Mengapa Semakin Banyak Suami Istri Tidur Terpisah?

Mengapa Semakin Banyak Suami Istri Tidur Terpisah?
ISTOCK

Bukan selalu pertanda ada yang salah dengan pernikahan. Bahkan Bisa berpengaruh positif terhadap pernikahan

Menurut saya, pasangan yang berani mengambil keputusan tidur terpisah untuk alasan kualitas tidur, pastinya pasangan yang komunikasinya terbuka, ya. Berarti mereka bisa mengkomunikasikan diri dengan baik dan tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas hubungan. 

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, kualitas hubungan terdiri dari banyak aspek, komunikasi, komitmen, saling dukung, dsb. Jadi selama pasangan tetap berkomitmen menjaga kualitas hubungannya, dan merasa secure dengan hubungannya, tidak akan ada masalah walaupun tidur terpisah. 

Ada juga yang bilang bahwa sesekali tidur terpisah tidak apa-apa, contohnya jika salah satu pasangan merasa membutuhkan space untuk diri sendiri? Namun, sebaiknya tidak mengadopsi pengaturan tidur ini selamanya.

Kalau memang ingin memiliki personal space, sesekali tidur terpisah itu tidak apa-apa. Seperti yang sudah dijelaskan, adakalanya tidur terpisah dibutuhkan untuk memberi 'variasi' dalam hubungan, termasuk dalam hubungan seksual. 

Apakah akan dijalankan sementara atau seterusnya, kembali ke kesepakatan kedua pihak. Kembali ke komunikasi kedua pihak. Pilihlah opsi yang memang memberikan lebih banyak dampak positif bagi kualitas hubungan keduanya. 

Beberapa pasangan yang melakukan ini seringkali tidak terbuka karena takut orang-orang akan berasumsi bahwa ada yang salah dengan hubungan mereka. Apakah hal ini bisa dibenarkan?

Iya, pendapat umum pastinya seperti itu. Secara umum, sewajarnya memang suami istri tidur bersama. Di semua budaya saya rasa juga memiliki pandangan yang sama. Jadi memang untuk memberikan pemahaman bahwa tidur terpisah bukan berarti ada masalah dalam hubungan, harus dimulai dari lingkungan terdekat terlebih dulu. Terutama sih, pada keluarga/orang yang tinggal serumah, ya. Berikan pemahaman dan juga bukti yang konsisten bahwa memang hubungan kedua pihak tetap harmonis dan romantis walaupun memiliki pengaturan tidur yang 'tidak umum'. 

Jika pasangan memutuskan untuk tidur terpisah dengan alasan-alasan yang masuk akal, apa yang harus dilakukan oleh mereka untuk menjaga keromantisan hubungan?

Menjaga keromantisan harus dikomunikasikan juga sebelum memutuskan tidur terpisah. Misalnya dengan tetap menjaga rutinitas seperti saat tidur sekamar, contohnya kecupan/pelukan selamat malam sebelum tidur, atau pillow talk sebelum tidur. Dan juga menjaga spontanitas hubungan, misalnya masing-masing boleh berkunjung ke kamar pihak lain, spontanitas dalam hubungan seksual, dsb. 

Jika sepasang suami-istri memutuskan untuk tetap tidur seranjang meskipun ada kebiasaan pasangan yang mengganggu kualitas tidur pasangan lain, apa yang harus dilakukan agar hal ini tidak merampas hak tidur atau bahkan merusak hubungan?

Nah, kalau memang kedua pihak tahu ada kebiasan pasangan yang mengganggu kualitas tidur, dan tetap memutuskan tidur seranjang, berarti harus dikomunikasikan juga hal-hal apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Bagaimanapun kepuasan hubungan pernikahan harus berlandaskan komunikasi terbuka, dan kesediaan untuk berkomitmen dan berkompromi. Kalau gangguan tidurnya sudah di taraf sangat mengganggu, mengajak pasangannya untuk datang ke klinik gangguan tidur untuk mendapatkan solusi juga bisa dilakukan. Namun, kalau bersumber dari kebiasaan yang masih bisa diubah/dikompromikan, misalnya kebiasaan nonton tv/baca buku/main gadget sampai malam, hal-hal semacam ini harus dikomunikasikan dan dikompromikan berdua