari. Harus diingat: tempat duduk terbatas, semua orang ingin masuk kereta dan sampai tujuan dengan seaman dan senyaman mungkin, dan semua orang bayar naik transportasi publik. Atau singkatnya: selangkangan bukanlah pemandangan bagus (paling tidak di dalam kereta). Dan pertanyaan berikutnya: kapan ya, peraturan yang sama dilakukan di sini?